78 »« Liana : The Informer
•
•
•
Ingin sekali rasanya Ayden mengumpat di depan wajah Edge secara langsung saat ini.
Bagaimana tidak?
Aeric, adiknya yang terlampau patuh itu justru menuruti permintaan Edge Rex untuk memukul tengkuknya supaya ia pingsan dan berakhir terbaring selama hampir setengah hari penuh di kamar penginapannya yang berada di Grassvalley.
Memang.
Ed hanya ingin ia beristirahat ...
... tapi kenapa harus sampai dipukul?!
"Aku hanya memikirkan cara tercepat, Ketua."
Itulah yang dikatakan Aeric saat Ayden bertanya perihal keberadaan Ed dan juga bertanya perihal maksud laki-laki itu memukul tengkuknya saat ia tengah fokus memindahkan kayu-kayu bekas ke dalam gerobak.
Lagipula, apakah tidak ada cara lain yang lebih baik selain membuatnya pingsan? Ayden jadi tidak ingin membayangkan bagaimana reaksi penduduk Grassvalley saat melihatnya tiba-tiba pingsan seperti itu.
Edge Rex sialan.
Ayden Hoover menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan sebelum beranjak bangun dari posisi berbaringnya. Pegal pada beberapa bagian tubuh seperti leher dan lengan langsung terasa karena Ayden terlalu lama berbaring dengan posisi yang sama. Netra hitam sang pangeran mahkota menatap ke arah jendela kecil yang terbuka di kamar tersebut. Menatap pemandangan langit sore dengan rona jingganya beserta salju kecil yang terus turun tanpa tahu arah.
Grassvalley adalah desa yang memiliki banyak kenangan di dalamnya. Dulu saat Ayden masih berusia sekitar enam tahun, sang ayah kerap kali membawanya dan Kieran untuk berpatroli ke desa-desa kecil yang masih berada dalam wilayah Heamore Kingdom seperti desa Grassvalley ini.
Saat itu Aeric masih berusia empat tahun, dan dia selalu merengek ingin ikut berpatroli. Tetapi karena usianya yang masih terlalu kecil, sang ibunda tidak mengizinkan Aeric untuk ikut serta. Jadilah Aeric tetap berada di mansion utama dan bermain bersama calon adiknya yang saat itu masih berada di dalam kandungan sang ibu.
Jadi hanya ia dan Kieran saja yang diperbolehkan untuk ikut serta dalam patroli rutin yang selalu dilakukan dalam satu bulan sekali itu.
Grassvalley memiliki banyak kenangan berharga bagi Ayden karena hanya di desa itulah tempat ia menemukan banyak teman dari berbagai ras dan daerah. Mengingat letaknya yang berada di perbatasan, Grassvalley sering menjadi tempat singgah bagi para turis dan pelancong.
Ayden kecil jelas merasa sangat senang saat bertemu dan berkenalan dengan orang baru ketika berkunjung ke desa yang namanya berartikan Lembah Rumput tersebut. Begitupun juga dengan Kieran. Mengabaikan status sosial yang ada dan bermain bersama tanpa kenal lelah.
Namun di Grassvalley jugalah, satu per satu teman yang datang, juga pergi meninggalkan kenangan. Seperti yang diketahui, Grassvalley hanyalah tempat singgah, bukan tempat tinggal.
People come and go.
Mereka datang hanya sesaat, lalu pergi setelahnya sembari membawa kenangan yang takkan pernah terlupakan ...
... dan Ayden merindukan saat-saat di mana ia hanya memikirkan tentang bermain, bermain, dan bermain.
Tok!
Tok!
Tok!
"Permisi, Pangeran ... maaf jika saya mengganggu. Tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."
Laki-laki dengan luka cakar di mata kanannya itu spontan mengernyitkan kening. Ayden jelas merasa penasaran. Karena seingatnya, ia juga tidak memiliki janji temu dengan siapapun hari ini. Malahan ia berniat akan keluar dan membantu para penduduk Grassvalley setelah membersihkan diri. Mengingat ia sudah beristirahat selama setengah hari penuh.
"Siapa?!" Ayden berseru tanpa beranjak dari posisinya yang masih terduduk di atas ranjang.
"Namanya Liana. Pelayan pribadi Putri Lucianne. Dia bilang ingin bertemu dengan Anda untuk memberitahukan hal penting."
"Hm ... katakan saja kalau aku akan menemuinya sebentar lagi."
"Baik, Pangeran!"
Ayden memijit pangkal hidungnya setelah dirasa seseorang yang berada di balik pintu sudah pergi dari sana. Ia tidak tahu itu siapa, tapi bisa dipastikan kalau orang itu adalah salah satu utusan adiknya.
Namun bukan itu yang jadi pertanyaan Ayden sekarang. Melainkan sosok Liana-pelayan pribadi Lucianne-yang datang secara tiba-tiba dan bilang kalau ingin memberitahukan hal penting padanya. Ia bahkan tidak ingat Liana itu pelayan Lucianne yang mana. Mengingat jika pelayan dari Putri Zamora itu tidak hanya satu orang.
Tidak ingin terlalu banyak menerka-nerka, Ayden Hoover langsung saja beranjak mengambil mantel panjang yang ia gantungkan di balik pintu kamar dan segera memakainya. Lalu untuk bawahannya, Ayden masih mengenakan celana hitam yang sama. Musim dingin yang melanda masih belum selesai di luar sana, dan Ayden tidak ingin membuang-buang waktunya.
Untuk itulah, di sini Ayden sekarang.
Menatap tepat pada kedua pupil mata dari perempuan dengan surai pendek sebahu yang tampak panik dan lusuh dengan gaun pelayannya.
"Pa-pangeran! Saya-"
"Kita bicara di tempat lain."
• • »« • •
Liana meremas gaunnya sembari menggigit bibir bawah karena terlampau gugup saat ditatap sedemikian rupa oleh sosok pria berusia 24 tahun di depannya. Meskipun usianya lebih tua dari pria itu, tapi tetap saja. Siapa juga yang tidak ketar-ketir kalau ditatap dengan tajam dan penuh selidik seperti itu?!
Ayden sendiri tentu langsung ingat dengan sosok pelayan yang satu ini setelah menemuinya secara langsung. Karena ia pernah meminta Liana membawakan sederet gaun sederhana milik neneknya untuk pakaian ganti Rafellia ketika gadis itu masih berada di mansion utama.
Ayden dan Liana saat ini tengah duduk berhadapan di ruang tamu milik kepala desa Grassvalley. Hanya berdua. Dengan satu orang penjaga di depan pintu. Itu perintah Ayden. Mengingat Liana mengatakan kalau perempuan itu ingin memberitahukan hal penting. Jadi Ayden berinisiatif menyiapkan seorang penjaga agar siapapun tidak bisa masuk ke dalam ruang tamu ini jika ia tidak mempersilakannya.
Ayden masih menunggu dengan sabar, hingga Liana membuka mulut dan mulai membeberkan informasi yang cukup membuatnya terkejut. Tentang penyerangan yang akan dilakukan oleh ayahnya beserta Kieran ke Revia Kingdom. Sungguh, awalnya Ayden tidak ingin percaya.
Namun mata dan gestur tubuh perempuan di depannya tidak bisa berbohong. Perempuan itu tampak gemetar takut dan cemas. Ada kekhawatiran besar yang tidak bisa Ayden mengerti di balik netra hitam milik Liana.
Mungkin ia akan menyelidiki pelayan pribadi Lucianne Zamora itu secara diam-diam nanti. Karena untuk saat ini, ia harus segera mencegah penyerangan yang akan dilakukan sang ayah dan kakak angkatnya jika apa yang dikatakan Liana memang benar. Juga mencari tahu tujuan sebenarnya dibalik rencana penyerangan itu.
"Pangeran! Saya tidak meminta Anda untuk percaya pada saya, tapi saya mohon. Paling tidak selidiki masalah ini dan Anda bisa membuktikannya sendiri kalau Yang Mulia Raja benar-benar akan melakukan penyerangan pada Kerajaan Revia."
Ayden tidak menjawab, tidak pula mengangguk ataupun menggeleng. Laki-laki itu hanya menjadi pendengar sejak Liana bercerita dan membeberkan semua informasi yang perempuan itu ketahui. Ia akui, untuk ukuran seorang pelayan, Liana tergolong cukup berani. Datang seorang diri dengan menaiki kuda. Jauh-jauh dari mansion utama ke Grassvalley hanya untuk menemuinya.
"Baiklah. Aku akan menyelidikinya sesuai permintaanmu."
Raut wajah Liana yang semula mendung, kini tampak sedikit sumringah dengan senyum lebar yang terulas di bibir perempuan dengan surai hitam sebahu itu. Akan tetapi, senyum itu seketika lenyap saat Liana mendengar lanjutan dari kalimat sang pangeran mahkota di depannya.
"Tapi jika perkataanmu terbukti tidak benar, maka kau harus membayarnya dengan nyawamu."
•
•
•
Hai! Hai! Kembali lagi bersama aku, Felli_Rei >-<
Gimana-gimana? Besok udah 1 Desember btw. Bentar lagi tahun baru lagi😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro