Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

공주

"Byuntae [mesum] -hyung I! Cepatlah! Kita sudah telat setengah jam hanya karena rambutmu!" teriak Jung-kook dari luar kamar mandi. Seketika itu juga Jimin langsung terjun keluar dari kamar mandinya dan berlari ke arah pintu depan. Ia mendahului dua rekannya dan memasuki limousine mereka.

Tidak lama kemudian, Jung-kook dan Tae-hyung memasuki limousine tersebut dan mereka berangkat menuju venue Charity Gala. Sepanjang perjalanan, ekspresi Jimin terlihat begitu muram. Suasana kaku menyelimuti seluruh mobil tersebut. Jung-kook sudah tidak tahan lagi.

"Hyung! Tadi malam Tae-Tae bercerita padaku bahwa kau mabuk berat. Ada apa tiba-tiba?" tanya Jung-kook dengan polos. Pertanyaan itu disambut dengan pukulan ringan Tae-hyung di perutnya.

"Aku melihatnya." jawab Jimin singkat.

"Siapa?"

"Camillia, di kolam." balas Jimin lagi dengan mata tajam ke arah Jung-kook.

"Seolma [Jangan bilang], romance yang terpendam berbunga kembali, di kolam renang?" tanya Jung-kook yang langsung disambut tawa besar dari Tae-hyung. Namun, Jimin tetap diam menatapi kaca mobil.

"Keureohge yeosseumyeon johgetsseo [Seandainya itu terjadi]" gumamnya dengan suara kecil.

"Ini pertama kalinya aku melihat kamu begitu mabuk sejak kepergiannya, kau minum berapa gelas?" tanya Tae-hyung penasaran.

Jimin sendiri juga dalam kondisi lupa-lupa ingat. Tingkat mabuknya begitu tinggi hingga ia bahkan melupakan apa yang ia minum. Apakah itu martini atau whiskey atau champagne, sepertinya ia juga sudah lupa. Namun, yang pasti ia mengingat ada sepuluh botol minuman yang habis di depannya tadi malam.

"Sepuluh botol." jawab Jimin tanpa memandang Tae-hyung.

"Sepuluh botol? Sepuluh botol apa Hyung?" tanya Jung-kook yang tiba-tiba ikut tertarik dengan perihal Jimin.

"Itu. . . aku sudah lupa."

Tae-hyung dan Jung-kook hanya bisa tersenyum kecil mendengar ucapan Jimin. Sejujurnya mereka tidak heran kalau Jimin akan lupa, yang mereka herankan adalah bagaimana Jimin bisa bangun pagi setelah minum sepuluh botol.

🌼🌼🌼

"Where are they?" bisik Camillia pada penasehat pribadinya yang berdiri di belakang tubuhnya. Sang penasehat langsung menunduk sopan dan menunjuk kearah ujung ruangan. Camillia tentunya memilih arah berlawanan dari posisi para member Bangtan.

"Lia-ssi!" teriak Jimin dari kejauhan. Saat itu juga seisi ruangan langsung membeku melihat Jimin yang begitu berani. Camillia yang sekarang bukanlah seorang bodyguard biasa, melainkan Putri dari Inggris.

Camillia tetap berjalan jauh hingga ia mendengar suara tombak bersilangan di belakangnya. Ia menoleh dan mendapati Jimin mencoba menerobos pertahanan penjaganya.

"Let him go," bisik Camillia. Ia membiarkan Jimin berjalan mengikutinya ke dalam sebuah ruangan pribadinya. Ia memberikan kode pada para penjaga dan bahkan penasehat pribadinya untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah semua pergi, ia langsung duduk di sofa dan mengambil segelas champagne.

"Apa maumu?" tanya Camillia dengan suara dingin.

"Apa mauku?" balas Jimin seolah-olah tidak percaya. "Seharusnya aku yang menanyakan hal itu padamu, apa maumu? Kau teganya meninggalkanku sendiri pagi itu tanpa mengucapkan apa-apa!"

"Baiklah, sekarang aku bertanya kembali, apa maumu dengan menyerbu ruang apartemenku dan. . . melakukan itu?" teriak Camillia dengan wajah yang begitu marah.

"Aku. . ."

Jimin tidak tahu harus mengatakan apa. Namun, ia yakin bahwa ia tidak akan pernah menyesal telah melakukan hal itu. Meskipun begitu, ia tidak tahu apakah Camillia begitu membencinya hanya karena malam itu. Ia dikejutkan dengan Camilllia yang beranjak dari kursinya dan mendekatinya.

"Park Jimin-ssi, apakah kau ingat ucapanmu dulu ketika aku melukai kakiku dan kau mengobatinya? Kau mengatakan bahwa kau adalah raja dan aku adalah prajurit biasa. Namun, kau bisa melihat sekarang. . . aku adalah raja dan kau adalah prajurit biasa. Kau harus mendengarkan perintahku," bisik Camillia dengan senyum licik.

Jimin tetap diam, sepasang kakinya seolah-olah tertancap dengan paku di posisinya.

"Sekarang, pergilah dan jangan muncul lagi di hadapanku!" lanjut Camillia keji.

"Baiklah, tetapi sebelum aku pergi. Aku ingin menanyakan satu hal."

"Apa?"

"Apakah kau menyesali malam itu?"

Camillia tidak bisa menyembunyikan rasa malunya dari pertanyaan itu. Kedua pipinya malah memerah di saat yang begitu penting. Ia menundukkan kepalanya dan berjalan meninggalkan Jimin.

"Jawab dulu sebelum kau pergi!" teriak Jimin.

"Iya, aku menyesalinya!" balas Camillia tidak kalah keras sebelum ia lari menjauh dari Jimin.

"Jawablah dengan jujur atau—"

"Your Highness, the gala is about to begin. The Prime Minister is requesting your presence." ucap sang penasehat yang sedari tadi berdiri di depan ruangan pribadi sang putri.

"Very well then," balas Camillia dengan suara lega. Setidaknya ia harus kembali fokus untuk mengucapkan pidato pembukaannya di depan para tamu gala.

🌼🌼🌼

"Hyung! Bagaimana? Apakah kau berhasil?" tanya Jung-kook kepada Jimin yang baru kembali ke dalam ruangan.

Jimin hanya menjawab dengan senyuman kecil. "Semacam itulah. . ." bisiknya.

Perhatian mereka tiba-tiba terpusat pada sang perdana menteri yang sedang menari dengan Camillia. Sebagai seorang penari yang hebat, Jimin dapat menemukan titik lemah Camillia dengan mudah. Meskipun sekilas terlihat lancar tariannya, dari raut wajah tegang, kaki yang sedikit gemetaran, Jimin bisa melihat bahwa Camillia tidak menikmati tariannya.

"Aku akan kembali," bisik Jimin sambil berjalan ke pusat ruangan. Ia meminta ijin pada sang perdana menteri dan menerima tangan sang putri Inggris.

"Mau apa kau?" bisik Camillia dengan kesal.

"Menyelamatkanmu dari bahaya besar." balas Jimin kembali. Perlahan-lahan ia memulai tariannya. Ia memahami titik lemah Camillia dan perlahan-lahan membantunya menari dengan benar. Tanpa disadari, Camillia berhasil tenang kembali dan mulai menikmati tarian. Jujur saja, ia hampir pingsan tadi. Ia sudah beberapa kali menginjak kaki sang perdana menteri, dan itu tentu membawa rasa malu yang besar baginya. Namun, Jimin yang lihai berhasil membantunya menari dengan arah kaki, bahkan tempo yang benar.

Ketika musik berakhir, kedua langsung memberi hormat satu sama lain berupa tundukan kecil dan meninggalkan lantai dansa.

Jimin langsung memasang tampak dingin dan beralih ke posisi awalnya bersama para member Bangtan.

"Eiiiii. . . ada apa tiba-tiba hyung?" ejek Jung-kook dengan senyuman penuh kemenangan. Namun, ia hanya disambut dengan tampangan Jimin yang seolah tidak berbuat apa-apa. Sebenarnya, Jimin hampir tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika menari bersama Camillia, tetapi ia juga tidak tahan diejek. Diam-diam, ia terus melihat ke arah Camilla. Bagaikan elang yang mengincar mangsanya, ia terus menatapi Camillia.

Kesadarannya akhirnya kembali ketika ia mendapati Jung-kook dan Tae-hyung menyikutnya berkali-kali. Kepalanya naik ke atas dan akhirnya ia sadar akan sosok yang baru saja muncul di hadapan mereka.

"Prime Minister. . . it is an honor for us to meet you," ucap Tae-hyung sambil menjabat tangan sang perdana menteri.

Namun, perhatian sang menteri lebih terarah kepada Jimin. Ia berjalan melewati Jung-kook dan Tae-hyung sambil menatapi Ji-min.

"May I have a word?" ucapnya dengan nada khas seorang bangsawan.

"Um. . . sure." balas Jimin kembali.

Kedua pria kemudian berjalan ke pojok ruangan. Disitulah, Jimin mulai merasa tidak nyaman. Ia ingin sekali kembali ke posisi awalnya. Namun, pangkat seorang Perdana Menteri sangat dihormati di Inggris. Jika ia menolak tawaran sang menteri, maka itu sama saja dengan merendahkan seluruh Inggris.

"Mr. Park, your actions earlier was undeniably rude—"

"Prime Minister!" teriak Camillia dari jauh. Ia segera berjalan ke arah dua pria itu dan berdiri di samping Jimin.

"Your Highness," sapa sang menteri. Camillia menjawab dengan anggukan ringan.

"I see you've met my friend here. I met Mr. Park during my visit to Korea three years ago. Now, if you'll excuse me, I'd like to speak with my old friend here. Do you mind?"

"Of course not, Your Highness. . ." balas sang menteri dengan senyum kecut. Ia hanya bisa menahan amarahnya melihat Jimin dibawa kabur oleh sang putri.

Camillia langsung menarik Jimin pergi sejauh-jauh mungkin dari sang menteri. Insting seorang bodyguard yang lama ia sembunyikan tiba-tiba muncul kembali dengan keberadaan Jimin. Pemikiran Camillia dalam hal navigasi bisa dibilang mengalahkan kompas. Mereka akhirnya sampai ke area para tamu undangan.

"Sekarang kita imbang. Anggap saja ini sebagai tanda terima kasihku untuk tarian tadi."

Jimin baru saja ingin mengatakan sesuatu, namun sudah ditinggal Camillia.

🌼🌼🌼

Seusai gala, para member Bangtan langsung memutuskan untuk kembali ke tempat penginapan mereka. Rasa lelah telah memakan seluruh tubuh mereka.

"Kook a, kau mau kemana?" tanya Jimin penasaran.

"Aku mau keluar sebentar, ada telpon dari Soo-jung." balas Jung-kook terburu-buru. Tanpa mengindahkan Jimin, ia langsung berlari keluar.

Disaat yang bersamaan Tae-hyung juga terlihat terburu-buru keluar kamar.

"Tae-hyung a, kau juga?"

"Soo-yeon sudah menelponku lebih dari lima puluh kali, jika aku tidak menjawab yang satu ini, aku bisa saja tidur di sofa ketika kita kembali dari Inggris!" balas Tae-hyung sambil buru-buru berlari sambil menjawab ponselnya.

Jimin hanya bisa tersenyum miris melihat kedua membernya yang begitu lemah di hadapan wanita mereka. Ia juga ingin tahu. . . apa rasanya menjadi seseorang yang disayangi oleh wanitanya. Dulu, ia menganggap bahwa dengan mematahkan hati wanita-wanita murahan itu, ia bisa merasakan cinta dari mereka. Namun, sejak bertemu Camillia semua itu berubah. Selama tiga tahun terakhir, ia tidak pergi ke club. Minuman alkohol bahkan tidak ia sentuh sama sekali. Ia baru mulai minum lagi sejak pertemuannya dengan Camillia. Ia ingin rasanya melupakan Camillia dan kembali ke kehidupan lamanya. Tetapi, ia tidak bisa. Sekarang, yang bisa ia lakukan hanyalah mencoba untuk mendapatkan kembali Camillia.

— End of Chapter Fifteen : 공주 —

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro