Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

사건

"Park Ji-min ssi, ini hampir jam lima, sepertinya aku harus kembali ke istana." ujar Camillia sambil menikmati es krim yang baru saja ia beli.

Jimin langsung menoleh ke arah jam tangannya dan mendesah lemah. Ia mengangguk singkat dan mengandeng tangan Lia ke arah tempat parkir.

Sekali-kali ia menoleh ke arah Camillia untuk melihat wajah wanita itu. Wanita yang berada di sampingnya ini terasa begitu berbeda dibandingkan tiga tahun yang lalu. Sekarang, ia terlihat lebih santai dan ceria, tidak seperti dulunya, yakni kaku dan dingin.

"Lia ssi, besok adalah hari terakhirku di Inggris."

Lia langsung menoleh ke arahnya dan menjawab, "Terus?"

"Aku sedikit berharap bahwa kau bisa menemaniku di hari terakhirku di Inggris." lanjut Jimin dengan tampang yang mengatakan sebaliknya—sangat berharap terhadap kedatangan Camillia.

"Besok. . . sepertinya aku ada rapat dengan para menteri pukul tujuh pagi."

"Aku akan menjemputmu jam dua belas."

"Tapi—" baru saja Camillia ingin membantah, ia sudah disahut dengan pintu mobil Jimin yang ditutup di hadapannya.

"Tidak ada tapi, Your Highness." balas Jimin yang saat itu juga langsung menyalakan mobilnya dan melaju kencang ke arah istana.

Perjalanan mereka diisi keheningan. Baik Jimin maupun Camillia sibuk berpikir mengenai hari esok. Atmosfirnya akhirnya terpecah ketika mereka sampai di gedung utama istana Camillia.

"Thank you, for everything." bisik Camillia sambil menoleh ke arah Jimin.

Jimin hanya membalasnya dengan sebuah senyuman sebelum berlari membukakan pintu untuk Camillia.

Camillia baru ingin keluar dari mobil itu ketika menyadari kehadiran Jimin yang menutupi jalur keluarnya.

"Asal kau tahu saja, Tuan Putri, tidak ada yang gratis dari diriku."

"Kau ingin apa?"

"Aku hanya punya satu keinginan."

"Apa?"

"Satu ciuman mungkin—"

"Ah, dasar mesum! Sana pulang!" teriak Camillia sambil mendobrak melewati Jimin. Ia tidak ingin si mesum itu mendapati sosoknya yang sekarang tersenyum tersipu-sipu malu.

🌼🌼🌼

"Jimin ssi?"

Suara Camillia yang muncul dari ponsel milik Jimin langsung membuat pemiliknya loncat bergembira. Senyumnya langsung terukir dari ujung ke ujung. Ia menekan tombol speaker agar bisa mendengar suara Camillia lebih jelas.

"Iya, Lia? Ada apa?"

"Sorry. . . sepertinya hari ini, aku tidak bisa menemanimu. Sebuah rapat penting tiba-tiba dijadwalkan jam dua belas nanti."

Jimin memang tidak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya. Wajahnya langsung murung, tapi untuk Camillia, setidaknya ia bisa menyembunyikan kemurungan di suaranya.

"Ah, tentu saja tidak apa-apa. Uruslah pekerjaanmu, lalu hubungi aku ketika kau sudah selesai."

Dengan itu, Jimin langsung mematikan ponselnya. Hari itu merupakan hari terakhir bagi Jimin untuk bertemu Camillia. Ia bahkan tidak yakin bahwa ia akan memiliki kesempatan lagi untuk menemui Camillia lagi kedepannya. Jadwal comeback, konser, rekaman, semua itu pasti akan menumpuk dan memenuhi kehidupannya. Namun, takdir sepertinya benar-benar sudah mengambil keputusan atas kehidupan Jimin.

"Hyung, ayo mulai berkemas, kita akan berangkat jam dua siang. Pesawatnya dimajukan!" ujar Jung-kook dengan nafas terengah-engah sambil membawa setumpuk bajunya untuk dikemas ke dalam kopernya. Jimin pun akhirnya memutuskan untuk melakukan hal yang sama. Ia merapikan bajunya dan memasukkannya satu per satu.

Baju renangnya. . . yang ia pakai ketika ia bertemu dengan Camillia lagi setelah tiga tahun berpisah.

Jaket tebal berkudanya. . . yang ia pakai ketika berkuda bersama Camillia.

Sweaternya . . . yang ia pakai ketika ia sakit dan ditemani Camillia.

Handuk kecilnya. . . yang digunakan Camillia untuk merawat Jimin ketika ia demam tinggi.

Kaosnya yang baru ia pakai kemarin. . . yang ia pakai ketika menemani Camillia bermain di Carnival.

Ia langsung menumpuk sisanya dan menutup kopernya dengan cepat. Perasaan berat menghigapi hatinya ketika ia mengunci kamar hotelnya dan berjalan menuju tempat parkir tempat manajernya. Sudah saatnya. . . ia kembali ke Korea.

🌼🌼🌼

"The meeting has come to an end, dismissed!" ucapan sang Perdana Menteri langsung membuat Camillia beranjak secepat kilat dari kursinya dan berlari ke kamar pribadinya.

Ia meraih ponselnya untuk menghubungi Jimin. Sekali ia menelpon, tidak dijawab. Dua kali ia menelpon, tidak dijawab. Ketiga kalinya ia menelpon dan masih tidak dijawab. Hal itu terus berulang hingga Camillia akhirnya lelah. Ia mengambil jacketnya dan langsung berjalan menuju halaman Istana. Disitulah, matanya menangkap sebuah kertas kecil tertancap pada sebuah pohon. Ia mendekat ke arah pohon itu dan membelalak ketika melihat tulisan acak-acakan di kertas itu.

"The. . . Eagle. . . will fall?" gumamnya. Awalnya, ia tidak terlalu memerhatikan maksud dari catatan itu. Namun, ia akhirnya sadar ketika ia mengulang kembali ucapan Jimin kemarin.

Flashback

"Aku besok akan kembali dengan sang Elang. . ." ujar Jimin sambil mengelus-elus rambut Camillia.

"Elang? Elang apa?"

"England Eagle Airlines. . . tuan putri, pesawat milik Inggris yang terkenal ini kau saja tidak tahu?"

"Aku belum pernah mendengar nama pesawat itu," gumam Camillia sambil mengingat-ingat lambang pesawat apa saja yang ia lihat ketika menghadiri pembukaan bandar udara baru enam bulan yang lalu.

"Apa maksudmu, England Giddle Airlines?" tanya Camillia sambil tertawa terbahak-bahak. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Jimin bisa salah mengucapkan nama tengah dari pesawat terkenal itu. Memang benar lambang pesawat itu seperti burung Elang, tetapi singkatan dari England Giddle itulah yang membentuk julukan 'EaGle'.

End of Flashback

Ia langsung berlari secepat mungkin untuk mencari Almond. Ia bahkan tidak sengaja menabrak beberapa pengawal di dekat gerbangnya.

"Almond!" teriaknya sekuat tenaga. Ia berlari sekencang mungkin dan menggapai kunci mobil dari tangan pengawalnya. Almond yang cepat tanggap langsung ikut berlari mengikuti sang Tuan Putri.

"What is it?"

"Park Ji-min! He's in danger!" teriak Camillia panik sambil memasuki mobilnya. Ia langsung menancap gas saat itu juga menuju bandar udara utama di kota London.

"Hold on, Princess. How do you know that he's in danger?" tanya Almond penasaran melihat sosok Camillia yang begitu histeris dan panik. Selama ini, ia belum pernah melihat sosok Camillia yang seperti ini. Semua orang melihat Camillia sebagai sosok putri yang sempurna, pandai, cerdas, dan lemah gemulai. Ia tidak tahu masa lalu Camillia sebelum sang Putri muncul di gerbang istana, namun satu yang ia tahu, bahwa Camillia tidak mungkin panik tanpa alasan.

"A note. I found it in the yard. 'The Eagle will fall', Eagle is the abbreviation for England's renowned airline brand." balas Camillia tanpa memindahkan tatapannya dari jalan raya di depannya.

"How are you so sure that the note is real?"

"I saw the symbol carved into the tree. It's the Gargoyle's symbol. Dylan Blatt is after him." Camillia yakin sekali bahwa lambang itu merupakan lambang yang ia lihat setiap kali ia memasuki base camp gang mafia milik keluarga Blatt.

"I'll look up for the Eagle's flight schedule."

"Hurry!" balas Camillia dengan wajah memucat ketakutan.

🌼🌼🌼

"Jimin-hyung?"panggil Jung-kook sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah Ji-min. Namun, tidak ada respon sama sekali.

"Park Ji-min? Ji-min? Ji-min a!" gantian Tae-hyung yang memanggil Jimin hingga seluruh ruangan itu menatapi mereka.

Teriakan terakhir dari Tae-hyung itu akhirnya membuat Jimin sadar kembali dan beranjak dari kursinya. Pandangan Jimin kini tertuju pada papan yang menunjukan jam boarding mereka. Tanpa menunda, ia langsung mengangkat kopernya dan berjalan menuju para petugas di pintu masuk pesawat. Para member Bangtan memasuki pesawat itu tanpa banyak bicara dan langsung mencari tempat duduk mereka masing-masing. Jimin langsung duduk seketika itu dan memejamkan matanya.

Jung-kook yang menyadari kelakuan aneh Jimin dari tadi siang akhirnya memutuskan untuk melapor ke Tae-hyung.

"Hyung, dari tadi siang. Jimin-hyung terus menerus melamun. Apa sebaiknya kita ajak dia berbicara sebentar?"

Tae-hyung langsung menoleh ke arah temannya yang sedang tertidur pulas dan langsung menggelengkan kepalanya ke arah Jung-kook. "Biarkan dia istirahat dulu."

🌼🌼🌼

"Your Highness! The field is this way!" ujar Almond sambil mengarahkan sang Tuan Putri ke arah lapangan udara pesawat England Giddle. Baru saja Camillia keluar dari pintu utama, pesawat itu sudah lepas landas.

"No!" teriak Camillia sambil berusaha mengejar pesawat itu, namun usahanya sia-sia. Ia terlambat menyelamatkan Jimin. Ia jatuh lemas di kakinya menatapi pesawat yang kini terbang tinggi di udara.

"I'll try and contact the control room," lanjut Almond sambil berusaha berlari ke ruang control utama bandara, meninggalkan sang tuan putri dikawal dengan penjaga khusus dari bandara itu.

Tiba-tiba, Camillia mendengar suara ledakan dari atas langit. Matanya melebar melihat baling-baling pesawat itu mati disatu sisi. Ia langsung beranjak dari tempatnya berusaha berlari ke dalam ruangan control untuk meninjau situasi itu.

Baru saja ia sampai di ruang control, ia mendapati para staff menatapinya dengan pandangan panik dan ketakutan.

"What's wrong?" tanya Camillia sambil berlari ke layar utama.

"I'm sorry Your Highness, the plane's engine went through explosion." mendengar ucapan sang petugas, Camillia langsung jatuh lemas.

"However, the pilot has just confirmed that all of the passengers survived the crash, they may be covered with injuries, but they're still alive." lanjut sang petugas itu. Camillia tidak menyia-nyiakan satu detik pun dan langsung memerintahkan semua petugas kesehatan terbaik datang ke lokasi itu dan menyelamatkan semua penumpang itu.

Camillia sendiri langsung menyeret Almond menuju Imperial Hospital, rumah sakit khusus bangsawan di Inggris. Ia memerintahkan semua personel terbaik itu untuk ikut menjemput para member Bangtan dan semua penumpang lainnya. Ia akan menanggung semua biaya untuk para penumpang pesawat itu dan menggelar press dalam waktu tiga jam.

"Your Highness?" ditengah keramaian itu, Almond langsung berlari ke arah Camillia dengan wajah pucat pasi.

"What is it?"

"Mr. Park is terribly injured, hence he's in coma state . . . " dunia Camillia kembali runtuh mendengar kabar itu. Ia sudah tidak kuat lagi, kepalanya semakin berat, telinganya mendengung keras dan tubuhnya jatuh tersungkur ke lantai.

—End of Chapter Nineteen : 사건—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro