Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[10] Seperti Adanya

Aku nggak tahu judul lagu ini apa, karena yang pasti lagu ini bener-bener menggambarkan cinta seorang ayah kepada putrinya. Meski berat dia tetep melepas anaknya untuk menikah. Enjoy the song bebs.

★✩★✩★✩★✩

Lintar hanya bisa melihat Biru dari kejauhan. Rambut hijaunya berkibar diterpa angin, wanita itu tengah berdiri di samping mobil dengan mata menyorot ke satu titik.

Hanya berdiri begitu saja, si Eneng terlihat memesona as always. Duh mendadak jadi berdebar jantung gue.

Merasa diperhatikan, Biru mencari siapa tersangkanya dan menemukan Lintar berada di area loading dock. Pria itu sedang mengangkut keranjang yang Biru tebak berisi kebutuhan dapur.

Lintar tersenyum semringah dan melambaikan tangan, kemudian berlalu begitu saja.

Bocah ajaib!

Biru bingung harus bereaksi seperti apa akan kehadiran Lintar. Bocah itu memberi warna tersendiri baginya.

Saat tahu jika dirinya sekantor dengan Juan, Biru tahu ini akan berat. Tapi keberadaan Lintar seolah mengalihkan pikirannya dari Juan, meski sering kali bocah itu curi-curi kesempatan untuk menciumnya.

Dasar bocah tengik!

Tak ayal Biru terkekeh sendiri, jika mengingat kelakuan absurd Lintar akhir-akhir ini.

Biru bukan gadis kemarin sore. Ia tahu bahwa Lintar menyimpan rasa, pun sikap salah tingkah yang kadang diperlihatkan secara tak kasat mata. Karena Lintar begitu lihai menutupinya dengan gaya yang sok cool. Hanya saja ia tak mau berbesar hati menduga-duga hal itu.

Biru terkekeh pelan, kemudian kembali memasuki mobil yang ada di belakangnya.
.
.
.
Pernikahan putri sulung Pak Walikota berjalan lancar, walau ada beberapa kendala yang menghadang. Seperti mobil pengangkut tanaman kaktus yang terjebak macet di tol dalam kota, mau tak mau membuat Biri kelabakan. Padahal perhelatan akan dilaksanakan.

Biru memandang dari kejauhan. Pesta pernikahan yang berkonsep outdoor terlihat romantis.

Mereka sanggup merogoh kocek dalam-dalam, untuk mewujudkannya. Si mempelai menginginkan konsep pernikahan yang sederhana namun terkesan romantis.

Ada lantai dansa yang khusus diletakkan di sana. Sesuai keinginan kedua pengantin. Mereka Mengadopsi gaya pernikahan ala Amerika, yang mengharuskan tradisi dansa pertama saat resepsi. Karena memang menantu pak Walikota seorang pria berkebangsaan Amerikan yang notabene adalah seorang pengusaha.

Setelah acara dansa pertama mereka, sang Walikota berdiri di podium kecil tempat para penyanyi menghibur para undangan.

"Untuk putriku Sheila. Semoga kalian bahagia. Papah tahu, papah bukanlah seorang ayah yang cukup baik untukmu. Ketahuilah nak, papah selalu mencintaimu. No matter what to do, I love you so much."


Biru tak kuasa menitikan airmata, begitu lagu itu dinyanyikan.

Ayah adalah sosok cinta pertama bagi anak gadisnya.

Orang pertama yang menggandengnya.

Orang pertama yang akan melindunginya.

Orang pertama yang mencintainya tanpa pamri dan tanpa akhir.

Biru berdiri di area te4jauh dari venue, tapu masih bisa melihat dan mendengar apapun yang berada di sana. Tak terkecuali lagu yamg dinyanyikan oleh pak Walikota. Mendadak perasaannya menjadi sendu. Biru membekap mulutnya untuk menahan isakannya mendengar nyanyian itu. Menyeret kembali dirinya akan kenangan bersama sang ayah.

"Ayah," bisik Birupada diri sendiri.

Biru begitu merindukan ayahnya.

Ia rindu menghabiskan waktu bersama sang ayah.

Ia rindu pelukan hangat ayahnya.

Ia rindu suara tawa ayahnya.

Ia merindukan segala hal tentang ayahnya.

Biru merasakan bahunya ditarik ke belakang, dan menenggelamkannya dalam sebuah rengkuhan hangat.

Juan.

Biru tak lagi dapat menahan tangisannya. Ia membutuhkan pelukan. Sangat membutuhkannya saat ini. Meluapkan segala kerinduannya dengan menangis.

Juan sendiri hanya diam dan mengeratkan pelukannya, mengusap pelan rambut Biru guna menenangkan perasaan Biru yang mendadak jadi tak keruan.

Cukup lama bagi Biru menumpahkan segala emosinya dalam tangisan. Kesesakan yang ia rasakan begitu membelengu dirinya.

Merasakan bahu Biru yang tak lagi bergetar, Juan mengurai pelukannya dan berganti merangkum wajah Biru dengan kedua tangannya.

Memandang manik biru milik wanitanya ini. Ada perasaan nyaman saat ia berdekatan dengan Biru, perasaan yang ia sendiri sulit untuk menjabarkan. Kenyamanan yang berbeda kala ia berasama dengan Kiara.

"Juan ... aku kangen ayah."

"Sssst ... ayah udah bahagia di sana." Juan mengecup kening Biru lama. Menyalurkan sejuta perasaan yang tiba-tiba membuncah di dalam dada.

Ada sesuatu dalam dada Juan yang tak ia mengerti jika ia berdekatan dengan Biru, apalagi sentuhan seperti tadi seakan menyalurkan jutaan getaran tak kasat mata namun mampu membuat seluruh tubuh Juan begitu memdamba akan sosok Biru.

Juan kembali menenggelamkan Biru dalam pelukannya, menciumi pucuk kepala Biru dengan intens. Seakan ia tak rela melepas pelukan ini.

Tepuk tangan riuh menggema, membuat Biru akhirnya tersadar jika ia sudah menangis di depan Juan. Hati-hati ia mengurai pelukan Juan dan memandangnya lekat.

Pria yang dulu begitu ia cintai dan puja, mungkin hingga saat ini rasa itu masih ada. Biru mendadak diserang rasa canggung.

Juan yang mengetahui hal itu, kembali merangkum wajah Biri dengan kedua tangan besar miliknya. Menghapus jejak airmata yang masih basah di pipi Biru. Membuat si pemilik mau tak mau memandang ke arah Juan.

Ada sesuatu yang mengelitik hati Juan, kala netra mereka bertabrakan. Sesuatu yang tak kasat mata namun terasa menyenangkan. Seolah-olah ia ingin terus menginginkannya tanpa mau berhenti.

Juan merasakan jika sekelilingnya memudar, hanya menyisakan dirinya dan Biru saja yang tengah berdiri di antara lampu koridor, tepat menyorot langsung ke arah mereka.

Menciptakan suasana yang tiba-tiba menghening diantara mereka. Mata Juan mengamati wajah Biru yang tak banyak perubahan selaian sisi kedewasaan yang mendominasinya, kemudian turun menelusuri bibir Biru yang merah merekah, mengelus pelan dengan ibu jarinya. Mengurai gigitan di bibir bawah Biru.

"Jangan mengigitinya, Bi." Suara serak Juan menusuk gendang telinga Biru. Membuat wanita berambut hijau itu mendengak, memandang langsung ke arah Juan yang juga tengah menatapnya dalam-dalam.

Juan mendekatkan wajahnya, hingga kedua ujung hidung mereka bersentuhan. Hembusan napas Juan seolah membelai lembut wajah Biru, membuat Biru reflek memejamkan matanya.

Juan mengecup bibir Biru dengan sapuan terlembutnya, yang bahkan ia sendiri baru merasakannya untuk pertama kali.

Tak cukup hanya dengan kecupan, Juan kembali menyambar bibir Biru. Melumatnya dengan kelembutan yang hampir sama seperti tadi.

Biru mengerang dalam ciumannya ketika lidah Juan mendesak bibirnya agar terbuka. Ya Tuhan, kenapa tubuhnya seakan bersorak kesenangan kala Juan semakin memperdalam ciumannya. Tubuh dan pikirannya berkhianat, bahkan tangan mungilnya meremas pelan jas Juan begitu kuat.

Biru terlena, hingga akhirnya ia kalah dengan apa yang tubuhnya inginkan. Membiarkan Juan memasuki mulutnya dan membalas ciuman Juan.

Melupakan semua ego yang membelengu mereka, melupakan jika Juan adalah milik Kiara dan membiarkan semua berjalan seperti apa adanya. Tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti.

✩★✩★✩★✩

Surabaya, 11-12-2018
-Dean Akhmad-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro