80 »« Decision to Cooperate
•
•
•
Sharpened Insignia and the Magic Within.
Tidak banyak yang dibahas dalam buku bersampul cokelat ini. Pada bab-bab awal, buku ini akan membahas tentang sejarah dan asal-usul permata Sharpened Insignia yang sampai sekarang bahkan masih diragukan kebenarannya.
Namun jika dilihat dari bagaimana sang penulis menceritakan tiap detail tentang wujud fisik serta kekuatan dahsyat permata itu, bukan tidak mungkin kalau akan ada banyak orang yang tertarik untuk memilikinya.
Akan tetapi, yang menjadi beban pikiran Ayden sekarang bukanlah itu. Melainkan teori masuk akal yang disampaikan oleh Aeric. Tentang semua pemberontakan yang terjadi dan keterlibatan Rafellia di dalamnya. Juga tentang pemikiran yang tiba-tiba hinggap di kepalanya, bahwa mungkin Rafellia adalah permata itu sendiri.
Awalnya, Ayden memang menutup mata tentang fakta bahwa Rafellia Reeves lahir pada saat perang besar yang terjadi tujuh belas tahun silam. Ayden menutup mata pada kemungkinan kalau Rafellia adalah anak yang terkena kutukan ayahnya pada saat itu. Ia juga menutup mata pada fakta bahwa permata Sharpened Insignia juga hilang dan tidak diketahui keberadaannya sejak perang berakhir pada waktu itu.
Ya, Ayden selama ini telah menutup mata akan fakta-fakta tersebut. Ia tidak pernah mencoba untuk menggali fakta-fakta itu lebih dalam. Ia tidak pernah mencoba untuk mencari tahu, dan seharusnya ia memang tidak perlu mencari tahu tentang apapun yang berhubungan dengan gadis itu.
Akan tetapi, Ayden tidak bisa. Tidak saat gadis itu mulai mengisi bagian paling dalam di hatinya. Tidak saat keberadaan gadis itu mulai memiliki arti khusus bagi Ayden.
"Rafellia Reeves, ya."
Sudut bibir sang pangeran mahkota terangkat membentuk seulas senyum tipis yang kemudian berubah menjadi kekehan geli.
"Hah ... rasa-rasanya aku memang sudah gila."
• • »« • •
Teori yang disampaikannya tidak mungkin salah, Aeric yakin itu. Bahkan tanpa ia sampaikan pun, harusnya Arion dan Kak Ayden sudah bisa menarik kesimpulan hanya dengan fakta dan bukti-bukti yang telah mereka temukan, bukan?
Rencana pemberontakan dan penyerangan yang dilakukan sang ayah dan sang kakak angkat bukan tanpa alasan. Terlebih jika tujuan mereka adalah untuk mencari permata Sharpened Insignia yang kemungkinan besar hanya Putri Rafellia yang tahu di mana keberadaan permata itu.
Aeric baru menyadari bahwa kemungkinan Putri Rafellia terlibat saat ia kembali mengingat peristiwa pada malam itu. Saat ia menemukan sang putri yang pingsan di wilayah perbatasan Barat kerajaannya dan ada Kak Kieran yang bersikeras mencoba membawa Putri Rafellia bersamanya.
Pada saat itu pun, ia sudah merasa aneh. Kenapa Kak Kieran begitu bersikeras untuk mendapatkan Putri Rafellia? Bahkan dia dengan sukarela menyerahkan diri untuk dihukum. Bukankah itu benar-benar aneh?
"Tapi jika Putri Rafellia memang mengetahui sesuatu tentang keberadaan Sharpened Insiginia ... maka dia benar-benar dalam bahaya."
Laki-laki berusia 22 tahun itu mengacak-acak surai gelapnya dan mendesah lelah. Aeric ingin sekali mengubur dirinya dalam inti bumi dan menghilang sebentar dari permasalahan yang tak kunjung selesai ini. Ia lebih memilih pergi berburu bersama anggota pack-nya daripada harus memikirkan masalah serumit ini.
Lagipula, ia dan kedua saudaranya juga tengah berada dalam pilihan yang sulit. Di satu sisi, mereka tidak ingin perang besar kembali terjadi. Di sisi lain, bangsa vampir memanglah musuh mereka, tapi tindakan ayah dan kakak angkat mereka juga tidak bisa dibenarkan.
Memicu konflik dengan Kerajaan Revia, sama saja dengan mengibarkan bendera perang di antara kedua ras. Karena jika sampai itu terjadi, maka perang sudah tidak bisa dihindari.
• • »« • •
"Aku sudah membuat keputusan."
Semua pasang mata yang berada di dalam ruangan dengan penerangan minim itu menatap ke sumber suara. Di mana Ayden Hoover berdiri tepat di samping satu-satunya jendela yang ada di ruangan itu dengan kedua tangan bersedekap dan tatapan mata yang tak bisa dibaca.
"Kita akan bekerja sama dengan Kerajaan Revia untuk menghentikan rencana Ayah dan Kieran."
Deg!
Waktu seolah berhenti seperkian detik setelah Ayden menyampaikan keputusannya. Semua orang yang hadir pada rapat malam itu dibuat terdiam. Ayden tahu, kalau keputusannya ini akan menuai pro dan kontra. Akan tetapi, ia sudah tidak bisa memikirkan cara lain lagi.
Selain rencana untuk bekerja sama dengan Kerajaan Revia, ia juga sudah mengirim pesan bantuan pada Rick. Ia yakin kalau sahabatnya itu juga akan turut membantu setelah ia menceritakan masalah detailnya pada pangeran mahkota dari Freedom Kingdom tersebut.
"Kak! Kau yakin dengan keputusanmu? Apakah itu tidak akan menjadi masalah?" Arion bertanya dengan hati-hati, mewakili seluruh kepala yang ada di ruangan tersebut.
Ayden menghela napas. Gurat lelah terlihat jelas dari mata hitam sang pangeran mahkota. "Maaf, tapi ini keputusanku. Kalian bebas memilih untuk ikut atau tidak." Ayden menegakkan tubuhnya sebelum melangkah pergi dari ruang rapat dan meninggalkan sejuta pertanyaan di kepala para inti dari ketiga pack besar yang dimiliki Kerajaan Heamore tersebut.
Red Moon Pack yang diketuai oleh Aeric Hoover, Blue Moon Pack yang diketuai oleh Arion Hoover, dan Wolf Moon Pack yang diketuai oleh Ayden.
Para inti dari ketiga pack besar itu jelas dibuat bingung dan terkejut akan keputusan yang diambil oleh sang pangeran mahkota. Terlebih, keputusan itu disampaikan secara sepihak tanpa adanya diskusi terlebih dulu.
Bahkan setelah kepergian Ayden, Arion dan Aeric langsung saja mengambil alih rapat pada malam itu. Keduanya mencoba menenangkan para anggota inti yang mulai mengeluarkan argumen dan protes mereka terhadap keputusan sepihak sang pangeran mahkota. Arion dan Aeric mencoba meyakinkan mereka untuk ikut serta dalam rencana yang dibuat oleh sang kakak—meskipun mereka sendiri juga belum tahu apa alasan Ayden mengambil keputusan itu.
"Aku minta tolong pada kalian. Bukan demi siapa-siapa, tapi demi tanah air kita. Aku yakin, keputusan Kak Ayden adalah yang terbaik."
"Arion benar." Aeric menyahut dengan binar dari netranya. "Kak Ayden tidak mungkin memutuskan sesuatu tanpa pertimbangan yang matang. Aku yakin kalau dia sudah memikirkannya ribuan kali—ah tidak. Dia pasti telah berpikir jutaan kali sebelum menyampaikan keputusannya pada kita semua."
"Jadi, bagaimana keputusan kalian?"
Edge Rex yang sedari awal rapat diadakan tidak bersuara sama sekali, kini membuka bibirnya dan bertanya perihal keputusan yang akan diambil oleh setiap kepala yang ada di ruangan tersebut.
"Meskipun aku sangat membenci bangsa vampir, tapi kurasa, keputusan Ketua tidak sepenuhnya buruk."
"Bukankah jika ingin mengalahkan seorang musuh, kita harus menjadi temannya dulu?"
•
•
•
Wahh! Edge Rex nih emang rada-rada otaknya😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro