Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[05] Sekantor

Juan terbelalak mendapati Biru berdiri di samping pak Darwis. Wakil direktur HRD. Apalagi mengenalkan Biru menjadi salah satu tim Sales and Marketing yang dikepalainya.

Ini takdir atau hanya kebetulan. Biru akan menjadi bawahannya, yang berarti mereka akan sering-sering bertemu.

Juan hanya duduk diam di tempatnya, namun menyorot langsung ke arah Biru yang sedang memperkenalkan diri kepada sesama tim S&M.

"Pak Asa nggak kenalan sama mbak Biru?" tanya Varna yang sudah menarik tangan Biru.

Juan mengeluarkan senyumnya yang mematikan. Membuat siapa saja akan terpana, sayangnya Biru juga menjadi salah satu diantara wanita-wanita tersebut. Bahkan ia sudah jatuh terperosok sejak berumur tujuh tahun.

Mengerikan.

Sangat mengerikan, hingga bertahun-tahun ia diharuskan bertahan hanya dengan Juan. Karena pikiran naifnya dulu, menganggap memberikan segalanya akan menjamin, bahwa Juan akan terus bersamanya.

Tak peduli jika Juan selalu bermain wanita di belakangnya, toh lelaki itu akan selalu kembali kepadanya. Tak peduli berapa banyak luka fisik yang ia terima. Biru tetap cinta Juan.

Biru tak pernah meminta status pada Juan, ia hanya ingin pria yang menatapnya intens saat ini selalu bersamanya.

Nyatanya, manusia hanya bisa berusaha dan Tuhan yang menentukan. Biru bukan untuk Juan, meskin segala pengorbannya tak sekalipun dilirik oleh Juan.

"Saya sudh tahu, Var," ucap Juan yang langsung meninggalkan ruang tengah. Tempat biasa tim S&M berkumpul untuk briefing atau hanya sekedar rehat dari aktivitas.

Biru bukan jenis orang yang bisa bergaul dalam sekali waktu. Ia begitu membatasi diri agar tak lagi terlibat jauh dengan seseorang, apalagi mempercayai orang lain dengan berlebihan.

Rasa sakit akibat ditusuk dari belakang sudah pernah di rasakan oleh Biru.

Hampir lima tahun ia dan wanita yang menyandang status Nyonya Dirgantara, alias istri Juan itu bersahabat.

Seluruh keluh kesah untuk Juan ia bagi dengan Kiara. Tapi sakitnya tertikam oleh sahabat dan lelaki yang ia cintai begitu menguncangnya.

Ia tak mau lagi merasakan hal itu. Berada dititik terendah membuat Biru semakin menggenggam hatinya agar tak lagi tersakiti.

Termasuk beramah-tamah dengan karyawan lain. Tanpa kecuali pada tim Sales and Marketing juga.

Bertahun-bertahun ia sudah melatih diri, bagaimana menampilkan wajah datar tanpa emosi. Setidak ia berhasil mengaplikasikan di lingkungan kerjanya, baik yang sekarqng atau pun dulu.

"Mbak Biru!" Seru Yessi. salah kasir restoran saat melihat ia melewati lobi hotel tempatnya bekerja.

"Iya, mbak Yes."

"Ini, Mbak. Rincian menu yang baru di update sama chef Lintar." Yessi menyodorkan beberapa lembar kertas pada Biru.

"Makasih ya, Mbak," ucap Biru tersenyum kecil.

Biru kembali keruangan tempat tim Sales and Marketing berada. Duduk di kubikelnya, Biru memulai aktivitas

Ini hari pertamanya ia bekerja. Sebagai karyawan pindahan Biru tak begitu kaku dengan pekerjaannya di bagian Bangquet and wedding*. Kareba pekerjaannya di Bali juga sama.

"Mbak Bi. Ini data klien yang akan menyewa ballroom kita untuk nikahan." Tea menyerah satu map berisi rincian data calon klien yang akan menyelenggarakan resepsi pernikahan.

"Makasih!"

Juan tak pernah segusar ini. Berada dalam satu ruangan bersama Biru, tapi tak bisa menyentuhnya sungguh bencana baginya.

Ia ingin privasi dengan Biru, ada beberapa masa lalu yang belum mereka selesaikan.

Tentang kenyataan Kiara bersahabat dengan Biru, membuat Juan menghindarinya sementara. Hingga ia percaya jika semua yang terjadi adalah sebuah kebetulan.

Juan memandangi Biru yang sedang betaktivitas di kubikelnya, yang kebetulannya lagi posisi Biru tepat menghadap ke arahnya.

Banyak yang ingin ia katakan pada Biru, termasuk sikap pengecutnya dulu.

Penyesalan jelas mengerubungi hatinya, melihay bagaiman perubahan drastis pada diri Biru.

Biru yang dulu sudah hilang, berganti dengan Biru berwajah datar. Dan ia lah yang telah membunuh Biru yang penuh ekspresif. Tak pernah malu menunjukan betapa wanita itu memuja dirinya juga menunjukkan secinta apa Biru padanya.

Semuanya hilang.

Juan mengantungkan tangannya di udara, membuat gerakan seolah dirinya tengah mengelus pelan pipi Biru yang tepat berada di luar ruangannya.

"Aku merindukanmu, Bi." Bisik Juan menatap sendu Biru.

✩★✩★✩★✩

Fix otaknya emak lagi teracuni sama Juan-Biru. Karena kehilangan mood nulis di lapak Jendra-Eliya.

Jadinya emak aktif di sini.

Happy reading.

Surabaya, 17/11/2018
-Dean Akhmad-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro