Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

집중

"Wow, kau—"

"Apakah bertingkah seperti playboy membuatmu bangga? Apakah berlagak seperti kau pemilik semua hati dan virginity mereka membuatmu bangga?" sentak Camillia yang sudah tidak tahan lagi. Awalnya ia memutuskan untuk diam saja karena cukup seru menonton adegan Jimin dimarahi para wanita itu. Tetapi ia tidak tahan setiap kali Jimin mengatakan sepatah kalimat di depannya mengenai palsunya cinta.

"Cinta itu palsu, karena itulah yang perasaanku terhadap para wanita bodoh ini hanyalah 'atraksi sesaat', mereka hanya akan menjadi mainanku untuk sesaat sampai minatku habis."

"I'm done for today. Tolong antarkan aku pulang. . ." ucap Camillia dengan desahan lemah. Ini pertama kalinya ia merasa begitu marah pada seorang klien dan ia tidak ingin menumpahkan semua emosinya begitu saja.

"Tidak, kau harus menjagaku sampai tengah malam. Atau paling tidak temani aku sebagai pasanganku untuk menghadiri sebuah exhibition sebentar lagi."

"No thanks!" sentak Camillia kembali kesal.

"Kalau begitu, aku akan harus menggunakan cara ini!" ucap Jimin yang langsung mendorong Camillia kearah tembok. Ia mencegat gerakan apapun yang bisa dilakukan Camillia dengan menahan tangannya di dinding.

"Aku tidak percaya kau akan serendah ini untuk menggunakan. . ." ucapan Camillia tiba-tiba terhenti ketika melihat wajah Jimin yang lama perlahan mendekat kearahnya.

"Kenapa kau tiba-tiba diam?" tanya Jimin kembali dengan seringai licik pada wajahnya.

Tanpa berpikir dua kali, Camillia langsung menendang kaki Jimin dan melarikan dirinya dari casino itu. Ia harus menghubungi Soo-jung secepat mungkin untuk kabur dari Jimin.

"Jungs, I'm sorry, I can't deal with—"

Camillia dikejutkan dengan tangan Jimin yang tiba-tiba menarik ponselnya darinya.

"Tidak apa-apa Soo-jung a, tidak ada apapun. Lia ssi tidak sengaja kehilangan ponselnya dan ia baru menemukannya sekarang." jawab Jimin kembali sebelum mengakhiri panggilannya.

"Apakah kau sudah gila?" teriak Camillia yang tidak terima. Entah apa yang ada di pikiran Jimin hingga membuatnya melakukan adegan itu.

"Kau harus mengikutiku kapanpun dan dimanapun. Sekarang ayo, kita harus pergi dari sini." ucap Jimin yang langsung menggeret Camillia ke dalam mobilnya tanpa memedulikan teriak dan omelannya.

🌼🌼🌼

"Kenapa sekarang kita ada di mall?" tanya Camillia dengan nada yang sangat menunjukkan kekesalannya.

"Karena, kau butuh baju untuk pergi ke sebuah acara private exhibition denganku." jawab Jimin kembali dengan senyuman lebar.

"Kenapa aku harus ikut? Kan kalau exhibition private berarti tidak ada wartawan, paparazzi, dan stalker, you're perfectly safe."

"Aku tidak bisa pergi tanpa ada wanita di sampingku."

Camillia benar-benar tidak bisa memercayai telinganya sendiri, kalimat yang Jimin barusan katakan telah mengaktifkan kembali emosi marahnya.

"Apakah kau pikir wanita itu semacam mainan? Kita juga manusia dan kita punya harga diri! Aku tidak akan pernah pergi ke exhibitionnya denganmu!" teriak Camillia keras-keras sebelum menginjak kaki Jimin di tumitnya dan meninggalkannya begitu saja.

Jimin yang masih mengerang-erang menahan sakit di tumitnya langsung cepat mengejar Camillia. Ia menarik lengan Camillia kearah pelukannya. Tanpa disadarinya, Camillia juga tiba-tiba malah gugup melihat wajah Jimin yang begitu dekat dengannya.

"Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud mengucapkan kata-kata itu." ujar Jimin dengan suara lirih.

"Okay, fine, let's get this over with." balas Camillia dengan malas. Jimin yang ceria setelah mendengar jawab Camillia langsung menariknya ke dalam toko baju terdekat.

Camillia cukup terganggu melihat tatapan staff di sekitarnya yang begitu iri padanya. Padahal, kalau dipikir-pikir ia rela juga disuruh bertukar posisi. Ia lebih memilih menjadi karyawan toko, dibandingkan wanita dari seorang womanizer.

"Lia ssi, coba ini." ucap Jimin sambil menyodorkan sebuah dress kepada Camillia.

"Are you kidding me? Baju ini bahkan tidak menutupi pahaku!" teriak Camillia setelah melihat pilihan baju Jimin.

"Ah, sudahlah. Lagipula hanya aku yang akan melihatmu memakainya kok. . ." balas Jimin kembali dengan santai.

"Aku tidak akan pernah pakai baju ini dasar byuntae [mesum]!" ucap Camillia sambil berjalan melewati Jimin kearah lorong pakaian lain.

Dibandingkan pilihan Jimin yang akan menampilkan dirinya sebagai wanita murahan, ia lebih memilih memakai baju strapless dengan slit panjang dari kaki sampai pahanya. Baginya, ini jauh lebih elegant dan sopan.

Tanpa mendengarkan celotehan Jimin yang tidak berhenti, ia langsung masuk ke dalam suatu ruangan untuk mengganti pakaiannya. Ia membuka tasnya dan memakai make-up yang tidak berlebihan.

"Menurutku ini cukup sopan, tidakkah begitu menurutmu?" ucap Camillia setelah keluar dari ruangan tersebut. Jimin yang cukup terkejut melihatnya langsung membuka matanya dan mulutnya lebar-lebar.

"Sebaiknya kau mengganti bajumu kembali." ucap Jimin yang masih tertegun melihat Camillia.

"Why?"

"Karena kau terlalu cantik memakai ini." ucap Jimin kembali dengan nada yang ia buat-buat seolah-olah ia terkejut.

"Ish, sudahlah. Ayo cepat pergi sebelum kita telat." celetuk Camillia kembali.

Jimin langsung mengangkat tangannya ke samping, dan tentu saja Camillia langsung menerima tangannya.

🌼🌼🌼

"Wah, Park Jimin ssi, kami merasa terhormat untuk menerima kedatanganmu di exhibition kami kali ini." ucap sang Ketua Panitia dengan tubuh yang ia bungkukan dengan hormat kearah Jimin. Ia baru ingin menoleh dan menyambut Camillia ketika ia menyadari sesuatu. . .

"Kami juga merasa terhormat menyambut. . ." suara sang panitia lama kelamaan mulai menghilang setelah ia melihat wajah Camillia. Ia terus menatapi wajahnya seolah-olah ia merasakan sesuatu yang aneh.

"Ini temanku, Camillia Peterson." sela Jimin yang lama kelamaan mulai penasaran melihat respon sang ketua panitia.

"Ah iya, Ms. Peterson, we are delighted to have you here." lanjutnya dengan senyuman hangat kearah Camillia.

Setelah melewati area sambutan, mereka langsung memasuki ruang pameran lukisannya.

"Apakah ada sesuatu yang aneh dengan wajahku?" tanya Camillia penasaran. Jimin yang langsung menoleh kearahnya sambil menatapinya seolah-olah ia sebuah objek mikro.

"Iya, kau terlalu cantik."

"Ish! Bukan itu maksudku!" sentak Camillia kembali dengan kesal.

"Sudahlah, ayo masuk saja." sahut Jimin yang langsung meletakkan tangannya pada pinggang Camillia erat-erat. Setelah melihat para pria lain menatapi Camillia dengan kagum, ia tidak pernah merasa lebih marah lagi. Baginya, Camillia adalah miliknya dan hanya miliknya. Camillia yang mulai merasa tidak nyaman langsung melepaskan dirinya dari pegangan Jimin dan pergi untuk menyapa seorang tamu.

"Sir William!" panggilnya dengan ceria sambil memeluk sang pria tua di depannya. Ketika Jimin baru ingin mengejarnya, ia didatangi oleh sekumpulan businessman lainnya yang mulai mengajaknya berbincang-bincang. Tentu saja, ia tidak fokus selama berbicara dengan pria di depannya, mata maupun pikirannya terus menempel pada Camillia.

Matanya langsung melebar ketika ia melihat pria tua tadi meletakkan tangannya pada pinggang Camillia dan membisikkan sesuatu kepadanya, membuat Camillia tertawa geli mendengarnya. Jimin sudah tidak tahan lagi, ia langsung meninggalkan rombongannya dan menarik Camillia dengan paksa kearahnya.

"Jimin ssi, apa yang kau—"

Camillia langsung diam melihat Jimin mendekati wajahnya dan menciumnya begitu saja—di depan umum lebih tepatnya. Ia begitu malu, namun disaat yang bersamaan ia menyukai sensasinya. Ini pertama kalinya ia merasa begitu gugup dan malu di depan seorang pria. Yang membuatnya kesal adalah, mengapa di antara semua pria, pria yang membuatnya merasakan ini harus Park Ji-min?

"I feel like I'm third-wheeling here." sela seseorang yang tiba-tiba berdiri tepat di samping mereka. Jimin langsung berhenti ketika melihat sang wanita mungil itu tersenyum licik.

"Hey Jungs!" sambut Camillia dengan maksud untuk memecahkan atmosfir panas yang ia rasakan.

"You might as well get a room." celetuk Soo-jung tiba-tiba. Ucapannya membuat Jimin tersenyum kecil, dan tentunya membuat Camillia memukulinya habis-habisan.

—End of Chapter Two : 집중—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro