Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[22] Liburan Part 1

"Lintar, ini ...." Biru tak bisa berkata apa-apa begitu ia memasuki rumah.

Bagian luarnya sudah benar-benar asri, dan memanjakan mata. Apalagi di bagian dalamnya.

Suara gemericik air yang berasal dari sebuah patung, membuat susana menjadi lebih tenang dan nyaman.

Lihat saja gazebo yang luas beralaskan busa empuk membuat siapa saja betah berlama-lama duduk di sana walau hanya di temani ikan dalam kolan dan suara gemericik air.

"Suka nggak?" tanya Lintar seraya mendorong kursi roda Junior, dan berhenti tepat di samping Biru yang masih memindai bagian depan vila.

"Hm! Suka banget." Biru hanya berguman, karena sedari tadi ia terus saja mengedarkan pandangannya.

Ia begitu menyukai vila ini.

"Mama ... rumah ... siapa ini?" tanya Junior dengan suara gagapnya, yang juga mengedarkan pandangannya.

Lintar berjongkok di depan Junior, dan menyunggingkan senyum yang meninggalkan segaris mata yang hampir terpejam kala ia tersenyum. "Rumah kita!" jawaban pendek Lintar membuat Biru menoleh cepat seraya mengerutkan kening yang malah disentil oleh Lintar hingga mengadu kesakitan.

"Secepatnya aku bakalan halalin kamu, Neng. Biar kita bisa bebas ngapa-ngapain." Biru mendengkus mendengar ucapan Lintar yang berisi godaan. Bukannya menyingkir, pria muda itu malah mengecup pipi Biru yang semakin membuat wanita itu mencebik sebal.

"Lintar ... ini masih di luar rumah."

"Berarti kalo di dalam rumah, boleh lebih dong?" tanya Lintar cengengesan sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

"Mesum!" pekik Biru memukul lengan Lintar membuat lelaki itu semakin tertawa lebar.

"Aku juga cinta kamu, Neng," seloroh Lintar mendorong kursi roda Junior memasuki rumah.

Biru benar-benar dibuat tercengang dengan dekorasi rumah yang seharusnya di sebut vila ini, karena keberadaannya memang agak jauh dari rumah penduduk sekitar juga berada di atas perbukitan bersanding dengan beberapa vila lainnya.

Hampir semua dekorasi dan dinding vila tertutupi kayu, meski tampak dari luar terbuat dari bata dan semen.

Sejauh mata memandang, Biru dimanjakan dengan penataan ruangan yang mengangumkan.

Kesan alami dan modern seakan menyatu sempurna.

"Aku tunjukin kamar utama, TKP membuat adiknya Junior." Bisik Lintar yang langsung mendapat cubitan di pinggangnya. "Aduh, Neng ... stop! Sakit tau!" Adu Lintar menggosok bekas cubitan Biru.

"Mbok ...," panggil Lintar yang kemudian seorang wanita separuh baya muncul melalui salah satu kamar yang tepat berada di dekat kamar.

"Iya, Bli."

"Jagain Junior, ya, Mbok. Saya mau ke ataa sebentar." Tanpa menunggu timpalan si wanita paruh baya tersebuta, Lintar menggandeng Biru menaiki tangga menuju lantai dua.

Ada tiga pintu yang tertutup, lokasinya bahkan tak berjauhan, namun Lintar justru membawa Biru menuju pintu yang berada di paling belakang.

Lagi-lagi Biru dibuat tercengang dengan isi kamar tidur utama ini.

Astaga!

Dirinya berasa seperti pasangan yang sedang melakukan honeymoon saja, jika melihat dekorasi kamar ini. Mereka saja belum menikah. Lintar baru melamarnya kemarin, dan Biru sendiri masih dalam tahap menerima kehadiran sosok pria muda ini.

"Kamu nggak salah, Lin?" tanya Biru sembari menelisik wajah Lintar yang justru menyunggingkan senyum semringahnya, kemudian berjalan ke arah jendela kaca.

"No, Neng. Ini kamar kita," jawab Lintar berbisik tepat di telinga Biru.

Kedua lengan kekarnya melingkari pinggang ramping Biru. Posisi Biru yang kebetulan tengah berdiri di depan jendela, menghadap langsung pada pepohonan rindang di sana membuat Lintar leluasa memeluk Biru.

"Kamu suka, nggak?" tanya Lintar yang diangguki oleh Biru.

Pria peranakan Asia itu lebih memilih menenggelamkan wajahnya dicerukan leher Biru, mendaratkan kecupan lembut dan menggodanya dengan beberapa jilatan. Membuat si empuhnya menggeliat gelisah.

"Lin ...!" Biru yang sudah gelisah, mencoba melepaskan diri dari kungkungan tubuh kekar Lintar yang justru malah memudahkan pria sipit itu memutar tubuh Biru. Kembali memeluk pinggang Biru dan merapatkan diri.

"Aku nggak akan ngelepas kamu, Neng. Nggak peduli jika harus berhadapan dengan pria sialan itu. Asal kamu mau berada di sisiku, maka biarin aku yang berjuang buat kamu."

Biru mengelus pipi Lintar dengan peunggung tangannya. Membuat pria itu memejamkan mata, dan merasai elusan pelan di pipi mulusnya tanpa ditumbuhi bulu-bulu halus.

"Apa yang kamu suka dari aku?"

Lintar mencekal tangan Biru yang dipakai mengusap pipi Lintar, kemudian mendaratkan kecupan kecil tepat di telapak tangan Biru.

"Aku nggak butuh alasan, Neng. Buat cinta sama kamu. It's just you. No reason."

Bolehkan Biru terbang ke langit ke tujuh, merasakan kepakan sayapnya yang tiba-tiba mengepak lebar tanpa dikendalikan.

Ucapan Lintar benar-benar membuat Biru tak sanggup berkata-kata. Dadanya berdentam hebat, namun anehnya terasa menyenangkan. Terasa sakit tapi begitu nyaman.

Tatapan mata Lintar tertuju pada sudut bibir Biru yang berwarna merah mudah cerah, sedikit terbuka dan terkesan seksi begitu jempolnya menyentuh benda kenyal tersebut.

Astaga! Ia benar-benar mabuk kepayang dengan single mother satu ini.

Lalu tanpa bisa dicegah, Lintar kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Biru yang merekah.

Biru benar-benar terseret ke dalam manik gelap Lintar, menggulungnya tanpa bisa ia meraih apapun agar ia bisa bernapas. Membuat keanehan di dadanya yang terasa sesak begitu kontradiktif dengan apa yang perutnya rasai. Ada kepakan sayap kupu-kupu di dalam perut Biru, membuat gelenyar dan hasrat kembali menghantam mereka.

Oksigen dalam paru-paru mereka mulai menipis, membuat Lintar menyudahi lumatan-lumatannya yang kemudian berganti dengan kecupan-kecupan di bibir bengkak tersebut. Namun di mata Lintar terlihat begitu seksi dan mengairahkan, memanggil birahinya agar segara mengurung tubuh ramping itu dalam dekapannya di atas ranjang.

Terkutuklah para birahi itu. Lintar mengumpati dirinya sendiri, ia ingin menikmatinya diwaktu yang tepat. Tak ingin tergesa-gesa, ia hanya ingin menikmati semua proses yang nanti membuat ia berbangga hati karena bisa memiliki seorang Lembayung Biru dengan nama keluarga Suadyani tersemat di belakang wanitanya.

Ah, ia jadi tak sabar.

✩★✩★✩★✩★✩★✩

Woke....udah ya nyaidasimah utangku tak bayar. Ojok nageh koyok rentenir. Sing elitan sitik ngonoloh. Koyok debt collector ngunu lho. Ngahahahahahahaha.... sesok lanjut mane. Ok cincah. 😘😘😘

Sorry for any typo. Jangan lupa sedia insulin, takutnya kalian kena diabetes karena saking manisnya kisah mereka. 😂😂😂😂😂

Surabaya, 15-02-2019
-dean akhmad-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro