91 »« The Return of the Prince
•
•
•
Ayden tidak tahu ... entah sudah berapa lama ia tertidur. Ia juga tidak bisa mendengar apapun, terlebih suara Axel. Padahal serigala dalam dirinya itu selalu berisik dan mengomentari berbagai hal. Akan tetapi, apakah perang yang terjadi di luar sana seharusnya sesepi ini? Apakah Axel berhasil menemukan Kieran dan membawa Rafellia kembali?
Semua pertanyaan itu cukup membuat Ayden frustasi. Ia pun juga sudah mengirim mindlink pada Axel, tapi ...
Axel, kau mendengarku?
Aku sudah cukup beristirahat.
Biarkan aku mengambil alih tubuhku kembali.
... sama sekali tidak ada jawaban.
Ayden juga tidak bisa mengambil alih tubuhnya dengan paksa saat ini. Sebab Axel menghalanginya. Entah karena apa. Ia jadi penasaran. Sebenarnya apa yang terjadi di luar sana?
Axel! Kau pasti mendengarku, 'kan?!
Hening.
Tidak ada jawaban.
Ayden berdecak kesal. Ia seolah berbicara sendiri. Padahal ia sangat yakin kalau Axel pasti mendengar suaranya.
"Ayden ..."
Suara siapa itu?
"Maaf. Aku gagal."
Deg!
Ayden tersentak. Suara bising seketika memasuki indra pendengaran sang pangeran mahkota. Berikut dengan pahanya yang terasa berat seperti ditimpa oleh sesuatu. Perlahan Ayden membuka kedua matanya, dan saat itu juga, ia dibuat terpaku dengan pemandangan yang tersaji secara cuma-cuma di depannya.
Rafellia dengan wajah pucat serta pakaian yang berlumuran darah, dan gadis itu tengah berada di pangkuannya.
"Apa yang terjadi?" Ayden bergumam pelan dengan tangan yang terulur untuk memegang pipi sedingin es di pangkuannya. "Fellia, apa yang terjadi denganmu?"
Puk! Puk!
Ayden menepuk-nepuk pipi sang gadis beberapa kali, tapi tidak ada respon sama sekali. "Hei! Fellia! Kau dengar aku?"
Puk! Puk!
"Rafellia! Tolong buka matamu dan katakan sesuatu!"
Netra hitam Ayden bergerak gelisah ke sembarang arah, dan ia baru menyadari kalau ada banyak pasang mata yang menatap sendu ke arahnya dan Rafellia. Ayden benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Ia baru saja terbangun dari alam bawah sadarnya dan ia sudah disuguhi pemandangan buruk seperti ini.
Sebenarnya apa yang terjadi?
"Ketua."
Ayden mendongak cepat dan mendapati eksistensi Arthur yang mendekat ke arahnya dengan raut wajah tak terbaca. Ayden tidak menjawab panggilannya, tapi Arthur tahu kalau sang pangeran mendengarkan. Itulah kenapa Arthur memilih melanjutkan perkataannya.
"Putri Rafellia sudah tiada. Pangeran Axel menghajar Pangeran Kieran habis-habisan, tapi seseorang berhasil membawa Pangeran Kieran kabur di tengah pertarungan." Arthur menunduk, menatap sosok pucat sang putri dengan penuh penyesalan. "Saya gagal menjaganya atas perintah Anda. Pangeran Axel juga gagal menyelamatkan Putri Rafellia. Jantungnya diambil secara paksa oleh Pangeran Kieran karena dia meyakini kalau permata Sharpened Insignia ada di dalam jantung sang putri. Sedari awal, tujuan Pangeran Kieran adalah permata yang berada di dalam tubuh Putri Rafellia, Ketua."
"Maafkan kami, Ketua. Kami telah gagal menyelamatkan Putri Rafellia." Arthur menunduk dalam. Ia tidak berani mengangkat wajah, bahkan untuk sekadar melihat ekspresi apa yang ditunjukkan oleh Ayden Hoover setelah ia menjelaskan semua situasi yang telah terjadi. "Saya juga baru saja mendapatkan kabar bahwa perang sudah berakhir karena Raja Heamore telah berhasil dilumpuhkan. Kemenangan berada di pihak Revia Kingdom, Ketua."
"Arthur."
"Ya?" Arthur mendongak cepat, dan ia langsung dibuat tersentak akan tatapan Ayden yang terasa kosong seolah tak bernyawa.
"Kau bilang tadi Rafellia sudah tiada, 'kan?"
"Be-benar, Ketua."
"Tolong tinggalkan kami berdua di sini. Pergilah mencari bantuan dan kabarkan kondisi Rafellia ke semua orang termasuk keluarganya. Kau tenang saja, aku akan menyusulmu setelah aku berbicara pada Fellia."
"Baik, Ketua. Saya mengerti."
Arthur langsung berdiri tegap dan berbalik badan. Berjalan meninggalkan kedua sejoli yang masih dalam kondisi pakaian penuh darah. Bahkan Arthur juga baru sadar kalau ia sempat menginjak genangan darah yang bersumber dari Putri Rafellia saat di sana tadi. Lihat saja sepatunya yang meninggalkan jejak berwarna merah darah di atas putihnya salju pada pagi itu. Diam-diam, Arthur menggertakkan giginya kala teringat bagaimana kejamnya Pangeran Kieran saat menarik paksa jantung Putri Rafellia dari rongga dada sang putri.
Pun ketika ia sudah pergi dari area kuil tak berpenghuni itu, Arthur masih tidak bisa melupakan setiap peristiwa yang terjadi di sana beberapa waktu lalu. Sepertinya bukan hanya dia yang merasa demikian, tetapi juga para anggota Wolf Moon Pack yang saat itu juga ikut dalam pengejaran Pangeran Kieran dan Putri Rafellia.
Kemarahan Pangeran Axel pada Pangeran Kieran.
Kondisi memprihatinkan Putri Rafellia.
Juga saat kesadaran Pangeran Ayden telah dikembalikan oleh Pangeran Axel.
Arthur melihat itu semua sembari menahan diri untuk tidak turun tangan dan ikut campur secara langsung. Semua orang yang berada di tempat kejadian juga tahu, bahwasannya Putri Rafellia sudah tidak bisa diselamatkan kala itu. Pangeran Axel pun pasti juga sudah tahu akan hal itu. Itulah kenapa beliau amat sangat marah dan menghajar Pangeran Kieran dengan membabi buta.
Namun sayang, seseorang telah berhasil membawa kabur Pangeran Kieran yang saat itu sudah dalam kondisi setengah sadar dengan jantung Putri Rafellia yang masih berada dalam genggaman sang pangeran terbuang. Arthur juga tidak yakin, apakah permata itu benar berada di dalam jantung Putri Rafellia atau tidak. Karena tidak ada teori pasti yang mengatakan kalau Sharpened Insignia akan bersemayam dalam jantung seseorang yang menjadi wadahnya.
Akan tetapi, memang pernah ada teori yang mengatakan bahwa Sharpened Insignia berdetak dan bekerja seperti darah pada wadah yang ditempatinya. Arthur pernah membaca sejarah dan teorinya saat berkelana di luar kerajaan waktu itu, tapi ia lupa tepatnya di mana.
Sekali lagi, saya mohon maaf atas kelalaian saya dalam menjaga Putri Rafellia, Ketua.
Arthur kembali berkata dengan penuh penyesalan dalam hatinya. Semua yang terjadi benar-benar di luar kendalinya. Ia juga tidak mengerti, kenapa takdir bisa begitu kejam pada kedua sejoli yang tengah jatuh cinta itu.
• • »« • •
"Anda benar-benar keterlaluan, Dewi. Tidakkah takdir ini begitu kejam bagi mereka berdua?" Liana menatap penuh kekecewaan pada sosok Sang Dewi Bulan yang berada tepat di depannya. Padahal Liana sudah tahu kalau akhirnya akan seperti ini, tapi ia tidak menyangka kalau Sang Dewi masih memberikan kesempatan kabur untuk Kieran Hartwell dengan mengirimkan seseorang yang tidak seharusnya berada dalam skenario ini.
"Aku tahu apa yang kulakukan, Liana. Lihat dan perhatikan saja baik-baik."
•
•
•
Gimana-gimana?
Maaf telah mengecewakan kalian, tapi Rafellia memang sudah tiada setelah Kieran mengambil paksa jantungnya dengan pedang perak tersebut.
🙂🙏🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro