Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

86 »« Arion in the Evacuation Area



"Perketat semua penjagaan di rumah ini! Pastikan tidak ada seorang pun yang bisa lepas dari pengawasan kalian!"

Seruan tegas Arthur terdengar sampai ke telinga Rafellia yang kini sudah berdiri dan mendekat ke arah pintu kamar tempatnya disekap. Ah, entah kenapa kata 'sekap' terasa sangat jahat untuknya sekarang. Rafellia jadi penasaran, apa yang membuat Arthur sampai meminta anggota Wolf Moon Pack untuk memperketat penjagaan? Apakah telah terjadi sesuatu?

Ceklek!

Rafellia terkejut dan buru-buru memundurkan dirinya dari pintu saat sosok Arthur sudah berdiri di depannya dengan pandangan bertanya. Fellia meringis, merasa malu karena sepertinya ia ketahuan menguping. "Maaf, aku tidak sengaja menguping. Suaramu terdengar sampai dalam," tuturnya tak enak hati.

Arthur menghela napas. "Maaf kalau suara saya mengganggu ketenangan Anda, Putri." Arthur berkata penuh penyesalan.

"Tidak! Bukan seperti itu!" Rafellia menyilangkan tangannya dan menggeleng cepat. "Kau salah paham! Aku sama sekali tidak terganggu, kok. Hanya sedikit penasaran saja." Fellia memelankan suaranya di akhir kalimat dan menatap tepat pada kedua pupil mata Arthur dengan lekat. "Sebenarnya apa yang terjadi di luar sana, Arthur? Kenapa kau meminta mereka untuk memperketat penjagaan di rumah ini?"

"Pangeran Kieran tidak ada di medan perang saat ini. Kemungkinan besar kalau dia memiliki rencana lain. Itulah kenapa Pangeran Ayden meminta kami memperketat penjagaan terhadap Anda untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan."

Jawaban Arthur berhasil membuat bibir Rafellia terkatup rapat. Jujur saja, ia cukup terkejut saat mengetahui kabar kalau Kieran Hartwell tidak ada di medan perang. Ini benar-benar janggal. Sebenarnya apa yang direncanakan oleh pria itu?

"Lantas bagaimana? Apakah kita hanya akan membiarkannya saja?"

Arthur menggeleng. "Tentu tidak, Tuan Putri. Sebagian anggota kami telah berpencar untuk mencari keberadaan Pangeran Kieran. Jadi Anda tidak perlu khawatir."

"Syukurlah. Aku benar-benar cemas."

Sudut bibir Arthur sedikit terangkat saat mendapati ekspresi lega yang terpancar jelas dari wajah cantik gadis vampir di depannya. "Semuanya akan baik-baik saja. Tolong percayalah pada kami."

Rafellia mengangguk. Kata-kata Arthur sudah sedikit membuatnya tenang. Ia tidak akan bisa keluar dari tempat ini. Jadi ia hanya bisa menunggu. Lagipula, ia sendiri juga sudah setuju kalau ia akan berada di bawah pengawasan para anak buah Ayden selama peperangan ini berlangsung. Bukan hanya demi dirinya sendiri, tapi juga demi keamanan permata Sharpened Insignia ini.

"Iya, aku percaya pada kalian. Terima kasih, Arthur."

Arthur menunduk hormat dan mohon undur diri setelahnya. Kembali meninggalkan Rafellia dalam perasaan cemas dan pikiran melanglang buana di dalam kamar remang-remang tanpa jendela tersebut.

• • »« • •

Evacuation Area.

Arion Hoover memijit pelipisnya yang terasa sedikit pusing saat memikirkan tentang 'Bagaimana lagi cara yang harus ia lakukan untuk menenangkan dan menghilangkan kecemasan para penduduk yang tidak ikut serta dalam perang ini?'

Kebanyakan dari mereka adalah seorang istri dan juga ibu yang ditinggalkan oleh anak beserta suami mereka ke medan perang. Arion tidak bisa menjamin apakah mereka bisa pulang dengan selamat atau tidak. Ia juga tidak punya keberanian untuk mengatakan omong kosong seperti, 'Semuanya pasti akan baik-baik saja' dan sebagainya.

Ia benar-benar tidak bisa.

"Pangeran Arion?"

Suara merdu dan tegas seseorang membuat Arion spontan tersadar dari lamunannya. Laki-laki 20 tahun itu menoleh ke sumber suara dan mendapati eksistensi Putri Raveena di ambang pintu tenda.

"Maaf karena mengganggu waktu Anda, tapi saya membutuhkan sedikit bantuan di sini."

Arion mengangguk dan mengikuti langkah dari sang putri mahkota Kerajaan Revia itu dalam diam. Arion Hoover yang biasanya banyak bicara, kini jadi lebih banyak diam sejak ia mendapatkan tugas untuk ikut membantu di tempat pengungsian. Ada banyak faktor yang membuat Arion lebih memilih mengunci mulutnya rapat-rapat, salah satunya ...

"Anak-anak itu tidak mau makan dan minum sebelum melihat Kakak laki-laki mereka pulang dengan selamat." Raveena menunjuk pada dua orang gadis kembar yang duduk di tenda paling ujung. Jika dilihat-lihat, usia mereka mungkin sekitar 4-5 tahun. "Mereka belum makan apapun sedari pagi."

"Lalu? Anda ingin saya melakukan apa?"

"Bantu saya untuk menenangkan mereka sebentar supaya mereka mau makan. Saya ada keperluan lain di bagian dapur," tutur Raveena sembari memberikan sebuah nampan dengan dua porsi sup daging di atasnya pada Arion yang langsung sigap menerimanya.

Terdengar helaan napas dari bibir Arion Hoover. Ingin rasanya ia menolak, tapi saat melihat tatapan memohon dari netra merah gelap di depannya ini, Arion jadi tidak bisa menolak dan memilih untuk menyanggupi permintaan Raveena Reverie. Lagipula, ia juga sedang tidak ada kerjaan. Waktu istirahatnya juga masih lama. Jadi tidak ada salahnya kalau ia sedikit menghibur dua bocah kembar di sana, 'kan?

"Baiklah."

Seulas senyum tipis pun terbit di bibir Raveena. Gadis vampir yang seumuran dengan Arion itu melambaikan tangannya sebelum benar-benar pergi meninggalkan sang pangeran dengan nampan berisi sup daging yang sudah berada di tangan laki-laki itu.

Begitu pun dengan Arion, ia langsung saja berjalan ke tenda paling ujung dan berjongkok untuk menyamakan tinggi badannya dengan dua bocah kembar yang tengah saling menghibur satu sama lain itu.

"Hai!" sapa Arion Hoover dengan senyuman hangatnya. "Apakah kalian lapar? Kakak membawakan sup daging yang masih hangat untuk kalian."

Namun bukannya memberikan respon ramah, kedua bocah kembar itu malah menatap sekilas pada sosok Arion dan memalingkan wajah mereka kemudian. Kembali asik dengan percakapan mereka sendiri seolah Arion Hoover hanyalah angin lalu saja bagi mereka.

Sudut bibir Arion berkedut. "Bukankah tidak sopan mengabaikan seseorang yang mengajak kalian bicara seperti itu?" tanya Arion lagi tanpa menghilangkan nada ramah dalam perkataannya. Meski mati-matian menahan rasa kesal, ia tetap harus sabar menghadapi dua bocah perempuan ini.

"Maaf, tapi kami tidak lapar. Terima kasih sudah membawakan kami makanan, Tuan. Anda bisa membawanya kembali."

"Benar. Anda bisa memberikannya pada anak lain."

Heh?

Haruskah Arion merasa kagum sekarang?

Apakah mereka benar-benar seorang bocah lima tahun?

"Lantas, bagaimana dengan kalian sendiri? Apakah kalian tidak lapar? Kakak dengar, kalian belum makan apapun sedari pagi."

"Kami tidak-"

Kruyukk!

Kedua gadis kecil itu tertunduk malu saat suara perut keroncongan mereka terdengar begitu keras. Arion sampai dibuat tersenyum gemas karena tingkah menggemaskan keduanya.

"Dengar, 'kan? Perut kalian juga lapar, tuh. Jadi ayo makan sup daging ini bersama-sama. Kakak akan menemani kalian makan."



Aaaaa, Arion lu kok jadi gemesin gitu, sih?! 😭✊️

Baru kali ini kayaknya aura ketampanan Arion bertambah 2x lipat🥺💗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro