Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapitre Quatorze

Chapter sebelumnya~

Dibekali dua ekor kuda, barang elektronik dalam tas gendong, sejumlah uang, dan beberapa potong pakaian yang dikemas rapi di dalam koper, adik kakak beda marga itu berangkat memasuki portal, menuju dunia yang sangat menantang.
°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Ciel menatap sekitar, ia berada di tempat yang cukup sepi, sampai netranya menangkap seseorang yang nampak seperti laki-laki.

"Siapa kau?" Tanya Ciel curiga, sosok didepannya itu memiringkan kudanya,  wajahnya menatap Ciel "ini aku, kakakmu. Kau tak mengenaliku?" Ucap Lucy, Ciel masih menatap tak percaya, bagaimana bisa kakaknya terlihat seperti ini.

Rambutnya pendek berwarna silver, wajahnya datar, terlebih lagi ia tak nampak seperti perempuan, sementara yang lainnya tetap terlihat sama saat mereka pergi tadi. "Untuk apa kau mengganti penampilan mu?" Ciel memajukan kudanya setara dengan Kuro "penyamaran" jawab  Lucy singkat "untuk apa? Dan mengapa kita bisa berada di tempat sepi ini? Dimana kita sebenarnya?" Tanya Ciel bertubi-tubi, sedangkan Lucy masih menatap wajah adiknya datar "untuk apanya itu tidak penting. Jika kita muncul di tempat yang agak ramai, itu akan membuat keributan, kau lihat portalnya saja masih terbuka" jelasnya menunjuk pintu portal yang masih terbuka namun menutup secara perlahan di belakang mereka.

"Jika koordinatnya benar, maka kita berada di sisi timur dinding Rose, beberapa meter dari gerbang distrik Karanese" lanjutnya, sementara Ciel hanya mengangguk saja. Keduanya bergerak menuju selatan, berniat ke gerbang menuju distrik Hermina.

Kuda Lucy dan Ciel berhenti melangkah dikala dua prajurit yang memegang senapan menghadang keduanya, meminta identitas untuk masuk ke dalam. Si surai silver menghela napas perlahan, dan menunjukkan sebuah amplop yang terdapat lambang dinding Sina di tengahnya, melihat hal itu kedua prajurit tadi mengizinkan mereka.

"Surat apa itu?" Ciel membuka percakapan "tidak ada, hanya sebuah amplop kosong yang aku cap dengan lambang dinding Sina" jawab Lucy "begitu" gumam Ciel, mereka kembali melewati gerbang dengan cara yang sama, masuk ke dalam dinding Sina.

"Omong-omong kita akan kemana?" Ciel menatap netra sebiru lautan, Lucy membalas "kita cari penginapan untuk sementara" Ciel mengedarkan pandangannya "yang seperti itu?" Jari telunjuknya mengarah pada sebuah bangunan yang terlihat cukup mewah dan berkelas "terserah" balas Lucy singkat.

Kini si bungsu tengah mengistirahatkan tubuh di atas ranjang putih yang tak begitu besar, hanya cukup satu orang. Sedangkan kakaknya sedang membersihkan senjata-senjata yang mereka bawa.

"Kau mau ke mana?" Tanya Ciel melihat Lucy yang sudah siap dengan dua revolver perak di masing-masing sisi pinggang yang tertutup long Coat biru dongkernya. "Ke kerajaan" jawabnya enteng sembari mengenakan sarung tangan hitam.

Ciel mengangkat sebelah alisnya. Lucy berbalik, menghadap adiknya yang masih merebahkan tubuhnya, "aku akan pergi sekarang" ucap Lucy yang sudah keluar terlebih dahulu, "tunggu! Aku ikut" buru-buru Ciel mengenakan jas putih untuk membalut kemeja hitamnya, tak lupa pula dengan revolver hitam yang selalu ia bawa.

Skip?

Keduanya menghentikan kuda mereka di depan gerbang kerajaan. Lagi-lagi mereka dihentikan oleh polisi militer yang tengah barjaga, "siapa kalian?" Tanya salah satunya yang berambut hitam disisir ke belakang namun terlihat agak berantakan. Ciel turun dari kudanya diikuti Lucy yang menyusul perbuatan si kecil, "aku dan kakakku adalah seorang pengusaha di dinding Rose, kami kesini untuk bertemu dengan raja" jawab Ciel yang jelas-jelas ucapannya adalah kebohongan "siapa nama kalian?" Tanya petugas yang satunya
"Ciel Phantomhive" ujar Ciel menutup matanya sembari meletakkan telapak tangan kanannya di atas dadanya, memperkenalkan diri.

"Hah? Kami belum pernah mendengar nama itu" ucap yang berambut hitam, tiba-tiba kedua polisi militer itu tumbang tak sadarkan diri akibat Lucy yang entah sejak kapan memukul tengkuk mereka "berisik" gumamnya yang masih dapat ditangkap gendang telinga Ciel.

Tak membuang waktu lama, kakak beradik itu melangkah masuk melalui gerbang istana sambil menuntun kuda mereka masing-masing. Hingga beberapa saat kedua kuda dengan warna yang sama itu diikat di pagar sisian taman kerajaan.

Dua pasang kaki melangkah menelusuri koridor kerajaan yang cukup berkelas dengan gaya yang kuno namun terlihat mewah. "Ruangannya dimana?" Ciel membuka percakapan duluan "kita akan menuju ruangan tahta" balas Lucy datar tanpa menatap lawan bicara "eh? Kita tidak ke kamarnya?" Tanya Ciel lagi "tidak, di ruangan tahtanya pasti para menteri berkumpul. Jika mereka berkumpul, akan semakin memudahkan kita untuk memojokkan para penipu busuk itu" jelas Lucy.

Tepat setelah perbincangan yang singkat itu seorang pria yang sudah berumur dengan kepala botak yang terlihat beberapa kerutan serta kumisnya yang terlihat cukup tebal, ia menggunakan seragam prajurit dengan lambang dua bunga mawar di dada kiri dan di sisi kedua lengannya bagian atas, jangan lupakan selempang merah yang menyilang di tubuhnya.

Lucy menundukkan kepala pelan kala melewatinya diikuti oleh sang adik, dan langsung melanjutkan langkah.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan pintu yang dijaga dua prajurit bersenjata. Tanpa basa-basi, Lucy langsung melakukan hal yang sama dengan kedua penjaga gerbang di depan.

Pintu dibuka perlahan, deritanya mulai terdengar, semua atensi beralih padanya, "apa yang mulia raja ada?" Tanyanya "ada urusan apa kau? Dan siapa kau?" Balas salah satu menteri berkumis hitam yang cukup tebal dan berbadan gemuk terlihat menjijikkan di mata Lucy.

Lucy masih mencoba untuk sabar saat ini. "Namaku Lucy Ackerley, dan ini adikku, Ciel Ackerley" ujarnya menunjuk dirinya dan beralih pada lelaki yang lebih pendek darinya, Ciel menatap tak terima marganya diganti seenak kue coklat favoritnya oleh sang kakak. Menyadari tatapan itu Lucy membalas dengan tatapan yang datar namun Ciel paham maksudnya, yang seolah berkata 'akan aneh jadinya jika kakak beradik memiliki marga yang berbeda'. Tapi bukan itu alasannya, sebenarnya Lucy selalu ingin mengucapkan hal itu tapi sang adik selalu memperkenalkan diri lebih dulu darinya, dan sekarang selagi ada kesempatan ia akan melakukannya.

Menteri yang tadi mengernyitkan dahi, pasalnya mereka tak pernah mendengar nama bangsawan yang seperti itu. Beda orang, beda pula ekspresinya, seseorang yang terlihat seperti kakek-kakek yang menjabat sebagai raja, nampak tertarik dengan kedua pemuda yang baru saja sampai di negri mereka "hoo~ kalian menarik, jadi ada urusan apa kalian dengan ku?" Ujarnya "tapi, yang mulia" beberapa menteri menunjukkan raut cemas, Lucy yang merasa mendapat lampu hijau langsung berbicara tanpa ragu "saya ingin anda sebagai sang raja, menuliskan surat resmi untuk memasukkan kami ke dalam Scout legion, pasukan yang selalu berkeliling ke luar dinding" pintanya namun salah satu menteri yang lain membantah "pihak kerajaan tak bisa memasukkan siapa pun dalam pasukan tanpa melalui pelatihan" Ciel lelah hanya menjadi penyimak di pembicaraan ini, akhirnya angkat bicara "hanya dua orang, dan kami tak butuh pelatihan itu, jika memang iya maka kami akan berlatih disana, lagipula tak ada yang bisa menolak perintah raja secara langsung, kan?" Lucy menyeringai bangga mendengar penuturan adiknya "lakukan, maka rahasia kalian akan aman" mendengar hal itu wajah para menteri dan sang raja sendiri menegang, sebulir keringat menetes dari dahinya.

"Ra-rahasia apa maksudmu?" Menteri yang berbadan gemuk tadi bertanya, berharap perkiraannya salah "aku mengetahui rahasia kalian, bahwa kau bukanlah sang raja yang asli" jarinya menunjuk terhadap pria tua yang tengah duduk di singgasana, sontak mereka terkejut mendengarnya, tak menyangka bahwa ada seseorang mengetahuinya. "Lakukanlah maka tidak akan ada yang mengetahui rahasia ini" kali ini Ciel yang menyeringai.

"Pe-penjaga!" Menteri menyebalkan itu berusaha berteriak sekeras mungkin, meski hal itu sia-sia karena tak ada satupun penjaga yang ada di luar. Merasa tak ada respon akhirnya ia bungkam, mereka semua merasa berada di ambang kehancuran sekarang. "Ba-baiklah, akan aku tulis surat itu besok" ucap sang raja "aku ingin surat itu ditulis sekarang dan dikirim malam ini, karena besok aku dan adikku akan berangkat segera" pria tua itu menganggukkan kepalanya cepat, dirinya merasa takut sekarang.

"Baiklah kalau begitu, bagaimana jika kita membuat kontrak?" Lucy berusaha tersenyum lebar, namun malah tampak seperti menyeringai. Tangan kanannya diulur hingga suatu api biru mulai berpendar, kemudian selembar kertas yang nampak tua muncul dengan tulisan-tulisan yang tidak dimengerti. Pena berbentuk bulu bergerak dengan sendirinya, Lucy telah menandatangani kontrak itu, "sekarang, giliran anda" ucapnya sembari menyerahkan kertas yang akan menjadi saksi perjanjian mereka tak lupa pula dengan penanya.

Begitu selesai dengan kontrak, keduanya melenggang pergi begitu saja meninggalkan para menteri dan sang raja yang telah dilanda kekhawatiran.

Pendar senja mulai terlihat di cakrawala, tak terasa waktu telah berlalu begitu lama. Keduanya kembali ke penginapan mereka, urusan pertama telah usai, tapi mengapa hati Lucy terus merasa gelisah? Dirinya menatap sang adik dengan serius, "ada apa? Ciel mengetahui sang kakak tengah gelisah sekarang, Lucy menutup matanya, berusaha berpikir keras.

"Sudah kuduga, lebih baik kau kembali saja" simpulnya, Ciel menatap tak terima "kembali? Ayolah nee-san, aku sudah sampai sejauh ini" tolaknya "tidak, kau tidak akan bertahan di dunia ini" tanpa mengatakan apa-apa lagi Lucy melakukan persiapan untuk membuka portal "nee-san, aku sudah berkali-kali melalui kematian, dan kini aku sudah bukanlah manusia lagi" Lucy tak bergerak bahkan untuk menatapnya, jika sudah begini artinya ia tak mau dibantah, tapi bukan Ciel namanya jika menyerah begitu saja "akan aku pastikan aku bisa melakukan apapun dan tidak akan merepotkan mu, aku sendirilah yang menanggapi permintaan mu atas keinginanku sendiri, oleh karena itu aku tak akan berhenti di sini" Lucy tak membalas, namun tubuhnya tampak bergetar, hingga akhirnya ia terjatuh "nee-san!" Ciel terkejut tentu saja, Lucy memegangi kepalanya yang terasa pening "ada sesuatu yang menghalangiku untuk membuka portal, dan suatu sihir untuk menolak adanya perpindahan dimensi" tatapan Ciel berubah khawatir "maafkan aku Ciel, aku tak bisa membawamu kembali dan melibatkanmu untuk mengatasi dunia mengerikan ini" ucap Lucy sendu, Ciel menggeleng "tidak, tidak apa-apa, asalkan nee-san baik-baik saja dan aku bersamamu itu sudah cukup bagiku" ujar Ciel lalu merengkuh tubuh yang lebih besar darinya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
le leanúint

Yo! Pa kabs....
Pendek ya chap kali ini?
Chapter selanjutnya udah mulai di Scout legion nih

Btw, sorry banget lama up, soalnya masih cari referensi sama ide juga
Dah yaa....

feicfidh mé ar ball thú

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro