88 »« A Man Who Appeared from the Portal
•
•
•
Ada yang aneh di luar sana. Rafellia tidak tahu apa yang terjadi. Ia hanya bisa mendengar samar-samar suara keramaian. Gesekan antara sepatu dan juga tanah bersalju yang mulai mencair. Lalu suara desing pedang yang saling beradu dan desisan rasa sakit. Rafellia bisa mendengar semuanya meski hanya samar-samar.
Mungkinkah ada musuh yang datang?
Jika memang benar, berarti tempat ini sudah diketahui oleh mereka?
Rafellia menautkan jari-jarinya dengan cemas. Gaun hitam panjang yang dipakainya ia remas untuk menyalurkan rasa gelisah yang hinggap dalam dada. Netra merah delima Rafellia menatap ke arah satu-satunya jam dinding kuno yang berada di kamar tersebut.
Tepat pukul 01:00 dini hari.
Jangan heran kenapa ia belum juga tidur di jam segini dan malah terus terjaga seperti sekarang ini. Bagaimana ia bisa tidur nyenyak saat ia tidak tahu bagaimana perang ini berjalan? Bagaimana ia bisa tidur saat ia dikurung di suatu rumah yang berada di tengah-tengah pegunungan seperti ini?
Rafellia tidak bisa abai. Terlebih lagi, peperangan ini terjadi karena Sharpened Insignia yang berada di dalam tubuhnya. Apakah sebegitu berharganya permata ini sampai-sampai semua orang mengincarnya?
Jika Sharpened Insignia memang sangat berharga, kenapa permata ini justru memilihku sebagai wadah?
Pertanyaan itu sampai sekarang masih belum menemukan jawabannya. Rafellia pun juga tidak tahu takdir seperti apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Ia tidak meminta dilahirkan dan menjadi incaran banyak orang karena permata berkekuatan dahsyat di tubuhnya. Ia juga tidak meminta terlahir dengan kutukan 'tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya'.
Rafellia tidak pernah meminta semua itu.
Saat gadis vampir bergaun hitam itu sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja dinding yang berada di depannya memunculkan titik hitam yang lama-kelamaan menjadi besar hingga terbentuklah sebuah portal. Rafellia spontan berdiri dan bersikap waspada.
Kemudian, seseorang keluar dari portal itu.
Seseorang yang berhasil membuat netra merah delima milik Rafellia Reeves membulat sempurna ketika melihatnya.
K-kieran?!
Rafellia tidak tahu kalau sang bartender The Crowbar bisa membuatnya merasa terintimidasi hanya dengan melihat seringainya. Rafellia tidak tahu bahwa seseorang yang pernah berburu bersama Raven dan memberikannya rusa tangkapan pria itu bisa memberikan rasa takut yang begitu besar padanya seperti saat ini.
Tidak ada satu kata pun yang mampu terucap dari bibir Rafellia ketika Kieran Hartwell sudah berdiri tegak di depannya dengan seringai lebar pria itu. Seringai yang mengisyaratkan mara bahaya.
"Pa-pangeran Kieran! Kenapa Anda berada di sini?!"
Pertanyaan bodoh! Untuk apa kau menanyakan hal yang sudah pasti, Fellia?! Tentu saja dia ingin menangkapmu dan mengambil permata itu!
Rafellia merutuki dirinya dalam hati. Sekarang lihat, seringai pria di depannya ini justru semakin lebar saja. Apa yang harus ia lakukan? Ke mana juga Arthur dan yang lainnya sampai-sampai mereka tidak tahu kalau Kieran berhasil menyusup ke kamar ini?
"Putri Rafellia. Sudah lama sekali rasanya aku ingin berbicara secara pribadi seperti ini denganmu," tutur Kieran dengan kekehan kecilnya. Jangan lupakan setiap kata penuh penekanan yang dilontarkan Kieran. "Anggota pack milik Ayden memang sangat tangguh. Mereka benar-benar berusaha menahanku dengan begitu keras supaya aku tidak bisa bertemu denganmu."
Rafellia memundurkan langkah saat Kieran Hartwell semakin mendekat ke arahnya. Rafellia berusaha untuk tetap membuka mata dan bersikap waspada. Karena jika ia lengah sedikit saja, bisa-bisa hal buruk akan terjadi padanya, dan ia tidak mau itu. Ia tidak akan membiarkan Kieran Hartwell bertindak seenaknya dan mendapatkan apa yang pria itu inginkan.
"Bagaimana Anda bisa tahu kalau saya berada di sini, Pangeran?" tanya Rafellia tanpa mengalihkan pandangan dari pria dewasa muda di depannya. Mati-matian Fellia menahan rasa takut akibat tekanan tak kasat mata yang ditimbulkan Kieran sejak pria itu muncul dari portal.
Padahal Kieran tidak melakukan apa-apa selain berdiri di depan Rafellia dengan jarak yang cukup dekat disertai seringai andalan pria itu. Tetapi keberadaan Kieran benar-benar membuat Rafellia takut hingga kedua tangannya tidak bisa berhenti gemetar. Bahkan Fellia bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri yang berdetak dua kali lipat dari kecepatan normal.
"Hmm ... bagaimana, ya?" Kieran mengelus dagu dan berpikir sejenak. "Kau ingat kupu-kupu biru yang aku kirimkan padamu?"
Deg!
Napas Rafellia tercekat. "Jadi kupu-kupu itu benar milik Anda?" tanya Fellia dengan ekspresi terkejut yang tak bisa disembunyikan.
"Bukankah seharusnya kau sudah tahu?" Waktu seolah berjalan dengan sangat lambat saat Kieran mendekatkan wajahnya dan menatap manik merah delima Rafellia dengan lekat. "Kupu-kupu itu bukanlah kupu-kupu sihir biasa yang akan hilang begitu saja saat kau menghancurkannya, Putri Rafellia."
A-apa maksud pria ini?
"Kupu-kupu itu akan menjadi transparan dan tak terlihat saat dihancurkan. Bukannya hilang, tapi kupu-kupu itu akan terus mengikuti targetnya. Dalam hal ini, kupu-kupu itu masih tetap mengikutimu ke manapun dan dia telah memberiku semua informasi tentang keberadaanmu selama ini," kata Kieran dengan senyumannya yang semakin melebar. Pria dengan bekas luka jahit di dagunya itu tertawa kemudian. "Menakjubkan, bukan?"
"Justru akan sangat mengherankan kalau aku sampai tidak tahu lokasi dari pemilik Sharpened Insignia." Kieran menghela napas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Ah, sepertinya aku terlalu banyak bicara, ya? Membuang-buang waktu seperti ini sebenarnya bukanlah gayaku," kata Kieran lagi disertai kekehan kecilnya. Tatapan mata pria itu kembali fokus pada gadis vampir bergaun hitam tersebut. "Aku datang kemari untuk menjemputmu. Jadi kau harus ikut denganku."
"Tidak." Rafellia langsung mengatakan ketidaksetujuannya dengan cepat. "Saya tidak akan pergi ke manapun, dan permata ini, juga tidak akan pergi ke manapun."
"Aku tidak membutuhkan persetujuanmu, Putri."
Dengan gerakan cepat, Kieran Hartwell mencengkeram pergelangan tangan Rafellia Reeves dan segera membuka portal dengan tangan kirinya. Lantas menarik paksa Rafellia ke dalam portal tersebut dan membawanya pergi dari rumah tua yang menjadi tempat persembunyian sang putri di Liliyue Mointains.
"Sebab tujuanku adalah permata yang ada di dalam tubuhmu, bukan dirimu."
•
•
•
Argh! Aku nggak bisa!
Aku beneran takut sama sosok Kieran di sini. Meskipun dia awalnya mencoba bersikap ramah pada Rafellia, tapi dia benar-benar orang yang berbahaya. Tremor banget nulis part ini, sumpah! Semoga part ini nggak cringe deh di kalian😭🤧
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro