Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[06] Guntur Halilintar

"Mbak Biru nggak istirahat?" tanya Arifin sesama tim S&M.

"Nanggung, Fin. Harus cepetan kelar. Saya masih punya pekerjaan lainnya yang nyusul," jawab Biru tanpa menoleh ke arah Arifin dan rekan tim lainnya.

"Oh, ya udah. Kalo gitu kita duluan ya, Mbak." Biru menoleh cepat dan mengangguk.

Biru terlalu sibuk dengan pekerjaannya, ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sesuai target yang ia buat.

Saking terlalu fokus, Biru tak menyadari ada sepasang mata yang tengah memandanginya. Mengikuti keluwesan Biru dalam bekerja.

Rambut hitam sebahu yang terurai berantakan, juga kacamata yang menggantung membuat Biru tampak lebih menawan.

Ketukan di pintu membuyarkan konsentrasi Biru, "Masuk!" Tanpa menoleh tentu saja.

"Segitu sibuknya, Neng?" tanya suara berat yang tak biasa ia dengar.

Biasanya ia hanya mendengar suara cempreng Arifin dan suara mendayu feminim ala Tyo. Juga suara Juan. Meski tak setiap waktu mereka berintetaksi, Biru hapal betul diluar kepala seperti apa suara Juan.

Dan yang menyapanya bukanlah suara Juan. Biru menengadah, dan mendapati seorang pria dengan apron tengah berdiri bersendekap menyenderkan bokongnya pada meja samping Biru. Tak lupa juga dengan senyum manisnya.

"Excusme. Who are you?" Biru mengerutkan dahi begitu mendapatkan tatap intens dari lelaki tersebut.

Pria itu menjulurkan tangannya. "Guntur Halilintar, dua puluh empat tahun, dan lajang. CDP pattisier*."

Biru semakin menaikan kedua alisnya, tak urung juga ia menjabat tangan lelaki itu. "Lembayung Biru, wedding and banquet."

"Gue tau!"

"Ya, terus?" Biru kembali fokus pada komputernya, mengetik sesuatu yang sempat terhenti karena lelaki ini.

"Pak Asa lagi pergi."

"Gue juga tau."

"Terus? Ngapain kamu ada di sini? Setahu saya Chef kerjanya ada di kitchen. Nggak di Sales and Marketing." Tukas Biru bernada ketus.

"Gue mau ketemu elo, Neng." Biru berhenti mengetik dan mendongak ke arah Guntur.

"Mau apa?"

"Bahas soal dessert."

Biru mengerutkan kening, menggali ingatannya yang tiba-tiba menghilang.

"Oh! Ok. Duduk aja di sana. Saya mau selesain ini sebentar." Biru menunjuk dengan dagunya ke arah mrja bundar yang berada di tengah ruangan.

"Ah, panggil gue Lintar." Seloroh Lintar dengan tawa renyah.

"Hm!" guman Biru pelan.

Lintar hanya diam, sembari menatap Biru yang sedang serius di depan komputernya. Lintar sendiri lebih fokus pada ekspresi wajah Biru ketika mengerjakan laporannya.

Kadang mengerutkan kening, kadang menggaruk alisnya, kadang melirik ke buku agenda, kadang juga mencebik kesal jika ada sesuatu yang salah.

Lintar begitu menikmati keheningan yang terjadi di ruangan ini, dengan memandangi Biru.

Lintar tersenyum sendiri, menyadari bahwa ia tengah memperhatikan seorang wanita.

Biru jelas bukan pribumi, wajah aristokratnya tak bisa disembunyikan. Apalagi mata hijaunya, meski ditutupi oleh kacamata. Dagu yang lancip dan bibir tipis merah muda, seakan memanggilnya untuk dicium.

Bagaiman rasanya mengecup bibir itu? Apakah semanis ceri atau stroberi?

Lintar terkesiap akan pemikirannya. Hell no! Wanita belum ada dalam prioritasnya saat ini. Ia hanya ingin mengejar karir sebagai Pattisier.

Netra Lintar turun kesepuluh jemari Biru yang begitu lentik, yang membuat Lintar sekali lagi membayangkan bagaimana rasanya jemari tersebut tenggelam diantara rambutnya ketika mereka berciuman.

Hell no! Stop it.

Lintar mengumpat dalam hati, bayang-bayang erotis itu kembali menelusup ke dalam otaknya.

Sialan! Bahkan Biru tak melakukan apa-apa tapi sudah membuatnya panas dingin.

Menggoda pun tidak. Pakaiannya tertutup malah. tetap saja bagi Lintar, Biru itu seksi.

Tak berapa lama, Biru beranjak dari kubikelnya dengan membawa buku agenda, juga map yang berisi lembaran kertas.

"So. Apa yang akan kita bahas?" Biru mendudukkan bokongnya tepat di samping Lintar.

Lintar geragapan mendapati Biru ada di sebelahnya. Berdeham sebentar Lintar mengontrol suaranya yang mendadak serak.

"Err! Soal dessert di kawinan anaknya Walikota."

"Ok!" Dengan cekatan Biru membuka buku agendanya juga map yang tadi ia bawa.

"Kemarin Sasa dapet telepon dari pihak pengantin. Mereka menginginkan dessert yang dibuat khusus sama kamu." Jelas Biru, seraya membuka map dan menyodorkan tiga lembar kertas berisi foto makanan manis, dengan keterangan nama di bawahnya.

Forbidden Apple Dessert.

Chocolate Mouse with Honeycomb and Passion Fruit.

Honey Semifredo with Honey Crumb and Honey Lemon Caramel.

"What the fuck!" Lintar langsung mengumpat begitu mendapati dessert yang dipilih oleh klien mereka. "Nggak salah mereka milih dessert ini?" Lintar menyodorkan gambar yang berisi sebuah apel merah.

"What wrong?"

"Lima ribu undangan, Neng. Elu pikir bikin forbidden apple semuda bikin semifredo. Butuh ketelitian bikinnya, Neng. Juga waktu yang lama." Keluh Lintar berapi-api.

Biru mana tahu cara bikinnya. Ia cuma tahu cara makannya, yang jelas terasa lezat di mulut.

"Ganti, Neng. Gue tolak permintaan ini. Pikir aja dong. Butuh waktu berapa lama bikin beginian, kalo porsinya lima ribu pieces. Gila aja. Gue masih sayang diri sendiri."

"Ok! Nanti saya akan kabari kliennya, buat nyari dessert yang lain."

Lintar termenung sebentar, dan Biru sedang mencoret-coret di bukunya.

Lintar beranjak dari duduknya, hampir membuat kursi yang ia duduki terjengkang. "Begini saja..." Biru menengadah melihat Lintar berkacak pinggang. "Ikut gue sekarang." Ajaknya seraya meraih tangan Biru dan menariknya keluar ruangannya.

"Hei," pekik Biru yang sedikit terseok mengikuti langkah lebar Lintang.

Biru menabrak punggung lebar Lintar saat tiba-tiba pria itu mendadak berhenti.

"Pak Asa! Saya pinjam si Eneng," ucap Lintar kembali menarik tangan Biru.

Pak Asa! Itu artinya Juan.

Tatapan mereka bersirobok, membuat jantung Biru mendadak berdetak kencang. Tak mau lama-lama, Biru mengangguk kecil dan berlalu begitu saja.

"Lintar! Lepasin saya." Desis Biru berusaha berontak dari cekalan lelaki berapron tersebut.

"Ck! Udahlah, Neng. Ikut aja sih."

"Lintar! Saya bisa jalan sendiri."

Perdebatan unfaedah antara Biru dan Lintar, tak luput dari pandangan Juan yang kala itu akan masuk ke ruangan Sales dan Marketing.

Ia tak menyangka jika Biru bisa sedekat itu dengan Lintar. Pemuda yang berumur dua puluh empat tahun. Pemandangan barusan membuat perut Juan meilit dan dada yang tiba-tiba sesak.

✩★✩★✩★✩★

»» CDP Pattisier [chef de partie pattisier] : jabatan di bawah sous chef yang khusus menangani pembuatan kue dan pastry

»» Banquet and Wedding : bagian yang menangani perjamuan dan pernikahan. Termasuk rapat dan acara lainnya.

»» S&M : singkatan Sales & Marketing.

Surabaya,17/11/2018
-Dean Akhmad-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro