[08] Ya, Begitulah.
Hayooooo, mana nih penggemar babang Lintar. Masa nggak ada yang ngenalin brondong kece badai ini sih?
Ck! Kalian ini. Dasar.
Emak kekepin sendiri kalo gitu.
Bye....
Mau boboin babang Lintar dolo. Ngahahahaha.
✩★✩★✩★
Biru terlalu apatis, ketika para karyawan lain tengah berbisik-bisik begitu ia lewat.
Terserah mereka berpresepi seperti apa. Biru tak peduli.
Hanya buang-buang waktu mengurusi mulut pengangguran mereka.
Acara pernikahan anak perempuan pertama Walikota akan segera di gelar seminggu lagi, tak ada waktu untuk Biru berleha-leha. Apalagi mengklarifikasi gosip tak sedap diantara mereka bertiga.
Cinta segitiga lah.
Pencuri laki orang alias pelakor.
Perempuan perek.
Wanita penggoda.
Dan sejuta umpatan yang dialamatkan kepadanya. Dan Biru tak peduli. Hidupnya terlalu indah dilewatkan hanya untuk mengurusi mulut usil mereka.
Setelah insiden pemukulan itu, mereka bertiga dipanggil oleh GM* dan memberi mereka peringatan.
Juan terlihat tak begitu menyukai kehadiran Lintar di sisi seberang Biru kala itu. Dan Biri tak ambil pusing soal hal itu.
Lintar bahkan menarik tangan Biru setelah keluar dari kantor pak GM, mengabaikan delikan mata Juan yang seakan ingin keluar dari rongganya.
Baru beberapa langkah, tubuh Biru kembali tertarik ke belakang. Juan menarik sisi tangan Biru yang lainnya.
Adegan tarik-menarik tak terelakan. Membuat Biru jengah dengan sendirinya.
Biru menghempaskan cekalan Juan, membuat Lintar menyeringai puas. Tapi kemudian menyurut karena Biru juga menghempaskan cekalan Lintar, yang kali ini Juan menyeringai penuh kemenangan.
"Minggat kalian dari hadapanku!" Umpat Biru membenahi blazernya dan berlalu begitu saja. Membuat mereka melongo tak percaya.
Dan, bisa ditebak. Gosip murahan itu mulai tersebar kesegala penjuru hotel. Tanpa kecuali satpam pun juga melihat Biru dengan tatapan aneh.
Biru menyugar rambut pendeknya yang sudah ia beri warna beberapa hari yang lalu, juga memotongnya lebih pendekan. Dengan dalih, buang sial.
Biru masih enggan berurusan dengan kaum Adam. Ia cuma ingin tenang dengan pekerjaannya.
"Mbak Dela, sambungkan ke floris Paramita Dewanti." Biru menginstruksikan telepon operatornya.
Percakapan panjang tak terelakan, si mempelai wanita menginginkan bunga Anggrek Bulan sebagai penghias venue mereka, juga mawar putih sebagai penghias gapura masuk.
Masalahnya adalah dimana mereka bisa menemukan Anggrek Bulan Putih sebanyak itu. Tak hanya itu. Lima ribu kaktus untuk souvenir pernikahan.
Astaga! Biru bisa gila!
Biru berjingkat mendapati ketukan di pintu ruangan S&M. Ada Lintar di sana, membawa sebuah piring yang entah berisi apa.
"Kamu kenapa di sini?"
Lintar tak menjawabnya, malah meletakkan piring tersebut dan tersenyum manis. Saking manisnya bikin diabetes.
Astaga! Bocah ini kalo senyum matanya ilang!
Lintar seperti ini selalu terlihat manis.
"Kamu senyum lagi, aku tinggal pergi kamu nggak bakalan tau!" Seloroh Biru menghempaskan diri di kursinya.
"Jahat amat sih, Neng." Decak Lintar berjalan ke arahnya, lalu mengangsurkan piring yang ia bawa.
Mata Biru berbinar, begitu melihat makanan pencuci mulut yang disodorkan Lintar.
"Apa ini namanya?"
"Apple Mint Green Moss."
"Wow, kayaknya enak, nih!" Celutuk Biru yang kemudian disentil keningnya oleh Lintar.
"Ck! Masih aja sih, ngeraguin rasanya. Resek lu, Neng!"
Biru terkekeh geli melihat wajah Lintar yang pura-pura ngambek.
Lintar tersenyum melihat Biru menikmati tiap gigitan makanan pencuci mulut yang ia buat.
"Aku bisa gendut, kalo tiap hari makan enak seperti ini terus." Tukas Biru disela-sela kunyahannya.
"Kan aku dah bilang, Neng. Bakalan bikinin kamu dessert tiap hari." Biru hanya mangut-mangut sembari mengunyah.
"Kenapa rambutnya jadi begini, Neng?" Lintar tak tahan lagi, tangannya terulur merapikan anak rambut Biri yang tercecer di kening wanita berambut hijau itu. Kemudian menyelipkannya di belakang telinga Biru.
"Buang sial!" ujar Biru pendek menyelesaikan suapan terakhirnya. "Yaaa! Habis ... perasaan cepet banget sih habisnya."
Lintar terkekeh, melihat mimik penyesalan yang dibuat-buat Biru.
"Ntar gendut elo, Neng!"
"Bodo amat! Makanan enak pantang ditolak."
"Yang bikinin nggak ditolak, kan, Neng?"
"Hah?
Mendadak suasana kembali hening, sebelum kedatangan Lintar. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam, sedangkan jam kerja S&M hanya sampai pukul lima sore.
"Kamu kebiasaan deh, Neng."
"Hah? Apa?" Biru mengerutkan kening, mendapati Lintar mengapit dagunya.
Kemudian merasakan benda lembut nan kenyal membungkam bibirnya.
Kelinglungan Biru, memberi keuntungan bagi Lintar yang langsung saja menginvasi mulut Biru.
Lintar memiringkan kepalanya, mencari kenyamanan ditengah gempuran bibirnya pada Biru.
Akal sehatnya hilang dikala Biru tiba-tiba mengalungkan kedua tangannya di leher Lintar, membuat sapuan lembut tersebut semakin terasa panas.
Kepala Biru mendadak kosong, ketika ciuman dan cumbuan Lintar membuatnya lupa diri. Terlebih Lintar begitu piawai hingga setiap cecapan dibibirnya terasa memabukkan.
Lintar merasakan panas tubuhnya mulai meningkat tajam, gemuruh dalam dada menyentak seiring riak-riak aneh melilit dalam perut. Rasa malu hilang berganti dengan rasa penasaran yang kian menyiksa.
Bagaimana rasa Biru sesungguhnya!
Alam bawah sadar Lintar tersentak. Menarik paksa dirinya dari lintasan terliar akan Biru.
Lintar memang pemain hati, tapi bukan pemain wanita. Tak sekalipun ia menyentuh lebih wanita-wanita yang ia kencani dari sekedar ciuman dan cumbuan.
No! Biru pantas diperlakukan istimewa, bukan sebagai wanita yang bisa seenaknya diajak ke atas ranjang.
"Sori, kelepasan!" ucap Lintar dengan napas sama tersenggalnya.
Biru tersenyum kikuk, kemudian menyodorkan piring kosongnya.
"Thanks! Buat dessert-nya. Enak!" Biru berusaha mengubah topik.
Sungguh. Ingin rasanya ia tenggelam ke rawa-rawa. Suasan begitu canggung pasca ciuman mereka. Lintar hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, sama canggungnya.
"Bereskan mejamu, kita pulang bareng." Putus Lintar langsung berdiri dari kursinya, dan berlalu begitu saja.
Gila! Hanya berada di sekitar Biru ia bisa lepas kendali seperti itu. Sedikit menjauh mungkin bisa mendinginkan kepalanya, juga .... yang di bawah sana. Errr!
★✩★✩★✩★✩★
»» GM : General Manager. (Jabatan tertinggi di Hotel)
Ngahahahahahaha, tiba-tiba nonggol. Juan lagi kelonan sama Kiara di kasur. Jadi ... Lintar aja yg nongol.
Piiiis ✌✌✌
Masih anget nih, sori kalo ada typo. Kalo gak segera dieksekusi bakalan ilang idenya. Wkwkwkwkwk
Surabaya, 20/11/2018
—Dean Akhmad—
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro