Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

내여자

"Kau mau membawaku kemana?" tanya Camillia heran. Suatu peristiwa langka baginya untuk digeret kepala staffnya memasuki mobil Jimin dan ditinggal disitu tanpa alasan. Lebih aneh lagi, ia bahkan tidak menjumpai Sebastian di kantornya itu.

Camillia bingung bukan main, apalagi karena hari itu ia seharusnya bertugas menjemput seorang konglomerat kenalan Soo-jung di bandara.

Tidak lama kemudian, Jimin memasuki mobil itu dengan senyuman lebar.

"Lia-ssi, hari ini ayo kita jalan-jalan." ucapnya dengan ceria.

"No freakin' way! Aku harus menjemput seorang tamu di bandara!" teriak Camillia sambil mencoba membuka pintu mobil. Sekali, dua kali, pintunya tetap tidak terbuka.

"Cepat buka pintu ini! Park Jimin-ssi! Aku bisa dipecat jika—"

"Aku sudah meminta ijin Soo-jung." balas Jimin kembali dengan manis. Seketika itu Camillia langsung diam. Otaknya menyuruhnya untuk tetap meninggalkan Jimin, tetapi hatinya meminta sebaliknya. Ini pertama kalinya ia tidak tahu apa yang sebaiknya ia lakukan. Ini lebih parah dibandingkan hari pertama pelatihannya di antara para mafia.

Ia sudah tidak punya pilihan lagi. Camillia akhirnya memukul bagian leher Jimin.

Jimin yang tidak menduga serangan itu jatuh pingsan di kursinya. Terpaksa Camillia lah yang harus mengendongnya ke kursi belakang. Ia tahu jika ia menemani Jimin seharian itu, ia tidak akan bertahan lama. Jatuh cinta merupakan perasaan yang begitu ia benci namun ia sukai dalam saat yang bersamaan. Camillia yakin ia tidak punya pilihan selain kembali menjadi robot dingin di hadapan semua orang. Ia tidak akan membuka hatinya untuk siapapun.

Camillia mengangkat tubuh Jimin dan membunyikan bel dorm Bangtan.

Mata Camillia langsung melebar ketika melihat Soo-jung lah yang membukakan pintu.

"Lia? Astaga! Apa yang kau—"

"Minggirlah dari hadapanku. Aku tidak peduli kau temanku atau tidak, tetapi mulai sekarang jangan lagi ikut campur dalam urusan pribadiku!" ujar Camillia ketus.

Ia tahu ucapannya pasti menyakitkan Soo-jung. Tetapi ia tidak punya pilihan. Jika ia tidak melakukan ini, Soo-jung pasti akan terus mencari cara untuk mendekatkannya dengan Jimin.

"Camillia. . . I didn't mean to—"

"Save your words for later on," gerutu Camillia sambil berjalan kearah kamar Jimin. Ia membuka pintunya dengan kasar dan meletakkan Jimin diatas kasurnya. Sekujur tubuhnya langsung melemah tiba-tiba setelah melihat sosok Jimin yang tertidur pulas diatas kasurnya. Ia menatapi wajah Jimin dengan seksama, ia jujur pasrah karena telah jatuh cinta dengan Jimin. Ia membenci perasaan cinta karena hal itulah yang akan selalu menjadi kelemahannya.

Satu per satu member Bangtan mendekat kearah Soo-jung dengan penasaran.

"Apakah dia baik-baik saja?" tanya Jung-kook sambil memeluk Soo-jung. Pertanyaannya itu terjawab dengan sendirinya setelah ia melihat Camillia berdiri di ujung tangga. Mata Camillia yang penuh kebencian dapat menjelaskan semua yang terjadi.

Seketika itu Camillia berjalan keluar dorm itu tanpa mengucapkan apapun. Ia berlari keluar pagar untuk memanggil taxi.

Soo-jung langsung melepaskan pelukan Jung-kook untuk mengejar temannya itu.

"Camillia! Camillia!" teriak Soo-jung sambil berlari sekuat tenaga mengejar taxi yang sudah melaju di jalan raya.

🌼🌼🌼

"Harder! You're not hitting me hard enough, Sebastian! What's gotten into you? You've been sidetracked damn lot these past few hours!" teriak Camillia kesal disertai nafas terengah-engah.

Sebastian hanya bisa menatapinya dengan bingung. Mengapa Camillia tiba-tiba menjadi begitu emosi? Padahal yang daritadi tidak fokus, tidak lain adalah Camillia sendiri.

"Camillia, are you drunk?"

Tiga kata itu cukup untuk membuat amarah Camillia meningkat seketika itu juga. Ia langsung mengirim serangan mematikan kearah Sebastian. Tubuh Sebastian dapat terlihat melayang keluar ring boxing itu. Hentakan keras disertai teriakan kesakitan Sebastian dapat terdengar keras bagi semua personel di ruangan itu. Dua personel berlari ke Camillia untuk mencegatnya, sedangkan yang lainnya menolong Sebastian malang yang menjadi korban amarah Camillia.

"Sergeants! Into position!" teriakan menggelegar kepala security itu membuat para sersan termasuk Camillia berbaris rapi seketika itu juga.

Langkah kakinya terhenti di depan Camillia. Namun tatapan mata Camillia tetap berapi meski berhadapan dengan atasannya.

"You, in my office!" ucapnya sambil menebas bahu Camillia.

Kemudian, ia menoleh kearah Sebastian yang diam-diam merintih kesakitan.

"You too, in my office! The rest of you, dismissed!"

Kedua personel mengikuti langkah kaki atasannya tanpa mengucapkan apapun.

"Sergeant Camillia. . . "

"Sergeant Camillia Peterson, at you service!" teriak Camillia kembali dengan suara lantang.

"Lieutenant Sebastian. . . "

Sebastian membalas dengan suara yang sama lantang dengan Camillia, "Lieutenant Sebastian de Lienciano, at your service!"

"I didn't summon you for the uproar you caused Sergeant, I summoned the both of you to offer a deal."

Hati Camillia mulai gugup mendengar ucapan atasannya. Mulai dari raut wajah atasannya yang tidak biasa hingga jumlah berkas yang tertumpuk diatas mejanya, Camillia yakin bahwa ini tidak mungkin perjanjian sederhana.

"I would like you to investigate, the missing princess of London."

Ucapan atasannya itu membuat mata Camillia melebar seketika.

"Are you referring to Princess Hamilton?" tanya Sebastian dengan wajah penasaran.

Camillia hanya bisa berdoa bahwa putri yang dimaksud atasannya tidak sesuai dengan dugaanya.

"No, I'm referring to Princess Belinda Justine. The daughter of the late King Justino and Queen Melinda Priscille Hamilton."

Sekujur tubuh Camillia membeku ketika mendengar nama itu.

"Tidak mungkin. . . bagaimana ia bisa mengetahui nama itu?" batin Camillia sambil menguatkan cengkeraman tangannya di belakang punggungnya.

Sang atasan menoleh kearah Camillia dengan bingung setelah melihat wajah sersan kepercayaannya pucat pasi.

"Is everything alright, Camillia?"

Camillia menutup matanya dan menelan kembali sebelum menjawab, "Y-Yes sir!"

Selama penjelasan kepala security perusahannya, Camillia sama sekali tidak fokus. Kepalanya dipenuhi ingatan buruk masa lalunya. Ia yakin bahwa investigasi ini akan berakhir dengan  pertemuannya dengan orang yang selalu ia hindari selama ini.

Ia meninggalkan ruangan atasannya dan langsung mengikuti Sebastian kearah ruang ganti.

Sejumlah pistol kecil mereka bawa serta berkas-berkas yang tadi diserahkan atasannya.

Ia hanya bisa berharap pertemuannya dengan orang yang ia begitu benci tidak akan terjadi pada akhir investigasinya ini.

🌼🌼🌼
Park Jimin

Hal pertama yang kusadari ketika kubangun adalah. . . ini kamarku?

Mengapa ini bisa terjadi? Bukannya aku seharusnya berada di Everland bersama Camilllia? Mengapa aku malah berada di kamarku sendiri?

Secarik kertas putih tertempel pada mejaku beserta dengan kotak velvet merah.

Mataku melebar menemukan kotak yang seharusnya berada di kantongku malah terletak di  meja itu.

"Jimin-ssi.
Aku tidak bermaksud menyakitimu, tetapi inilah akhir dari hubungan kita. Mulai sekarang aku akan menghilang dari hadapanmu dan juga Soo-jung. Aku hanya berharap satu hal. Jangan lagi mempermainkan hati wanita, karena hati yang sakit akan membutuhkan waktu yang lama untuk pulih. Maafkan aku, tetapi aku tidak akan pernah menemuimu lagi.

—Camillia."

Aku tidak percaya ini. Ini pertama kalinya aku benar-benar menyukai seorang wanita bukan karena tubuhnya. Tetapi karena hatinya. Camillia tidak seperti gadis biasa, ia adalah seseorang yang memiliki kepahitan begitu dalam hingga sikap cerianya hilang. Ia adalah seseorang yang kuat menahan tangisannya.

Aku tidak percaya ia akan meninggalkanku begitu saja. Tentunya, Soo-jung pasti mengetahui sesuatu mengenai ini.

Aku berlari keluar dan menemukan Soo-jung yang terduduk di ruang tamu dorm kami sambil memakan salad. Raut wajahnya yang kusam entah kenapa membuatku semakin gugup.

"Dimana Camillia?"

"Park Jimin-ssi, aku minta maaf. Tetapi sebagai teman Camillia, aku harus mengucapkan ini. Jangan pernah menemuinya lagi, jika kau melihat wajahnya, berpura-puralah tidak mengenalnya. Jika kau menabraknya secara tidak sengaja, janganlah memandang wajahnya. Jika kau ingin mencarinya, hilangkanlah pikiran itu. Biarkanlah Camillia mendapatkan damainya."

Aku tidak memercayai situasi ini. Tadi Camillia telah menolakku dan sekarang juga Soo-jung melarangku menemui Camillia.

Jung-kook tiba-tiba muncul dari dapur dengan dua mangkuk salad di tangannya. Matanya melebar ketika melihat wajah Soo-jung yang berlinangan air mata. Seketika itu juga ia meletakkan kedua mangkuk itu dan berlari kearah Soo-jung.

"Soo-jung a, mengapa kau menangis?"

"Ani [Tidak], tidak ada apa-apa." bisiknya kembali.

Jung-kook mencoba menenangkannya sesaat hingga mendapati Soo-jung tertidur di pelukannya. Aku langsung melompat ke sofa setelah begitu lama berdiri di sebelah sofa kosong.

Setelah beberapa saat, Jung-kook muncul kembali dan menawarkanku sebuah mangkuk salad di tangannya.

"Aku tahu apa yang ingin kau katakan." ujarnya dengan senyum sok tahunya yang begitu kubenci.

"Memangnya apa yang ingin aku katakan?" balasku kembali kesal.

"Kau ingin menanyakan cara mengejar Camillia. Maafkan aku, sebagai pacar Soo-jung aku akan menghormati keputusannya mengenai memintamu menjauhi Camillia."

Aku menghela nafas kesal setelah mendengar ucapannya. Kakiku sudah beranjak dari sofa ketika aku mendengarkan lanjutannya.

"Tetapi sebagai pria, aku akan menyarankanmu untuk tidak menyerah. Kejarlah wanitamu! Entah itu sampai ujung kutub, jangan sampai kau kehilangannya lagi!"

Aku mendapati diriku tersenyum mendengar maknae Bangtan yang sekarang sudah menesehatiku seolah-olah dia lebih tua.

"Aku mengerti, gomabda Kook-a! [Terima kasih Kook]!

Aku akan mengejar wanitaku. Tunggulah aku Camillia.

—End of Chapter Ten : 내여자—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro