안녕
—Camillia Peterson—
Kuhirup udara segar yang penuh aroma kopi. Inilah London, kota kelahiranku. Aku tahu bahwa kedatanganku ini pasti akan membawa banyak masalah. Namun, sepertinya ini sudah waktunya. Aku akan berada disini untuk seterusnya. Aku akan mengambil takhtaku kembali dari sang penipu yang sedang menduduki takhtaku.
Aku menaiki bus doubledecker menuju terminal terdekat dengan mansion-ku. Sekejap, semua ingatan masa kecilku kembali menyeruak ke dalam pikiranku. Waktu itu, ibu ingin mengajakku keluar istana. Namun, ia memintaku untuk merahasiakan ini dari ayahku. Karena itulah, kita melepas jubah dan mahkota. Kami berpakaian layaknya masyarakat biasa dan menaiki bus dari terminal terdekat.
Kalau dipikir-pikir, ibu sama nakalnya dengan diriku. Meskipun ia terlihat seperti wanita yang bagaikan dewi di depan umum, sebenarnya sifat kekanakannya tidak bisa hilang.
Ibu. . . Aku. . . Ingin minta maaf. . . Jika saja waktu itu aku mendengarkan perkatannya dan tidak memusuhi pamanku, ini semua tidak akan terjadi. Jika saja aku tidak memaksakan untuk pergi horse-riding dan memaki pamanku karena tidak sengaja menjatuhkanku, ini semua tidak akan terjadi.
Ini semua salahku.
Aku. . . Terlalu egois.
"B–Belinda?"
Seketika aku akhirnya sadar bahwa aku tidak sengaja melewati pagar luar dan memasuki pintu belakang mansion kerajaan.
"W-Who are you?" ucapku kembali dengan berhati-hati. Meskipun penjaga kerajaan setia kepada raja dan ratu lamanya, aku tetap harus berhati-hati.
"Y. . . You don't remember? I'm Almond. Your personal bodyguard!" bisiknya dengan wajah seolah-olah tidak percaya bahwa aku telah melupakan teman masa kecilku yang paling dekat denganku.
Aku langsung berlari dan memeluknya seerat mungkin.
"Are you. . . Wait, what are you doing here? Why didn't you take over the throne?"
"Y-You. . . How did. . ." Aku begitu terkejut mendengar ucapannya. Kupikir pamanku telah mengganti semua pegawai kerajaan yang bekerja selama masa pemerintahan ayah. Rupanya, masih ada yang tersisa. Aku lebih terkejut lagi mengetahui bahwa Almond mengetahui rahasia gelap pamanku dimana ia menempatkan seorang rakyat jelata yang mirip denganku sebagai Putri Kerajaan dengan namaku.
"Almond, I need your help."
"What is it?"
"I'm taking my place, as the rightful heir of England."
🌼🌼🌼
Author's POV
3 tahun kemudian...
"Jimin-a!" teriak seorang pria muda sambil berlari-lari membawa koran luar negeri di tangannya. Ia sampai di depan tujuannya dengan nafas terengah-engah.
"Hyung!" Aku menemukan Camillia!" teriaknya sekuat tenaga.
Jimin yang begitu terkejut tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya. Ia langsung beranjak dari kursinya di ruang tunggu mereka. Kedua kakinya berlari sekuat tenaga menuju koran yang dipegang Jung-kook.
"Princess Belinda Justine restores peace to England!"
"Wajahnya memang mirip. . . Tapi. . ."
"Hyung, ini jelas-jelas Lia-ssi! Mengapa kau masih meragukannya!"
"Bukan begitu. . ." jawab Jimin dengan desahan lemah sambil memijat kepalanya.
"Putri Belinda ini terkenal untuk perilakunya yang begitu sopan bak putri kerajaan, selain itu ia juga seorang sosialita tingkat tinggi diantara para elit Inggris. Ia memiliki saham di Hotel Rostovia milik Russia dan Hotel Lamberts di New York. Ini semua tidak mirip dengan Lia. Lia orangnya sedikit kasar, ia juga tidak suka bertemu banyak orang, selain itu ia juga tidak sekaya itu. Ia hanya bodyguard biasa!"
"Jangan membohongi dirimu, hyung. Kau jelas-jelas tahu ini Lia-ssi!"
Jimin tetap diam dengan ekspresi yang tidak dapat dibaca. Di dalam hatinya, ia ingin sekali percaya bahwa Putri Belinda adalah Camillia. Tetapi, disatu sisi ia juga tidak ingin menemui Camillia. Ia yakin, kedatangannya hanya akan membawa malapetaka dan sakit hati yang telah ia tahan selama tiga tahun.
"Hyung, minggu depan, kita kan ada konser di London dan photoshoot untuk Harper's Bazaar, keesokan harinya, Putri Belinda akan mengadakan charity gala."
"Tidak. Aku tidak hadir."
"Neucheosseo [Sudah telat], aku sudah meminta Soo-jung mem-booking meja untuk sembilan orang."
Alis Jimin terangkat dengan sekejap. Apakah ia tidak salah dengar.
"Sebentar. . .sembilan?" tanya Jimin dengan bingung.
"Kan termasuk calon istriku dan calon istrinya Tae-Tae."
Jimin langsung tersenyum kecil mendengar omong kosong Jung-kook. "Ternyata, pikiranmu sudah melayang ke situ, kearah yang begitu dewasa Kook-a. Aku sebaiknya memberitahu hyung-soonim [Kakak ipar] agar ia menyuruhmu tidur di luar malam ini."
Jungkook langsung lompat panik, "Ya! Jangan telpon Soo-jung!"
🌼🌼🌼
"Oh no! What should I do. . . Damn it. . . I have to do something to prevent him from coming. . ." gerutu Camillia sambil berjalan mondar-mandir keliling ruang tahta istana. Para pembantunya hanya bisa tergeleng-geleng melihat sosok Camillia yang tidak dapat berhenti di satu tempat. Sudah satu jam berlalu dan Camillia masih saja berjalan kesana kemari sambil menggerutu mengenai sesuatu.
"Your Highness!" suara sang penjaga dari luar pintu menangkap perhatian seisi ruangan. Termasuk Camillia, yang akhirnya memutuskan untuk berhenti sesaat.
"The Prime Minister would like an audience. . ." ucap sang penjaga sambil mempersilakan sang Perdana Menteri memasuki ruang tahta di istana tersebut.
Kedatangan sang Menteri hanya membawa sakit kepala tambahan bagi Camillia. Lagi-lagi ia harus seharian terjebak menandatangani kontrak sana-sini, mengevaluasi perihal legislatif, dan menghadiri rapat-rapat besar.
Tanpa disadarinya malam pun datang. Camillia tiba-tiba memiliki keinginan untuk berolahraga agar menghilangkan stress. Namun, dengan adanya pesta dansa keesokan harinya, ia tidak boleh terlihat terlalu lelah. Oleh karena itu, hanya berenanglah pilihan terbaiknya.
"Almond, would you call the chauffeur and have him escort me to Lambert's Resort?"
"Of course, Your Highness."
Camillia segera memasuki pintu limousine-nya dan memejamkan matanya. Hari itu merupakan hari yang berat. . . pikiran akhirnya bisa beristirahat. Namun, suara radio mobil tersebut akhirnya mengingatkannya pada masalah yang telah ia pikirkan sejak dini hari.
"The Korean Boy-band BTS are officially attending the British Charity Gala!"
Seketika itu juga, Camillia langsung memerintahkan sang supir untuk mematikan radio. Bukannya menghilangkan stress, perjalanan ke kolam renang hanya menambah stress lagi. Tanpa disadarinya, Camillia pun hanyut tertidur. Pikirannya yang menumpuk mendorong kedua kelopaknya untuk tertutup dengan sendirinya. Camillia baru terbangun ketika menyadari bahwa ia sudah sampai di Lambert's Resort.
"Your Highness, we have arrived." kalimat itu cukup untuk membangunkan Camillia dari tidur singkatnya. Ia langsung berlari cepat ke dalam kamar khususnya dalam resort tersebut.
Ia memasuki kamarnya dan langsung mengganti pakaiannya ke pakaian renang. Ia memasang bikini hitamnya dan berjalan ke arah kolam renang, tanpa membawa handuk ataupun kain yang dapat menutupi tubuhnya. Hal ini dikarenakan ini sudah kebal dengan dingin, dan ia juga yakin bahwa tidak mungkin ada orang yang segila dia untuk berenang jam 12 malam.
Ia memasuki kolam renang dan menenangkan pikirannya. Tubuhnya terasa begitu ringan di dalam air, ia merasa begitu bebas.
"Hyung!"
Suara itu seketika membangunkan Camillia ke dalam realita. Ia mengenal suara itu. Perlahan-lahan ia berenang mendekati sebuah tembok di dekat pintu masuk.
"No way!" batinnya.
"Jimin-a! Benar kan kataku, tidak mungkin ada orang yang akan berenang selain kita pada jam selarut ini!"
Camillia yakin, ia tidak mungkin salah mendengar nama pria itu. Ia langsung mencoba berenang sejauh mungkin, namun kakinya malah tiba-tiba diserang kram. Ia terpaksa berhenti dan bersembunyi di dasar kolam. Sambil menahan nafasnya, ia hanya bisa berdoa tidak ada member Bangtan yang akan berenang ke arahnya.
"Hyung! Kenapa kau lambat sekali!" teriak Jung-kook yang asyik bermain air di dekat daerah Camillia.
"Damn it!" batin Camillia sambil menutup matanya. Ia terpaksa menyerah dan mengapung keatas.
Disaat yang bersamaan, Jimin-pun tidak sadar akan kehadiran seorang wanita di dalam kolam tersebut. Ia baru menyadarinya ketika seorang wanita cantik tiba-tiba muncul tepat di depan wajahnya.
Camillia tidak dapat menahan rasa terkejutnya ketika menemukan wajah Jimin tepat di depannya.
"Kau. . ." rasa shock menelan wajah Jimin yang kini pucat pasi.
Camillia juga ikut membeku di hadapannya. Setelah tiga tahun, mereka akhirnya bertemu lagi—dan "Mengapa dari semua tempat, harus di kolam renang?" batin Camillia.
Jimin langsung menarik tangan Camillia sebelum Camillia bisa kabur. Namun, Camillia masih punya senjata terakhir.
"Who are you?" ucap Camillia dengan nada british kas-nya.
"Jangan berpura-pura membodohiku, Lia."
"Don't touch me!" teriak Lia dengan suara keras. Ia langsung berenang menjauh dari Jimin ke arah pintu keluar kolam renang. Ia baru ingin keluar dari air ketika ia menyadari ia tidak membawa handuk.
Ia berdiri di depan pintu keluar kebingungan. Tiba-tiba ia merasakan tarikan kuat dari seseorang di belakangnya. Orang tersebut bergegas memasang handuk untuk menutupi tubuh Camillia yang basah kuyup. Wajah Camillia tidak dapat membohongi Jimin, apalagi jika sudah menyerupai tomat.
"Thank you." ucapan tersebut menandai kepergian Camillia. Ia langsung bergegas keluar dari kolam renang itu dan memasuki kamarnya.
🌼🌼🌼
"Jimin-a! Kau kemana saja?" tanya Tae-hyung sambil mengeringkan rambutnya. Diantara dia, Jung-kook, dan Jimin, biasanya dia yang akan kembali ke kamar hotel duluan. Namun, anehnya hari ini sosok Jimin tiba-tiba muncul terlebih dahulu di dalam kamar mereka.
"Aku menemukannya. . ." ucap Jimin dengan suara lemah.
Suara Jimin yang begitu lemah tidak terdengar oleh Tae-hyung. Ia memutuskan untuk mendekat ke arah Jimin. Ia tiba-tiba disambut bau alkohol berat.
"Kau. . . barusan minum?" tanya Tae-hyung penasaran setelah mencium bau alkohol yang begitu berat dari tubuh Jimin.
"Ya. . . begitulah. . ."
— End of Chapter Fourteen : 안녕 —
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro