Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

무슨

"Lia ssi, kau ada dimana sekarang?" tanya Jimin dengan suara yang ia buat-buat melucu. Setelah insiden terakhir kali di exhibition tersebut, ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berbicara dengan Camillia. Ada sesuatu di dalam dirinya yang membuat Jimin tertarik padanya seperti magnet. Tentunya, itu juga membuat Jimin sendiri penasaran.

Camillia sempat diam sejenak sambil berjalan menaiki bukit kearah dorm para member Bangtan. Entah kenapa Soo-yeon bisa meninggalkan agenda-nya di dorm Bangtan, dan terpaksa Camillia harus mengantarkan agenda-nya hari itu juga.

Sambil melamun, Camillia berjalan dengan tenang. Matanya berjalan-jalan kesana kemari memerhatikan pemandangan indah di sekitarnya.  Tepat di depannya, sekumpulan anak sedang bermain sepak bola dengan riang. Disatu sisi, ia juga menangkap keberadaan mobil yang melaju kencang kearah mereka. Dengan cekatan ia berlari menarik anak-anak itu dari jalan raya. Sayang sekali, ia tidak sengaja meninggalkan satu anak. Ia yakin bahwa ini merupakan ide buruk, namun ia terpaksa melompat ke tengah jalan dan berguling sambil mengendong anak itu.

"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Camillia dengan nafas terengah-engah. Sang anak hanya bisa menjawabnya dengan anggukan singkat, namun tatapan matanya terus menempel pada lengan kanan Camillia.

"P-Pi! [Darah]" ucap sang anak dengan suara gemetaran. Camillia langsung menoleh ke bawah, mendapati tusukan paku yang menancap di lengannya.

Perlahan-lahan ia menurunkan anak itu dari pelukannya dan langsung menarik paku itu dengan kasar. Rasa sakit sedikitpun tidak ada, tetapi ia tetap saja risih dengan lukanya.

🌼🌼🌼

Diluar dorm Bangtan, Jimin telah menunggu kedatangan Camillia sejak sejam yang lalu. Ia didatangi dengan Camillia yang berwajah pucat putih. Tentunya Jimin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Camillia, tetapi ia tidak berani bertanya. Lagipula ia yakin bahwa meskipun ia bertanya, Camillia pasti tidak akan menjawabnya.

Ia mengulurkan tangannya untuk menyerahkan agenda Soo-yeon, dan disaat yang bersamaan Camillia langsung menerimanya. Tanpa mengucapkan apapun, Lia baru ingin meninggalkan Ji-min ketika ia merasa tangan kanan-nya ditarik oleh Ji-min.

Secara reflek ia menarik kembali tangannya sambil menahan rasa sakit yang menyengat. Raut wajahnya yang memucat membuat Ji-min semakin penasaran.

Ji-min menahan Camillia sekali lagi dan menaikkan lengan jaket Camillia. Alangkah terkejutnya Jimin ketika menemukan sebuah luka tusukan yang masih berdarah-darah pada lengan Camillia.

"Astaga, lenganmu!" teriak Jimin dengan terkejut setelah melihat darah terus keluar. Namun, anehnya, Camillia tidak menangis sedikitpun. Ia sudah kebal, namun disatu sisi, ia malu harus bertemu Jimin dalam kondisi seperti ini.

"Seorang bodyguard yang bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri. I'm a disgrace. . ." gumam Camillia dengan suara lirih.

Disaat itu juga Jimin langsung membawanya masuk ke dalam dormnya. Ia mengarahkan Camillia pada sebuah kursi dan berlari secepat mungkin ke dalam kamar mandi untuk mengambil handuk dan air hangat. Perlahan-lahan ia membasuh luka Camillia dengan air hangat agar tidak terjadi infeksi.

"Untuk seorang perempuan, kau benar-benar tidak bisa merawat tubuhmu sendiri," gerutu Jimin yang kecewa setelah melihat Camillia terluka hanya untuk menemuinya.

"Ini bukan apa-apa, sakit juga tidak. . ." ucap Camillia kembali dengan ekspresi datar. Ia tidak merasa sakit karena lukanya, ia lebih merasa malu karena tidak dapat menunjukan kemampuan melindungi seseorang—yakni dirinya sendiri dengan baik. Apalagi melindungi Ji-min kelak.

"Aku akan meminta Soo-jung menggantikanku dengan bodyguard lain, tenang saja di perusahaan kami—"

"Tidak usah." jawab Jimin kembali dengan singkat. Tatapannya masih terfokus pada luka-luka Camillia yang berdarah-darah.

"Tidak, jika aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri, apa yang kelak—"

Jimin yang sudah tidak tahan dengan ucapan Camillia langsung memajukan tubuhnya dan meletakkan tangannya pada sebuah meja; mengunci pergerakan Camillia. Perlahan-lahan mendekatkan wajahnya, dan Camillia seketika itu menutup mulutnya rapat-rapat. Namun, anehnya Jimin malah terus mendekatkan wajahnya, jika ini berjalan terus maka mereka pasti akan. . .

"Uh, Jimin ssi, apa yang kau—"

"Jika kau mengucapkan satu kata lagi aku akan menciummu saat ini juga." ancam Jimin dengan seringai jahat yang terlukis pada wajahnya.

"Stop!" teriak Camillia yang masih terus menghindari Jimin dengan merebahkan posisinya. Namun, disaat itu juga, Jimin langsung menariknya dan menciumnya.

"Aku tadi sudah memperingatkanmu," ucap Jimin sambil memegang erat-erat tangan Camillia yang berusaha menjarakinya.

"Dengarkan aku, disini aku adalah raja dan kau adalah prajurit biasa. Seorang prajurit harus mendengarkan perintah rajanya dengan baik." lanjut Jimin dengan senyuman licik.

"Jimin-a!" teriak seseorang yang tiba-tiba memasuki kamar Jimin dengan rombongan berisik di belakangnya. Tentunya satu per satu mereka semua membeku melihat posisi Jimin dan Camillia yang begitu. . .

"PARK JI-MIN!" teriakan selanjutnya langsung membuat Jimin menjauh dari Camillia. Ia tahu betul suara itu dan ia tidak berniat membuat sang pemilik suara marah.

"Hey. . . Jungs!" sapa Camillia dengan gugup setelah melihat Soo-jung muncul di belakang Jimin.

"Apa yang kau— Oh my gosh! Lia, what happened to you?" tanya Soo-jung yang langsung histeris setelah melihat luka tusukan pada lengan Camillia.

"I'm fine." tekas Camillia, seolah-olah ia bisa membaca pikiran Soo-jung.

"Sepertinya tadi ia jatuh dan tertusuk paku, untung saja sudah ku bersihkan lukanya." ujar Jimin sambil mengangkat mangkuk berisi air ke atas meja. Camillia langsung menendang kakinya, membuatnya mengerang-erang kesakitan.

"I'm fine." tegas Camillia sekali lagi disertai desahan lemah.

"Mengapa kalian tiba-tiba kesini?" tanya Jimin yang berusaha mengganti topik pembicaraan untuk mengubah atmosfir canggung yang menyelimuti mereka.

"Lee Corp baru saja berhasil menetapkan kontrak baru di Carribean Bay, karena itulah kita diundang mendatangi acara makan malamnya."

"Well what are we waiting for? Let's go!" ucap Camillia yang langsung berlari keluar bersama Soo-jung—meninggalkan Jimin dengan para member Bangtan yang harus mengikuti mereka keluar.

🌼🌼🌼
Park Ji-min

"Hyung! Kau melihat Soo-jung?" tanya Jung-kook yang tiba-tiba mendatangiku membawa segelas minuman.

"Tidak. Kenapa memangnya?" ku balas kembali dengan padangan bertanya-tanya setelah melihat Tae-hyung mendatangi kami dengan panik.

"Kalian liat Soo-yeon ie disekitar sini?"

Kami hanya bisa menggelengkan kepala bersama mendengar pertanyaannya. Camillia dan Soo-jung tadi meninggalkan kami untuk mencari baju ke mall, dan sama halnya berlaku pada Soo-yeon yang langsung mengejar kakaknya. Kami terpaksa menunggu mereka langsung di Carribean Bay, dan hatiku entah kenapa merasa tidak nyaman melihat begitu banyak wanita memakai bikini disini.

Hanya satu hal yang daristadi kupikirkan, dan aku terus berdoa semoga itu tidak terjadi.

Kami perlahan-lahan berjalan menyusuri keramaian untuk mencari tiga gadis itu yang pergi entah kemana. Tatapanku tiba-tiba terlintas pada kerumunan pria yang mengerumuni tiga gadis yang aku tahu jelas identitasnya.

"Kook a, Tae-hyung a, disitu mereka!" kuteriakkan itu sekeras mungkin dan langsung berlari kearah tiga gadis itu.

"Soo-jung a," panggil Jung-kook yang memanas setelah melihat Soo-jung sedang bermain-main dengan kelompok pria itu.

"Soo-yeon a," tambah Tae-hyung dengan nada seolah-olah ia tidak bisa memercayai matanya sendiri setelah melihat Soo-yeon memakai pakaian yang ia larang.

"Lia ssi," kuucapkan sambil mengepalkan tanganku.

"Sorry boys, that's our cue." ucap Soo-jung ke arah para pria lain di sekitarnya dengan ceria setelah ditarik dengan paksa oleh Jung-kook. Aku masih tidak mengerti mengapa ia masih bisa ceria dalam situasi ini.

"Tae-oppa!" ucap Soo-yeon sambil menahan posisinya dari tarikan Tae-hyung.

Tanpa menghiraukan omelan Lia, aku juga ikut menariknya keluar dari tempat ini. Aku bisa saja membakar tempat ini jika salah satu dari pria itu bahkan menyentuh tubuh Lia.

"Bajumu. . . rambutmu. . . make-up mu. . ."

"Wae? [Kenapa]" tanya Lia kembali dengan nada sok suci.

"Itu semua hanya untuk mataku." ku pertegas kembali dengan pandangan serius terhadapnya. Alih-alih mengucapkan sesuatu, ia malah langsung tertawa terbahak-bahak.

"Apakah kau 'jealous'?" tanya Lia kembali dengan nada menyindir, tetapi tentu saja, aku tidak ingin mengakui kekalahanku.

"Maaf, tetapi kata 'jealous' itu tidak ada di dalam kamusku." ku jawab kembali sambil mengangkat jariku untuk mempermainkan kata 'jealous' saat ku mengucapkannya.

"Kalau begitu, aku akan membantumu menyisipkannya di dalam kamusmu yang indah itu." ucapnya kembali dengan senyuman licik.

—End of Chapter Three : 무슨—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro