Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

감정

"Your Highness, would you like some assitance?" tanya sang koki istana khawatir. Ia tidak sendirian, lebih tepatnya, seluruh staff dapur istana ikut khawatir di sampingnya. Ini pertama kalinya, mereka mendapati seorang bangsawan ikut memasak di dalam dapur mereka.

"There's no need to worry. Hurry back to your duties, I'm perfectly fine." balas Camillia ceria. Sejak kejadian sakit Ji-min, ia mulai sering mengunjungi dapur istana dan memasak sendiri. Memasak seakan menjadi hobby baru bagi dirinya.

"What if—"

"Ah!" suara Camillia mendadak naik ketika merasakan ujung pisau menusuk jarinya. Para koki istana langsung memucat ketakutan.

"Your Highness!" teriak mereka panik bersamaan.

"It's okay! I'm fine! It's just a scratch!" bagi Camillia, hanya sebuah luka kecil tidak perlu dibesar-besarkan. Ia sendiri tambah pusing melihat koki-koki yang lain berlarian kesana kemari mencari pengobatan untuknya.

Tiba-tiba Almond memasuki ruangan yang diselimuti kepanikan itu dengan bingung.

"What happened?" tanya Almond penasaran.

Tidak ada yang berani menjawab pertanyaannya. Namun, jawabannya datang sendiri ketika ia mendapati Camillia mencoba menyembunyikan jarinya di balik tubuhnya.

"Princess? Is there something wrong?" tanya Almond sambil berjalan dekat ke arah Camillia yang masih terus menyembunyikan jarinya.

Sepasang mata Almond menoleh ke arah pisau di tatakan meja dapur. Matanya yang begitu teliti berhasil menangkap jejak darah kecil di ujung pisau.

Ia langsung menoleh ke arah staff dapur dengan mata keji. Kemarahan langsung memuncak dalam dirinya.

"How could you let the Princess get hurt? All of you are—" ucapannya terhenti ketika ia merasakan sebuah tangan menahan lengannya.

"Yes, Your Highness?"

"It's just a scratch." desis Camillia dengan kesal. Ia paling benci mendapati pengawasnya yang satu ini memarahi staff dapur atas kesalahan yang ia buat sendiri.

"I'm sorry for making a fuss." ujar Camillia sela menundukkan kepalanya untuk meminta maaf pada para koki istana. Kemudian, ia menoleh ke arah Almond dan meninggalkan dapur istana.

Baru saja ia sampai di luar istana, ia mendapati sebuah mobil sports dengan pemiliknya berdiri memegang bunga. Melihat pemandangan seperti itu memang cukup jarang di istana. Karena itu, para pembantu dan pelayan dapur langsung bergegas memandangi pria pemilik mobil sports itu.

Camillia hanya bisa mendesah lemah dan berjalan menuju pria itu. Sedangkan Almond seperti biasa bertugas mengusir pandangan para pelayan dapur dan pembantu dari hadapan sang tuan putri.

Setelah memastikan tidak ada yang melihat mereka, Camillia akhirnya membuka mulut.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan."

Jawaban itu langsung mengundang tawa sinis Camillia. Jimin ingin mengajaknya berkeliling di kota yang sudah ia hafal setiap sudut dan titiknya.

"Seriously?" tanya Camillia dengan alis mata menaik penasaran.

"Atau. . . Kau bisa menjadi tour guideku?"

"Nope, I'm busy today." balas Camillia sambil menyilangkan tangannya dengan senyum misterius. Namun, Jimin juga tidak semudah itu menyerah.

"Sibuk apa?"

"Memasak." jawab Camillia dengan bangga.

Sebaliknya, Jimin malah tertawa keras mendengar suara Camillia. Ia beranjak dari posisinya dan mendekati sang putri Inggris itu. Perbuatannya itu langsung membuat Camillia terkejut bukan main. Pelan-pelan Jimin membisikkan sesuatu yang membuat Camillia malu bukan main. Ia langsung memukul dan mendorong Jimin jauh-jauh.

"J-Jangan berpikir aneh-aneh! Sudahlah, aku tidak mau pergi denganmu!" ujar Camillia yang berusaha kabur. Namun, Jimin yang cepat tanggap langsung menarik kembali tangannya dan menatap matanya.

"Temani aku. . . atau kau tidak akan menyukai akibatnya." ancam Jimin dengan senyum licik.

"Memangnya apa akibatnya?" tantang Camillia yang seperti biasa tidak takut akan apa-apa. Namun, ia langsung menyesali ucapannya ketika Jimin bergerak menariknya dan mengecup bibirnya.

Ia membeku seketika itu. Layaknya sebuah patung es. Setelah Jimin mundur, ia langsung menutup bibirnya dan menunjuk ke arah wajah Jimin.

"K-Kau!" teriak Camillia sambil berusaha menutupi wajahnya yang sudah memerah.

Kedua orang tersebut tidak menyadari bahwa kelakuan mereka selama ini telah diperhatikan para pembantu dan pelayan istana yang telah kembali lagi. Mereka langsung menjerit bahagia melihat tingkah Jimin. Namun, Almond yang kebetulan melewati jalur itu langsung mengusir mereka kembali. Ia menoleh keluar dan mendapati tuan putrinya tersipu malu-malu. Jelas, pasti ini ulah Park Ji-min. Dengan senyum geli, ia mendatangi pasangan itu.

"Yo buddy," sambut Almond sambil memberi salaman sekaligus pelukan kilat pada Jimin. Sama halnya, Jimin langsung menyambut temannya yang satu itu. Dalam situasi itu, hanya ada satu orang yang benar-benar kebingungan hanyalah Camillia.

"You two. . . know each other?" tanya Camillia kepada kedua pria di depannya.

"We met at the bowling bar a few times," balas Almond kembali sambil menepuk pundak Jimin.

"Can I borrow your Princess for a day?" tanya Jimin langsung kepada kawannya itu. Almond menatap sang Putri sekilas yang memohonnya untuk menjawab 'tidak.'

Ia kembali menatap Jimin dan mengangguk setuju.

"No! Almond! You'll pay for this!" jerit Camillia ketika digeret Jimin ke arah mobilnya. Jimin pun memasuki mobilnya dan langsung menyalakan auto-lock agar Camillia tidak bisa kabur. Sebelum mereka berangkat, Almond mengetuk kaca dari sisi Jimin.

"Have fun Princess! Please be in mind that you have to return before five in the evening or the Prime Minister will have my head. [Kembalilah sebelum jam lima atau aku akan dibunuh sang Perdana Menteri]" ujar Almond sambil melambai-lambaikan tangannya.

🌼🌼🌼

"Park Ji-min ssi, kau jelas-jelas tahu identitasku dan apa peranku di negara ini. Mengapa dari semua tempat kau harus membawaku ke Carnival yang ramai ini?"

"Malam itu, kau menggigau." balas Jimin singkat.

"Malam apaan?" sahut Camillia kembali sebelum ia akhirnya menyadari 'malam' yang dimaksud Jimin. Ia langsung melayangkan tangannya untuk memukul Jimin.

"Dasar kau mesum!" teriaknya tidak terima. Namun, Jimin malah semakin mendekatkan wajahnnya ke arah Camillia dan menahan kedua tangannya.

"Kau bahkan belum mendengar penjelasanku," lanjut Jimin sambil terus menahan tangan Camillia.

"Memangnya apa yang terjadi malam itu?" balas Camillia kesal.

"Kau mengiggau tentang mengajak ibumu pergi ke Carnival."

Kalimat itu seketika itu juga meneteskan sebuah air mata dari wajah Camillia. Dia tidak akan pernah bisa melupakan hari dimana ia menyelinap kabur bersama ibunya ke Carnival. Kenangan itu begitu berharga, namun menyakitkan bagi Camillia.

Jimin mulai merasa bersalah ketika ia melihat air mata terus berlinangan dari wajah Camillia. Ia menarik dagu Camillia ke arahnya.

"Camillia, dengarkan aku. Ibumu tidak akan pernah menyalahkanmu, ia pasti ingin kau bahagia."

"Jangan mencoba mengatakan itu! Kau dan Almond tidak tahu apa-apa mengenai hari itu. Aku, akulah penyebab mereka meninggal," lanjut Camillia terisak-isak. "Jika seandainya aku tidak bersikap seperti itu, Ayah tidak mungkin mengajakku untuk berbaikan dengan Pamanku. Ini semua salahku!"

"Camillia. . . tenangkan dirimu."

"Maaf, aku tidak bisa pergi ke Carnival denganmu." ujar Camillia sambil membuka pintu mobil. Ia turun saat itu juga tanpa memedulikan tatapan rakyat di sekitarnya. Ia terus berjalan sambil merenung tentang kejadian itu berulang kali.

Ia baru kembali sadar ketika melihat Jimin sudah berdiri di depannya, memegang lengannya erat-erat. Camillia jatuh dalam pelukan Jimin sekali lagi.

"Tenangkanlah perasaanmu, paling tidak, kau masih punya aku." ujar Jimin sambil mengelus-elus punggung Camillia.

— End of Chapter Eighteen : 감정 —

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro