Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

90 »« The Heart of the Princess's Life



Arthur tahu kalau ada sesuatu yang terjadi di antara ketuanya dan juga Putri Rafellia. Karena semenjak ia bergabung dengan Wolf Moon Pack dan menjadi bawahan sang pangeran mahkota, ia tidak pernah sekalipun melihat Pangeran Ayden dan juga Pangeran Axel bersikap demikian pada seorang gadis. Sikap sang pangeran pada Putri Rafellia bukanlah karena rasa simpati semata. Ia sangat yakin akan hal itu.

Terlebih lagi, apakah seseorang seperti Ayden Hoover akan melakukan hal gila dengan membelot dari ayah dan kakak angkatnya demi membantu para bangsa vampir yang jelas-jelas adalah musuh mereka?

Rasanya sangat tidak masuk akal, bukan?

Itulah yang menjadi beban pikiran Arthur beberapa waktu terakhir. Tindakan yang dilakukan sang pangeran jelas menunjukkan kekhawatiran dan juga kecemasan mendalam terhadap Putri Rafellia. Seolah-olah, jika sang putri hilang sebentar saja dari pandangannya, maka sang pangeran akan murka.

Apakah mungkin, ketuanya itu sedang jatuh cinta?

Pada seorang gadis yang bernama Rafellia.

Seorang gadis yang saat ini tengah berada dalam genggaman sang pangeran terbuang. Yang keberadaannya entah berada di mana setelah ia lalai menjalankan tugas untuk menjaganya.

Arthur menatap pijakan demi pijakan yang ia lalui dengan perasaan gamang. Lantas beralih menatap pada teman-temannya yang terus berlari tanpa lelah untuk satu tujuan yang sama. Menyelamatkan seorang gadis vampir yang kehadirannya seperti sebuah anugerah sekaligus bencana bagi mereka.

Ah, tidak. Rasanya terlalu kejam jika ia menganggap Putri Rafellia seperti demikian. Karena Arthur tahu, gadis itu pun tidak ingin semuanya jadi seperti ini. Segala hal yang terjadi benar-benar di luar kendali kami, para makhluk duniawi. Mungkin, hanya Moon Goddess seorang yang tahu bagaimana akhir dari kisah ini.

"Arah Tenggara! Sekitar 450 meter di depan kita!" Seorang anggota dengan kain merah yang menutupi keningnya itu berujar dengan lantang. Memberitahukan pada anggota yang lain tentang keberadaan Kieran dan Rafellia dengan kemampuan indra penciumannya yang tajam. Panggil saja dia Oliver. "Tapi ada yang aneh, Pangeran Axel. Karena sepertinya, tempat itu memiliki pelindung yang sangat kuat," lanjutnya.

Axel tidak bicara, tidak juga berkomentar. Pria yang tengah bertukar kesadaran dengan Ayden itu hanya mengangguk dan mempercepat langkah kakinya ke arah yang ditunjuk oleh sang anggota dengan kain merah di keningnya tersebut. Memang benar. Setelah mempercepat langkah, Axel bisa merasakan hawa keberadaan Kieran dan Rafellia yang terasa semakin dekat di depan mereka.

Hingga setelah berlari sekitar tujuh menit lamanya, barulah Axel dan beberapa anggota Wolf Moon Pack tersebut melihat sebuah bangunan-nampak seperti kuil-yang berdiri sendirian di atas bukit. Dari luar, kuil tersebut terlihat sangat tak terurus dan seolah sudah lama tidak beroperasi. Axel saja baru tahu kalau ada kuil seperti ini di wilayah Kerajaan Revia yang sebagian besar penduduknya adalah seorang Atheis.

"Mereka ada di sana." Arthur angkat bicara dan tanpa ragu menunjuk ke arah kuil tersebut dengan jari telunjuknya. "Tetapi seperti kata Oliver, saya juga bisa merasakan kalau ada pelindung yang sangat kuat di sana, Pangeran."

Semua tatapan mata para anggota Wolf Moon Pack seketika mengarah pada sang pangeran dan menunggu perintah. Sementara Axel hanya terdiam, tapi tatapan matanya menyiratkan keyakinan dan amarah terpendam. Netra cokelat keemasan itu bersinar terang seiring dengan kaki yang mulai melangkah mantap ke arah bangunan kuil.

Axel memejamkan mata, merapal sebuah mantra yang entah apa artinya. Pada awalnya, tabir pelindung itu terbuka sedikit demi sedikit. Tetapi sayang, mantra yang digunakan Axel tidak bisa membuat tabir pelindung itu terbuka secara sempurna. Bahkan setelah Axel menyelesaikan mantranya, tabir tersebut malah kembali tertutup rapat. Membuat sang pangeran spontan berdecak di tempat.

"Arthur. Pinjamkan kekuatanmu dan bantu aku membuka tabir pelindung itu," titah Axel pada Arthur yang langsung diangguki oleh sang empunya nama.

Arthur langsung merapalkan mantra yang sama seperti mantra sang pangeran sebelumnya. Mantra yang mereka ketahui untuk membuka tabir pelindung. Akan tetapi, keberhasilan mantra itu juga tergantung dari seberapa kuat tabir pelindung yang ingin dibuka.

Seperti sekarang ini.

Pangeran Axel tidak bisa membuka tabir pelindung itu seorang diri. Itulah kenapa dia meminta bantuan Arthur untuk membukanya.

Namun sayang, setelah tabir pelindung itu terbuka sempurna, mereka malah disuguhkan dengan pemandangan yang membuat para werewolf tersebut terkejut ketika melihatnya. Pemandangan yang berhasil membangkitkan amarah terpendam yang sedari tadi tertahan dalam diri Pangeran Axel.

Pemandangan Rafellia dengan gaun hitam berlumuran darah yang bersumber dari pedang yang dihunuskan Kieran pada dada gadis itu.

"Ohh? Kalian sudah berhasil membuka tabir pelindungnya ternyata. Tapi sayang sekali ..."

Crashh!

"... kalian terlambat."

Rafellia memuntahkan darah dari mulutnya saat Kieran Hartwell menarik paksa pedang tersebut dari dadanya. Tidak hanya itu. Karena kemudian, Kieran memasukkan tangan kanannya ke dalam luka terbuka di dada Rafellia. Lalu menggenggam jantung gadis itu dan menariknya hingga organ tersebut terlepas dari tubuh sang gadis.

Rafellia berteriak keras. Menyalurkan rasa sakit yang teramat sangat. Air mata dan keringat dingin terus saja bercucuran. Pandangan Fellia mulai mengabur seiring dengan rasa sakit yang ia rasakan saat Kieran Hartwell menarik paksa jantung tersebut dari rongga dadanya. Ia sudah tidak bisa merasakan tubuhnya lagi begitu melihat Kieran memegang organ yang masih berlumuran darah itu sembari tertawa keras.

Gadis itu mengangkat pandangan, dan netranya seketika bersirobok dengan manik cokelat keemasan milik Ayden Hoover yang tengah berlari menuju ke arahnya dan Kieran dengan tatapan penuh amarah. Seulas senyum pedih spontan terbit di bibir pucat Rafellia Reeves.

Namun bukan kedatangan Ayden yang membuat Rafellia mengulas senyum pedih seperti itu, tapi karena seutas benang merah di jari kelingkingnya yang terhubung dengan jari kelingking milik laki-laki bermarga Hoover tersebut.

Ti-tidak!

Bagaimana bisa?!

Ayden?

Rasanya Rafellia ingin sekali tertawa sekarang. Takdir benar-benar telah mempermainkannya. Ia tidak menyangka kalau sang takdir memilih Ayden Hoover sebagai mate-nya.

Ah, tapi rasanya juga percuma. Ia tidak bisa merasakan beberapa anggota tubuhnya sekarang. Semuanya hampir mati rasa. Yang bisa ia rasakan hanya jari-jari tangan dan kakinya yang mulai melemas. Kepalanya pusing dan tenggorokannya juga kering.

Samar-samar, Rafellia bisa melihat Ayden dan Kieran saling baku hantam dengan tangan kosong beberapa meter di depannya. Amarah yang sangat besar bisa ia rasakan dalam diri Ayden yang terus menghajar Kieran tanpa ampun. Bahkan sekilas, ia bisa melihat Arthur dan beberapa werewolf yang tidak ia kenal berada tidak jauh di belakang Ayden tengah menatapnya dengan tatapan sendu mereka.

Ah, inikah akhir dari hidupnya?

Ayolah, ia masih tujuh belas tahun.

Masih banyak hal yang ingin ia lakukan bersama Raven dan Kak Raveena.

Juga masih banyak hal yang ingin ia tanyakan pada laki-laki yang akhir-akhir ini terus saja terlibat masalah dengannya.

Laki-laki yang tidak ia sangka adalah mate-nya.

Setetes air mata turun dari manik merah delima milik Rafellia Reeves. Gadis itu mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Ayden Hoover dengan pandangan yang sudah buram karena air mata.

Maafkan aku, Ayden.

Jika saja aku menyadari hal ini lebih awal, mungkin aku memilih untuk tidak akan pernah jatuh cinta padamu.

Rafellia menggigit bibir bawahnya dan terduduk di lantai seiring dengan rasa sakit yang teramat sangat pada dadanya. Gadis itu menunduk dan meraba bagian dadanya yang berlubang dengan tangan gemetar.

Sharpened Insignia ...

... apakah akan jatuh ke tangan orang yang salah?



🙂🙏🏻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro