하트
"Jimin byuntae [mesum]?" panggil Soo-yeon yang tiba-tiba diam sejenak melihat wajah Jimin bersinar ceria.
"Iya producer-nim?" tanya Jimin kembali dengan senyuman lebar.
"Apa yang kau lakukan? Kau tidak mungkin tersenyum ria pada hari rekaman, lebih tepatnya lagi ketika ada tiga track yang harus diselesaikan hari ini—"
"Tidak, aku benar-benar baik-baik saja." jawab Jimin yang tiba-tiba mulai tertawa geli memikirkan sesuatu.
"That's it, I'm calling Jungie eonni!" ucap Soo-yeon kesal karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Sementara itu, Jimin tetap duduk di sofanya, dengan senyuman lebar dari telinga ke telinga.
"Hey Jungs!"
"What's up?" jawab Soo-jung kembali dengan nada rendah yang ia sering gunakan untuk melucu.
"What did you give to this pervert that made him smile all day long like a fool?" tanya Soo-yeon dengan nada menyindir.
"I sent him a bodyguard—"
"Seriously?" ucap Soo-yeon dengan nada seolah-olah jawaban Soo-jung tidak masuk akal.
Soo-jung yang bisa menebak pikiran Soo-yeon langsung menambahkan, "A woman to be precise. . ."
Mendengar itu, Soo-yeon tiba-tiba diam sejenak sebelum berteriak keras-keras.
"WHAT?!"
Ia benar-benar tidak percaya telinganya sendiri. Soo-jung mengirimkan bodyguard—lebih tepatnya seorang wanita untuk menjaga Jimin si mesum?
"Anyways, sorry gotta go!" Dengan itu, Soo-jung langsung mengakhiri panggilannya, meninggalkan Soo-yeon yang masih shock dengan apa yang barusan ia dengarkan.
Setelah beberapa saat terdiam, ia mulai menggoyangkan kepalanya dan melakukan stretching tangan, "Baiklah byuntae, ayo kita mulai rekaman ini sebelum aku gila melihat wajahmu yang aneh."
"Okay producer-nim!"
Meskipun menerima makian dan amarah Soo-yeon yang tidak kunjung berakhir, Jimin tetap memasang senyuman lebar di wajahnya menerima semua makiannya.
Di kepalanya hanya ada satu hal yang ia pikirkan, dan itu adalah untuk menemui bodyguard kiriman Soo-jung. Berbagai macam adegan mesum mulai muncul di kepalanya, dan ia bahkan tidak bisa menahan mulutnya sendiri untuk tidak berbicara mengenainya.
"Aku tidak sabar untuk mencicipi—" gumam Jimin si mesum di tengah rekaman sebelum ia disentak oleh suara Soo-yeon yang bergelegar.
"PARK JI-MIN!"
🌼🌼🌼
"Mengapa ia lama sekali?" gumam Soo-jung sambil terus menatapi jam tangannya. Setengah jam telah lewat menunggu Jimin muncul di casino yang ia janjikan. Dengan tatapan yang setengah gugup dan khawatir, Soo-jung terus berdiri tegap menunggu Jimin bersama Camillia di lobby casino.
"Is he a transgender? I thought girls are the only ones spending a long time preparing themselves—"
"Speak korean, you're gonna have to get used to it." ucap Soo-jung dengan senyum miring. Ia bisa melihat tatapan gugup Camillia yang biasanya jarang ia hadapi.
Sejujurnya ia juga khawatir harus mengirim teman dekatnya sendiri untuk menjalankan misi-misi berbahaya, apalagi menjadi bodyguard untuk Jimin si mesum. Tetapi melihat Camillia yang begitu mengharapkan untuk mendapatkan pekerjaan selama liburan, ia tidak punya pilihan selain menyerahkannya kepada Jimin.
"Lia, aku hanya berharap kau tidak akan jatuh cinta dengan—"
"Itu tidak akan terjadi," tekas Camillia dengan raut wajah yang kaku. Sejak kejadian ia ditinggalkan orang tuanya, hatinya sudah mati. Ia mengalami hal yang sama seperti Soo-jung ketika melalui masa-masa putus dengan Jung-kook.
Satu-satunya harapan untuk menyembuhkan hati Camillia adalah dengan menemukan pria yang tepat untuk mengaturnya. Sama seperti Tae-hyung yang bisa merawat Soo-yeon si pelupa, dan Jung-kook untuk merawat Soo-jung yang terlalu sibuk untuk merawat dirinya sendiri, Camillia juga harus menemukan pria yang tepat untuk memulihkan hatinya.
Selama lima tahun terakhir, Soo-jung selalu mendoakan agar Camillia bisa menemukan jodohnya. Namun setiap kali seorang pria menangkap basah Camillia yang sedang menjalankan pekerjaannya sebagai bodyguard, pembunuh bayaran, dan bahkan mata-mata, mereka langsung meninggalkannya tanpa berpikir dua kali. Itulah yang membuat hati Camillia semakin keras dan tidak berperasaan.
"Soo-jung a!" panggil seorang laki-laki dari kejauhan. Semua pikiran yang sedang melambung dalam kepala Soo-jung langsung hilang dalam sekejap.
"Baiklah, Jimin ssi. . ." tekas Soo-jung dengan nada menyindir pada nama Jimin, "Ini adalah bodyguardmu, Camillia Peterson. Dia adalah teman dekatku, jika kau berani-berani menyentuhnya atau mempermainkannya, aku akan mencarimu dan membunuhmu di tempat. Deal?"
"Baiklah!" jawab Jimin ceria sambil meletakkan tangannya di pundak Camillia. Setelah diam sejenak menatapi wajahnya, ia baru menyadari sesuatu. Dengan senyuman licik, Camillia kembali menoleh kearahnya.
"Jadi, apakah kau sudah menemukan dompetmu?" tanya Camillia dengan senyuman menyeringai di wajahnya. Ia masih mengingat jelas-jelas kejadian malam itu, dan tentu saja, dia tidak akan membiarkan kesempatan balas dendamnya lewat begitu saja.
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud." jawab Jimin gugup. Ia bahkan tidak berani untuk melihat Camillia di mata. Sedangkan Soo-jung yang berdiri di hadapan mereka, dengan pandangan yang bertanya-tanya.
"Okay, so I have a meeting after this," ucap Soo-jung untuk membantu menceriakan atmosfir canggung yang menyelimuti mereka, "Setelah selesai dengan urusanmu di casino, Jimin ssi, tolong antarkan Lia kembali ke penthouseku."
Jimin langsung mengangguk dengan tatapan horrornya yang tertanam pada wajah Camillia. Tak lama kemudian, ia berjalan terlebih dahulu—tanpa mengatakan apa-apa—ke dalam casino.
"This is going to be fun." gumam Camillia sambil mengikuti Jimin masuk entrance utama casino elite tersebut. Setelah bertahun-tahun menjaga orang, menyamar, dan memata-matai, Camillia yakin bahwa casino seperti ini tentunya hanya untuk orang elite. Biaya masuk per orangnya saja sudah jutaan. Apalagi uang yang akan mereka habiskan untuk berjudi.
"Kau bisa duduk di sampingku sambil kita bermain, dan tolong jangan biarkan wanita lain mendekatiku. Aku. . ."
"Tenang saja, enjoy your game." tutur Camillia dengan senyuman semanis-manisnya. Alih-alih hanya duduk menonton, Camillia juga ikut bermain.
"K-Kau. . ."
"Tenang saja, sebutkan berapa yang kau ingin menangkan dan aku akan mendapatkannya untukmu. . ."
Camillia memberikan 'wink' manisnya kepada Jimin yang masih beku diam di sebelahnya.
"Soo-jung tentunya telah mengirimkanku bodyguard yang aneh. . . Jaemittda [Serunya]" pikir Jimin sambil menoleh kearah kartu yang barusan diberikan padanya.
🌼🌼🌼
"Daebak! [Luar biasa!]" teriak Jimin seolah-olah ia tidak bisa memercayai matanya sendiri. Sepanjang permainan casino tadi, Camillia tidak sekali-sekalipun kalah. Ia terus menatapi gadis yang sedang berdiri di sampingnya. "Ia adalah satu gadis yang cukup istimewa. . ."
"Park Ji-min!" teriak seorang wanita keras-keras, membuat Jimin dan Camillia langsung menghentikan langkah mereka dalam sekejap. Jimin menoleh ke belakangnya dan mendapati seorang wanita berpakaian dress ketat, dengan cincin berlian besar di tangannya, serta tas branded yang tentunya mahal.
"Apa yang kau inginkan kali ini Kang Sae-ra?" tanya Jimin kembali dengan ekspresi wajah datar. Ia hanya bisa berdoa Camillia segera mendapatkan 'hint'nya bahwa ia sedang dalam masalah besar.
"Bagaimana kau bisa meninggalkanku begitu saja minggu lalu! Kau harus bertanggung jawab—"
"Sae-ra ssi," ucap Jimin dengan nadanya yang ia buat semanis-manis mungkin untuk membuat wanita histeris di depannya diam sesaat. "Kau kan jelas-jelas tahu, aku juga telah memperingatkanmu. Aku tidak pernah mencintai siapapun. Karena itu, betapa bodohnya kau jika kau berpikir bahwa aku akan menyukaimu!" bisik Jimin kembali dengan nada pelan—tetapi cukup keras didengar bagi Kang Sae-ra yang berdiri tepat di depannya.
"Kau!"
Sae-ra langsung mengangkat tangannya tinggi-tinggi, emosinya sudah meluap, dan ucapan Jimin juga tidak membantunya. Ia siap untuk menampar Jimin keras-keras sebelum tangannya tiba-tiba disambar dan ditarik kearah punggungnya sendiri. Ia menoleh ke belakangnya dan mendapati Camillia berdiri tenang menahan gerakannya.
"Apa yang kau lakukan?" sentaknya ketus.
Jimin juga ikut terkejut melihat aksi Camillia yang langsung melindunginya tanpa harus diperingatkan.
"Maafkan aku, tetapi aku yakin seorang wanita sepertimu tidak punya hak untuk menampar seorang pria." ucap Camillia lirih tepat di belakang telinga Sae-ra. Tentunya mendengar ucapannya yang tepat sasaran, Sae-ra langsung diam tertegun.
—End of Chapter One : 하트—
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro