포기
"Aku telah menunggumu selama setahun Tuan Putriku,"
Camillia langsung berdiri dari posisinya dan mendapati pria yang telah ia hindari selama setahun berdiri tepat di depannya.
"Kau. . . Mengapa kau bisa disini?" tanya Camillia dengan suara serak.
"Aku. . . adalah pendatang baru yang baru saja mengalahkanmu, sang 'Red Killer' yang tidak terkalahkan." balas Jimin kembali dengan senyum puas.
"Tidak mungkin!" teriak Camillia sebelum melandakan tendangan mematikan yang tadi ia gunakan selama pertandingan boxing. Sesuai prediksinya, Jimin langsung jatuh terkapar di lantai.
Camillia tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia langsung mendekat ke arah Jimin dan melandakan serangan bertubi-tubi. Sayangnya, Jimin tidak punya pilihan selain mempertahankan diri dari Putri Inggris yang ganas itu. Ditengah semua serangan itu, Jimin akhirnya menemukan sebuah celah dan mendorong Camillia hingga kini Camillia lah yang terkapar di lantai dengan kedua tangannya dicekal Jimin.
Camillia terus meronta-ronta apalagi setelah melihat wajah Jimin yang dipenuhi kemenangan, ia tidak tahan akan perasaan terkalahkan. Disaat itulah Jimin mendekat dan berbisik, "I don't know about you but I'm loving the view."
Akhirnya Camillia berhenti meronta dan terdiam. Ia merasakan kedua tangannya sakit karena pertahanan Jimin begitu kuat.
"I give up. Get off me." geram Camillia dengan suara kecil.
Menuruti keinginan Camillia, Jimin langsung bangkit dari posisinya dan bahkan membantu Camillia berdiri kembali.
Namun tiba-tiba terdengar suara perut kelaparan tepat dari tubuh Camillia.
Jimin hanya bisa terkekeh, "Kau lapar ya? Ayo makan!"
"Nope, aku tidak akan pergi kemana-mana denganmu!" balas Camillia kembali.
Jimin langsung mengeluarkan handphonenya dan mengambil gambar Camillia yang sedang cemberut. Disaat itulah Camillia sadar akan bahayanya gambar tersebut apabila tersebar. Martabat Keluarga Kerajaan bisa hancur karena gambar itu. Ia langsung mencoba mengambil handphone milik Jimin dari genggaman Jimin.
Jimin sendiri tidak mau kalah, ia terus mengangkat tinggi handphone tersebut agar tidak tercapai oleh Camillia.
Namun disaat itulah kedua tangan Camillia yang meleset dari handphone tersebut dan jatuh ke pundak Jimin. Keduanya membeku di tempat, apalagi karena posisi mereka yang begitu dekat.
Camillia langsung mencoba melepas tangannya, tetapi kalah cepat dengan kedua tangan Jimin yang kini menjaga Camillia agar tetap di tempatnya.
"I miss you." bisik Jimin lirih kepada Camillia.
"Kau harus tahu satu hal Tuan Puteriku, meskipun kau telah menyerah karena amnesiaku, aku tidak akan pernah menyerah berjuang untukmu." tutur Jimin sambil terus memeluk Camillia.
🌼🌼🌼
"Kita mau kemana?" tanya Camillia sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Jimin yang begitu erat di pergelangan tangannya.
"Perutmu sudah menderita begitu, kau masih tidak mau makan?"
"B-Baiklah. Mau makan dimana?" balas Camillia agak terbata-bata.
"Steak?"
"Aku sedang diet." balas Camillia dengan cepat.
"Egg Benedict?"
"Aku tidak suka telur."
"Fish and Chips?"
"Aku alergi seafood."
"Pancake?"
"Aku tidak boleh makan roti, aku sedang diet."
"Terus kau mau makan apa?"
". . . Aku tidak tahu juga," balas Camillia dengan senyum tersipu malu bagaikan anak kecil yang kebingungan memilih permen.
"Sup rumput laut?"
"Boleh juga," balas Camillia dengan senyum gemilang. Namun ia tiba-tiba sadar akan sesuatu, "tapi ini kan di Inggris bukan Korea. Mana bisa kita menemukan sup rumput laut?"
"Aku tahu suatu tempat." balas Jimin dengan cepat.
"Baiklah, ayo cepat berangkat!" sahut Camillia sambil menyeret Jimin kearah mobilnya.
"Eh! Tunggu sebentar! Naik mobilku saja!" sahut Jimin sambil menyeret Camillia ke arah berlawanan.
Baru saja Camillia ingin melawan, namun ia melihat sederatan paparazzi yang sedang menunggu kedatangannya di depan mobilnya yang terparkir valet.
Terpaksa ia menggeret Jimin berlari ke arah mobil Jimin, "Baiklah! Mobilmu saja! Cepat!"
🌼🌼🌼
Camillia hanya bisa tercengang mendapati dirinya berada di apartemen seorang Park Jimin di daerah South Kensington.
"Kenapa kita disini? Bukannya kita mau makan sup rumput laut?" ujar Camillia bertanya-tanya.
"Iya, disinilah tempatnya." balas Jimin kembali.
"Tapi tidak ada koki yang terlihat."
"Hey, kau sedang melihatnya di depanmu." ujar Jimin sambil menunjuk ke arah dirinya. Namun ucapannya ini malah disahut tawa seorang Camillia.
"Bahahaha, kau? Park Ji-min memangnya bisa masak?"
Camillia baru ingin melanjutkan tawanya sebelum ia merasakan mulutnya dibungkam tangan Jimin.
"Sed-Sedang ap-wa kauhh?" tanya Camillia sambil mencoba melepas bungkaman tangan Jimin.
"Jangan keras-keras. . . disini masih ada para member lain!" bisik Jimin dengan wajah panik.
Disaat itulah seorang Min Yoon-gi tiba-tiba muncul dari sebuah kamar, membuat Camillia yang panik langsung berlari secepatnya ke kamar Jimin. Hal ini karena satu-satunya kamar yang terbuka dan terlihat aman hanyalah kamar Jimin.
Setelah melihat Camillia aman, Jimin kembali bertingkah seolah-olah tidak ada apa-apa.
"Hyung, butuh sesuatu?" tanya Jimin ke arah Min Yoon-gi.
"Ani, keunyang mok i jom apasseo, mul masyeo hago sipeosseunika nawasseo [Tidak, tenggorokanku agak sakit, aku keluar hanya untuk minum air.]" balas Yoon-gi kembali dengan santai.
"Eo, arraseo [Eh, baiklah!]" balas Jimin kembali. Sambil menunggu Suga selesai mengambil airnya, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya untuk mengganti baju.
Ia memasuki kamarnya dan mendapati Camillia terduduk diatas kasurnya.
Tanpa peringatan, si Jimin yang licik langsung melepas bajunya. Tingkahnya yang diluar perkiraan Camillia langsung membuat Camillia menutup matanya secepat mungkin.
"Buat apa kau tutup matamu? Bukankah kau sudah pernah melihat semuanya?" ejek Jimin sambil perlahan-lahan memakai bajunya.
"Dasar byuntae! [Dasar mesum!]" teriak Camillia sebelum mulutnya kembali disambar Jimin dengan kemejanya yang belum terkancing sehingga menunjukkan otot perutnya yang terbentuk.
Camillia perlahan-lahan mundur agar tidak terlalu dekat dengan Jimin, namun Jimin malah semakin mendekat, membuat posisi Camillia akhirnya terlentang diatas kasurnya.
"K-Kau mau apalagi?" bisik Camillia sambil berusaha menghindari dari tatapan Park Jimin yang menegangkan.
Park Jimin sendiri sadar akan wanita cantik yang sedang berada di hadapannya, dan jika ia tidak menahan diri ia bisa-bisa lepas kendali. Oleh karena itu, ia langsung beranjak dari posisinya dan membenarkan posisi bajunya.
"Aku akan membuatkanmu sup rumput laut itu. Kau mau ikut atau tidak?"
"Um. . ." Camillia terlihat agak sedikit meragukan, namun akhirnya ia beranjak dari posisinya dan mengikuti Jimin ke dapur.
Namun mereka disambut dengan penampakan yang mengejutkan di dapur.
"Lia-ssi?"
"Oh shit."
Disitu terdapat enam anggota Bangtan sedang menikmati cereal mereka serta Jeon Jung-kook yang sedang melakukan video call dengan Soo-jung.
"Camillia! Is that you?" teriak Soo-jung sangking terkejutnya.
Oh boy. . . batin Camillia.
— End of Chapter Twenty One : 포기 —
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro