76 »« A Letter Containing Concerns
•
•
•
Surat itu ditulis dengan sangat hati-hati, penuh rasa cemas yang berisi permintaan untuk melarikan diri.
Lagi-lagi, Rafellia menghela napas dan melipat kembali surat yang dikirimkan oleh Liana. Gadis itu benar-benar menepati janjinya dengan mengirimkan surat begitu sampai di Hoover Mansion. Tetapi Rafellia masih tetap teguh pada pendiriannya, ia tidak akan kabur jika Kerajaan Revia memang akan mendapatkan serangan.
Kieran mengincarnya.
Itulah yang ia ketahui saat ini.
Jadi bukan tidak mungkin kalau penyerangan pada Kerajaan Revia adalah juga demi mendapatkannya.
Rafellia melirik ke atas nakasnya, lalu berdiri dan membuka laci-laci yang ada di sana. Tidak menemukan apa yang dicari, Rafellia beralih ke lemari pakaian dan mencarinya di sana juga.
Srek!
Srek!
Srek!
Sikap Rafellia yang awalnya tenang, kini berubah sedikit panik saat tidak menemukan apa yang dia cari.
"Ke mana buku itu? Bukankah aku membawanya selama ini?" Rafellia mulai membongkar isi lemarinya dan mengeluarkan pakaiannya satu per satu. "Aku yakin kalau aku tidak meletakkannya di lemari. Di dalam laci nakas juga tidak."
Keringat dingin mulai muncul di area pelipis sang gadis vampir. Rafellia terus mencari dan mencari di seluruh ruangan kamarnya. Bahkan di area sekitar ranjang juga ia cari. Di dalam jubah, di kamar mandi, dan di keranjang baju kotor juga sudah dicari. Tetapi Rafellia tetap tidak menemukan buku itu.
Buku bersampul cokelat pemberian Leander Jael.
"Di mana?"
"Di mana aku meletakkannya?"
Rafellia terduduk di atas ranjang miliknya dan kembali mengingat-ngingat di mana terakhir kali ia melihat buku itu.
Satu detik.
Dua detik.
Hingga detik ke delapan, barulah Rafellia menutup mulutnya yang spontan terbuka kala ia sudah mengingat di mana buku itu berada.
"Kamar Ayden! Aku menyimpannya di bawah bantal!"
"Sial!"
"Bagaimana ini?"
Rafellia menggigit bibir bawahnya. Perasaan cemas dan pikiran-pikiran buruk mulai menguasai dirinya. Bagaimana jika buku itu ditemukan oleh seseorang yang berniat jahat? Bagaimana jika buku itu justru disalahgunakan? Bagaimana jika itu benar-benar terjadi?
"Apa yang harus kulakukan? Aku ada di rumah. Sementara buku itu ada di kamar Ayden. Jauh di Mansion Hoover sana."
Tidak mungkin juga kan kalau ia kembali ke sana? Alasan apa yang akan ia gunakan nanti? Lagipula, kemungkinan Ayden dan kedua adiknya juga sedang tidak berada di mansion karena harus membantu para warga di Grassvalley.
Lantas bagaimana?
"Ohh! Haruskah aku mengirim surat balasan pada Liana sekaligus memintanya mengambilkan buku itu untukku?"
Rafellia mengangguk.
"Ya, sepertinya itu ide yang bagus."
Usai menemukan solusi di tengah rasa paniknya, Rafellia Reeves segera menuju meja belajar yang terletak di sudut ruangan kamar. Membuka laci teratas meja dan mengeluarkan satu buku berukuran sedang dari dalam sana. Lantas meraih pena bulu angsa beserta tinta miliknya.
Kemudian, Rafellia mendudukkan diri di kursi belajarnya dan mulai menulis rangkaian kata demi kata yang ditujukan untuk Liana. Meskipun ia belum sepenuhnya percaya pada perempuan bersurai hitam pendek itu, tapi ia tidak ada pilihan lain selain mencoba meminta bantuan pada Liana.
Usai menuliskan surat, Rafellia merobek satu dari lembaran buku tersebut dengan sangat rapi dan hati-hati. Lalu melipat kertas itu menjadi beberapa bagian dan memasukkannya ke dalam amplop kecil yang sudah tersedia di laci terbawah nakasnya. Kemudian ia memanggil burung merpati pengantar surat dengan sihirnya, dan meminta burung kecil tersebut untuk mengantarkan surat itu pada Liana di Hoover Mansion.
Hanya dengan menyebutkan nama, maka sang merpati tidak akan tersesat ataupun salah mengenali orang. Karena merpati sihir itu memang diciptakan demikian. Sihir yang sangat menakjubkan bagi sebagian orang awam. Padahal Rafellia bisa saja memanggil burung merpati asli untuk mengantarkan suratnya, tapi ia tidak ingin mengambil risiko.
Karena bukan tidak mungkin kalau burung merpati yang asli akan singgah ke tempat-tempat di mana orang lain bisa berinteraksi dengan mereka dan mengorek informasi penting dari burung tersebut. Jangan tanya bagaimana, karena Rafellia sudah pernah kecolongan.
"Pergilah dan bawakan suratku untuk Liana."
• • »« • •
Kepak!
Kepak!
Raveena Reverie yang baru saja keluar dari pintu dapur kastil seketika dibuat mengernyit saat seekor merpati mendekat ke arahnya. Terlebih ketika mengetahui kalau merpati itu adalah merpati sihir yang sangat dikenalinya sebagai milik sang adik sepupu, Rafellia Reeves.
Kepak!
Kepak!
Burung merpati tersebut mendaratkan cakar-cakar kecilnya pada pergelangan tangan Raveena yang kini terangkat untuk menyambutnya. Burung itu kemudian menjatuhkan gulungan surat yang semula ada di sela-sela paruhnya ke telapak tangan Raveena.
"Tumben sekali Fellia mengirimkan surat. Biasanya dia akan datang langsung jika memang ada perlu denganku," gumam Raveena sembari meraih dan membuka gulungan surat tersebut setelah melepaskan merpati sihir itu ke udara.
Bola mata Raveena Reverie bergerak cepat membaca setiap tulisan tangan sang adik sepupu. Hingga pada detik keenam puluh dua, tangan Raveena terkepal kuat beserta surat tak bersalah yang turut ia remas untuk menyalurkan perasaan marah yang ia rasakan.
"Bajingan itu," desis Raveena geram. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan jika itu semua terbukti benar."
Raveena merobek surat yang sudah tidak terbentuk itu dengan perasaan marah yang terlihat jelas dari netra merahnya. Putri Mahkota dari Kerajaan Revia itu mengangkat sedikit gaun yang ia kenakan dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena kedatangan surat dari Rafellia.
Tujuan Raveena sekarang hanya satu. Yakni memberitahukan perihal penyerangan yang mungkin saja akan terjadi di wilayah kerajaannya kepada sang ayah. Meskipun ia belum yakin dan belum memastikan berita itu benar adanya atau tidak, tapi ia tetap harus melakukan sesuatu. Karena ia tidak ingin kecolongan untuk kedua kalinya.
"KEITH!"
Seruan keras Raveena membuat sosok laki-laki yang dipanggil 'Keith' muncul dari balik dinding pembatas di belakang gadis itu. Laki-laki dewasa muda dengan pakaian formal dan surai hitam yang tertata rapi itu membungkukkan badannya ketika sudah berada tepat di depan sang putri.
"Saya di sini, Tuan Putri."
"Panggilkan Raven untukku. Bilang padanya kalau Kakak Sepupunya yang cantik ini ingin bicara secara langsung, dan ini penting."
"Baik."
"Ah! Bilang juga padanya untuk membawa serta perlengkapan penyamaran."
Keith mengangguk. Tanpa banyak bertanya, laki-laki yang merupakan salah satu orang kepercayaan Raveena Reverie itu pamit undur diri dan segera melaksanakan perintah sang putri.
Keith adalah sosok yang istimewa. Dia memiliki perjanjian darah dengan Raveena. Itulah kenapa, ia bisa langsung hadir seperkian detik setelah namanya dipanggil oleh gadis itu. Bagi Keith, Raveena Reverie adalah penyelamatnya, dan Keith memiliki hutang nyawa pada gadis yang merupakan Putri Mahkota Kerajaan Revia tersebut.
***
Dear, Kak Raveena.
Kak ...
Aku tidak tahu apakah aku harus memberitahukan ini padamu atau tidak. Tapi, kerajaan kita berada dalam bahaya. Heamore Kingdom tengah merencanakan suatu penyerangan untuk kerajaan kita.
Aku tidak tahu berapa jumlah pasukan yang akan mereka kerahkan dan apa alasan mereka menyerang kita setelah perang besar yang terjadi pada tujuh belas tahun silam.
Tapi, aku takut ...
Aku takut kalau perang besar akan terjadi lagi di kerajaan kita. Aku takut akan datangnya bala tentara yang bisa saja memporak-porandakan desa dalam sekejap mata. Aku takut tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Revia.
Kak ...
Aku harus bagaimana?
Your Younger Cousin,
Rafellia Reeves.
•
•
•
Hai! Maaf banget karena aku baru bisa update sekarang😭 Lagi sibuk banget semingguan ini, aku juga lagi nggak enak badan. Jadi mau nulis pun rasanya capek banget gitu😭
Tapi kalian jangan bosen-bosen nungguin cerita ini, ya! Aku usahain buat rajin update kok🙌🏻
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro