Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

취해

Tiga bulan kemudian...

"Aku akan segera menuju ketempat itu!" ujar Camillia sambil cepat berlari menuju mobilnya. Hatinya gugup setelah mendengar kabar Ji-min mabuk berat di sebuah club—tanpa pengawasan bodyguard. Jika berita ini terlepas ke media, reputasi Bangtan tentunya akan hancur.

Untungnya, jalan raya cukup sepi, mengingat bahwa jam telah menunjukkan angka sebelas malam. Hanya angin malam serta bulan sabit yang menemaninya sepanjang perjalanan.

Lia bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke dalam club. Hal pertama yang ia lihat adalah kerumunan orang yang berkumpul di tengah ruangan, seolah-olah sedang memerhatikan sebuah kejadian menarik.

"Kembalikan wanitaku! Dasar anak gila tak tahu diri!" teriak seseorang sambil membanting botol soju-nya dengan kasar kearah meja. Suara kaca pecah membuat seisi ruangan semakin tegang.

"Asal kau tahu, aku tidak pernah memohon seorang wanita untuk jatuh hati denganku. Wanitamu ini juga sepertinya telah jatuh hati untukku," ucap Jimin setengah mabuk sambil mengelus-elus wajah penari strip-tease disampingnya itu.

Anehnya, sang wanita tiba-tiba berdiri dan pergi ke sisi pria yang marah. Ia memeluk tangan pria tersebut dengan erat. Sang pria itu maju dengan mata melotot kearah Jimin.

"Aku paling membenci pria sok sepertimu, tingkahmu yang seperti banci memuakkan—"

Sebuah tinju melayang di wajah pria itu sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Jimin yang setengah mabuk menjadi sempoyongan setelah melandakan serangannya.

Lia segera lari kesamping Jimin untuk melindunginya. Ia menatapi sang pria tadi dan mengangkat tangannya.

"Hentikan ini,"

Tiba-tiba, Jimin menarik Lia kearahnya dan menciumnya begitu saja. Lia begitu terkejut hingga ia mematung diam. Namun, ia tahu bahwa Jimin bukan lagi setengah mabuk, melainkan mabuk berat. Ia menjauhkan tubuh Jimin darinya dan menyeretnya keluar club itu.

Para penonton yang melihat adegan tersebut malah terkejut bukan main. Termasuk sang pria pembanting soju tadi. Ia mengelus-elus pinggang penari strip-tease itu sambil bergumam, "Bodyguardnya kasihan juga, harus mengurus bocah besar sepertinya bagaikan balita kecil,"

Sementara itu, Lia masih berjuang menyeret Jimin kearah parkiran. Jimin yang sempoyongan kecepatan jalannya semakin lama semakin menurun. Terpaksa, Lia mengikuti irama kaki Jimin agar Jimin tidak terjatuh. Sesampainya di tempat parkir, tangannya meraba-raba kantongnya untuk mencari kunci mobil.

Suara klik pintu terbuka membuat Lia mendesah lemah. Ia mendorong Jimin memasuki mobil sedannya. Tanpa menunda, Lia menancap gasnya dengan kencang. Kegelapan malam menyambut mereka di pintu luar parkir.

Jimin yang sudah mabuk berat langsung tertidur pulas di kursi depan. Lia memutuskan untuk memasangkan sabuknya di lampu merah. Ia mendekat untuk meraih ujung sabuk. Jimin yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya terkejut melihat Lia begitu dekat dengannya.

"Dimana aku?" gumam Jimin sambil memijat pelipisnya.

Lia menancapkan sabuk pengamannya dan membisu. Ia kembali menyupir tanpa mengucapkan apapun.

🌼🌼🌼

"Lia! Dimana dia!" teriakan Jimin yang disertai suara pecahan benda menaungi seisi ruangan. Para bodyguardnya yang lain hanya bisa mematung diam di depannya.

Lia memasuki ruangan itu dengan wajah dingin. Tangannya segera melayangkan serangan di daerah perut Jimin.

"Apakah kau sudah gila?" ujar Lia kasar.

Serangan Lia tidak terduga itu mengejutkan Jimin. Ia tetap mematung diam di depan Lia. Suasana hening yang menyelimuti ruangan itu semakin menakutkan.

"Kalian semua keluar, kecuali Lia." bisik Jimin dengan suara lemah. Para pria berjas hitam yang mengelilinginya langsung bergegas meninggalkan ruangan itu.

Jimin maupun Lia tetap diam. Tiada satupun yang berani mengucapkan apapun. Akhirnya, Lia terpaksa membuka mulut.

"What's gotten into you?" ujarnya dengan nada heran campur kesal.

Sebuah senyuman terukir di wajah Jimin. Senyuman itulah yang menakuti Lia.

"Kau. . . dengan sok polosnya menanyakan itu padaku? Kau jelas-jelas tahu aku menjadi gila gara-garamu!" teriak Jimin kasar.

Tanpa disadarinya, air mata telah berlinangan di wajah Lia.

Flashback
🌼🌼🌼
Park Jimin

"Ayolah, Jimin-a, tidak ada salahnya untuk bersenang-senang!" ujar Sung-hyuk disertai tawaan.

Sederetan minuman alkohol menerjang meja kami. Tanganku sudah tidak sabar untuk membuka satu. Ujung-ujung jariku hampir saja menangkap botol whiskey sebelum dihentikan jari seorang wanita. Aku menoleh kearah wanita disampingku dan tersenyum kecil.

"Ijinkanku membantumu," bisik sang wanita itu sambil menyandarkan tubuhnya kearahku. Ia menindihkan dadanya tepat di depanku untuk menggodaku.

Wanita sepertinya sudah biasa bagiku. Aku hanya mengeluarkan desahan lemah sambil menyambar gelas-gelas kecil yang ia tawarkan. Lama kelamaan, kepalaku mulai berat. Tanpa diberitahupun aku sudah mengenal sensasi ini.

"Ya! Jimin-a! Kenapa hari ini kau. . . begitu lemah?" ujar Sung-hyuk disertai tawa besar. Aku sendiri juga heran, kenapa hari ini aku bisa begitu lemah terhadap alkohol. Biasanya dibutuhkan sepuluh botol untuk membuatku mabuk, namun hari ini bahkan tidak sampai sebotol.

Aku menoleh kearah dance-floor. Sebaiknya aku mulai mencuci mata. Di club ini ada begitu banyak wanita menggoda.

Aku menoleh keujung ruangan dan mendapati seorang wanita duduk sendirian di meja bar. Perlahan-lahan aku mendekatinya, namun aku kalah cepat dengan seorang pria berpakaian jas hitam. Aku merasa pernah melihat pria itu, tetapi aku lupa kapan dan dimana. Tiba-tiba, langkah kakiku terhenti ketika melihat sang wanita mencium pria itu.

"L-Lia?" bisikku dengan suara lemah. Wanita itu tiba-tiba menoleh kearahku dan beranjak dari kursinya dengan terkejut.

Pandanganku yang awalnya kabur akhirnya lebih jelas. Aku melihat dengan mataku sendiri, gadis yang telah kucari selama berbulan-bulan sekarang berdiri di depanku.

Hatiku rasanya hancur melihat sosoknya. Aku ingin sekali membakar tubuh pria yang ia cium hidup-hidup. Beraninya ia menyentuh tubuh Camillia.

Amarahku sudah tidak dapat ditahan lagi, aku membanting sebuah meja dan pergi meninggalkan club itu tanpa mengucapkan salam apapun ke teman-temanku.

Kegelapan malam menyambutku diluar club. Hatiku begitu sakit aku tidak dapat menahannya. Aku berjanji pada diriku, aku harus mendapatkan gadis itu. Bagaimanapun caranya.

Camillia akan selalu menjadi milikku.

🌼🌼🌼

"Seriously, kau marah hanya karena itu?" ujar Lia dengan nada seolah-olah tidak memercayai Jimin.

"Kau masih berani bertanya kembali padaku? Tentu saja aku akan marah, kau kan—"

"Aku bukan siapa-siapamu. Last time I checked, kita sudah mengakhiri hubungan kita. Kau bukan lagi client-ku, aku menolongmu kemarin untuk membalas budiku ketika di jurang. Sekarang, kita sudah impas dan aku tidak lagi berhutang padamu." ucapan Lia yang menusuk itu berhasil membuat Jimin diam membisu.

Lia tidak melakukan itu tanpa sengaja. Ia sudah mengetahui letak Jimin di hatinya. Ia tidak ingin Jimin terluka terus kedepannya. Oleh karena itu, ia berusaha sekeras mungkin untuk memotong segala bentuk hubungan antarnya dengan Jimin.

"Keureom [Kalau begitu], bagaimana caranya agar aku bisa membuatmu milikku?" tanya Jimin kembali dengan raut wajah dingin.

"Kau tidak bisa dan kau tidak akan pernah!" balas Lia kembali. Ia langsung berjalan keluar meninggalkan ruangan itu tanpa sekalipun menengok kembali. Ia memotong segala bentuk hubungannya dengan Jimin. Sudah tidak ada lagi kontrak yang mengikatnya dengan Jimin.

🌼🌼🌼
—Unknown POV—

Aku menatapi foto-foto dihadapanku tanpa mengucapkan apapun. Investigasi yang kulakukan berguna juga. Ternyata, Belinda masih hidup selama ini. Kupikir ia telah mati ditelan api dalam kecelakaan itu. Rupanya ia masih hidup.

Aku sudah menduga dari awal bahwa ia pasti akan bersembunyi, tetapi aku tidak pernah menduga bahwa ia begitu dekat denganku.

Belinda. . . aku tidak pernah menyangka bahwa kau sebenarnya Camillia Peterson.

Dari seorang putri yang menerima semuanya dengan sendok emas, kau sekarang telah menjadi seorang anjing penjaga bagi kaum yang awalnya berada dibawahmu.

Kemampuanmu itu dapat kutangani dengan ratusan prajurit bawahanku, namun itu juga sia-sia.

Aku seharusnya menghancurkanmu saat itu juga ketika aku menemuimu. Entah kenapa, hubunganmu dengan Lee Soo-jung pemilik Lee Corp telah membuat semuanya berantakan.

Lihat saja, Belinda. Aku akan menghancurkanmu sama seperti aku menghancurkan orang tuamu.

Kecelakaan itu merupakan sebagian kecil dari kemampuan yang akan ku kerahkan untuk menghancurkanmu.

Seluruh Inggris akan menjadi milikku.

Tunggulah aku, Belinda. Kau akan merasakkan kekuatanku dan menangis dibawah lututku meminta ampun.

—End of Chapter Eleven : 취해—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro