Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

69 »« The Bad News



Gawat! Ini benar-benar gawat!

Aeric mengumpat dalam hati. Ia baru saja mendapatkan kabar buruk dari Edge Rex-tangan kanan Ayden-bahwa Kieran baru saja menyerang Grassvalley.

Masih ingat tentang Grassvalley? Itu adalah salah satu desa yang tidak pernah absen dalam kunjungan para Pangeran Hoover setiap bulannya. Nama desa yang memiliki arti 'Lembah Rumput' itu baru saja mendapatkan serangan. Yang mana menurut penyelidikan, pelakunya adalah anak buah Kieran.

Edge Rex sebenarnya juga ingin memberitahukan berita ini pada Ayden langsung, tapi ia tidak bisa menemukan keberadaan sang ketua di manapun. Maka dari itu ia melaporkan informasi tersebut pada Aeric.

Kini Aeric, Edge, dan Arion yang baru saja bergabung langsung bergegas ke lokasi. Jarak yang cukup jauh tidak membuat ketiganya menyerah untuk sampai ke daerah Selatan kerajaan mereka tersebut. Tiga pria yang telah mengubah wujud mereka menjadi sosok serigala itu berlari kencang dengan kaki-kaki kokoh mereka dan membelah jalanan untuk sampai ke Grassvalley.

Entah ke mana perginya sang pangeran mahkota, tapi mereka berharap, Ayden juga segera bertindak tegas. Karena mereka sudah tidak bisa membiarkan Kieran Hartwell berbuat seenaknya.

Pria itu berbahaya.

"Bagaimana, Ed? Kau sudah bisa mengirim mindlink pada Kakakku?" tanya Aeric pada Edge Rex yang berlari di belakangnya.

Edge menggeleng. "Masih tidak bisa dihubungi, Pangeran."

Arion yang mendengar jawaban Ed jadi berdecak. "Sebenarnya ke mana perginya Kak Ayden?!" Arion jadi kesal sendiri sekarang. Kenapa kakaknya justru menghilang saat dibutuhkan seperti ini?!

"Aku tidak tahu, tapi pasti Putri Rafellia sedang bersamanya sekarang," jawab Aeric.

Lagi-lagi Arion berdecak. Sejak keberadaan gadis vampir itu di mansion mereka, fokus sang kakak pertama jadi terbagi. Lagipula, kenapa Kak Ayden harus merawat gadis itu segala, sih? Jika langsung diantar pulang bukannya lebih mudah? Arion benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran kakaknya.

Putri Rafellia?

"Lalu bagaimana dengan situasi di sana, Ed?" Aeric kembali bertanya pada Edge Rex tanpa mengurangi kecepatan berlarinya.

"Buruk. Banyak fasilitas umum yang dihancurkan. Beberapa warga juga terluka karena mencoba melawan anak buah Kieran. Tapi aku sudah mengirimkan sebagian anggota Wolf Moon Pack ke sana. Sementara sebagiannya lagi masih menunggu perintah."

Aeric mengangguk. "Arion!" seru Aeric pada sang adik.

"Aku tahu."

Arion Hoover langsung saja memisahkan diri dari Aeric dan Edge. Ia akan memimpin kelompoknya dan kelompok sang kakak kedua untuk ikut serta membantu Grassvalley.

Setelah kepergian Arion, kini hanya tinggal Aeric dan Edge saja yang masih meneruskan perjalanan mereka. Keduanya sama-sama mempercepat langkah kaki mereka. Bahkan saking cepatnya, dedaunan dan ranting yang mereka injak sampai bergetar. Jejak kaki kedua serigala itupun tercetak jelas di tanah.

Dalam keheningan sesaat itu, Edge tiba-tiba membuka suara dan mengajukan satu pertanyaan yang berhasil membuat Aeric terdiam sejenak sebelum menjawab dengan mantap.

"Putri Rafellia yang tadi kalian maksud ... apakah Rafellia Reeves? Seorang vampir bangsawan dari Kerajaan Revia?"

"Ya."

"Ahh, ternyata begitu." Edge mengangguk mengerti dengan mata keemasan yang berkilat penuh kebencian. Pijakan kaki Edge menguat, seiring dengan geraman rendah yang keluar dari mulutnya.

Semua orang pun pasti tahu ...

... kalau Edge Rex sangat membenci vampir.

• • »« • •

Drap!

Drap!

Drap!

Ayden, Rafellia, dan Raven baru saja tiba di perbatasan wilayah kerajaan mereka, Virfield Grove. Setelah kembali dari Telaga Jingga, Ayden memutuskan untuk segera memulangkan Rafellia beserta sepupunya. Karena sangat tidak mungkin jika Rafellia kembali ke Hoover Mansion saat ada Raven yang terus mengekori gadis itu.

"Maaf. Aku hanya bisa mengantar kalian sampai di sini saja."

"Tidak apa-apa," sahut Fellia dengan cepat. "Terima kasih sudah mengantar kami."

"Kalau begitu, ayo kita pulang, Fellia." Raven meraih pergelangan tangan Rafellia, hendak mengajaknya pulang ...

"Raven, tunggu sebentar."

... tapi perkataan Rafellia membuat Raven mengurungkan niatnya dan melepaskan pergelangan tangan sang sepupu secara spontan.

"Ada apa?"

"Bisakah kau pulang lebih dulu? Ada hal penting yang ingin kubicarakan dengan Pangeran Ayden," tutur Fellia yang berhasil membuat Ayden beserta Raven tanpa sadar mengangkat satu alis mereka karena penasaran.

Apa yang ingin Fellia bicarakan denganku?

Ayden membatin tanpa mengalihkan tatapannya pada kedua saudara sepupu tersebut. Dilihat dari jauh pun, Raven tampak enggan memberi izin pada Rafellia untuk berbicara berdua dengannya. Tetapi Raven juga tidak bisa menolak permintaan sepupu tersayangnya.

"Baiklah. Aku akan pulang lebih dulu. Pastikan kalau kau langsung pulang setelah berbicara dengannya, Fellia."

Rafellia mengangguk dan mengacungkan jempolnya pada Raven. Sepupu laki-laki dari Rafellia Reeves itupun pergi meninggalkan kedua sejoli tersebut di perbatasan Virfield Grove.

Baik Rafellia dan Ayden saat ini belum ada yang membuka suara sejak kepergian Raven beberapa detik lalu. Bulan sabit di atas langit sana menjadi saksi bisu akan betapa heningnya suasana yang terjadi di antara mereka berdua. Hingga ...

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"

... Ayden memilih untuk mengawali percakapan mereka dengan satu pertanyaan.

Rafellia berjalan mendekat ke arah Ayden sembari membuka tudung yang menutupi rambut hitamnya. Manik merah delima dan sekelam malam itu bertemu. "Soal rencana itu ... aku tidak ingin melibatkan Raven." Rafellia berkata tanpa ragu. "Aku ingin melakukannya sendiri, tanpa campur tangan sepupuku."

"Aku menolak."

Netra Fellia membulat. "Apa?! Tapi kenapa?!" Kenapa Ayden menolak permintaannya?

"Janji tetaplah janji, Fellia. Kita bertiga sudah sepakat. Maaf, tapi aku menolak keinginanmu."

Rafellia mengepalkan tangannya dengan gigi yang sudah bergemeletuk geram menahan amarah. "Aku hanya tidak ingin sepupuku terlibat dalam masalah ini! Persetan dengan janji! Aku tetap tidak akan membiarkan Raven ikut serta dalam rencana bunuh diri ini!" Rafellia membalikkan badannya dan bersiap untuk pergi. Penolakan Ayden membuatnya benar-benar marah.

Sret!

Namun cekalan Ayden pada pergelangan tangannya membuat Rafellia terpekik kaget hingga hampir terjatuh jika saja ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan baik.

"Kau! Apa-apaan?!"

"Tunggu. Dengarkan aku dulu."

Rafellia berdecih. Ia melepas paksa cekalan Ayden pada tangannya sebelum memberikan tatapan tajam pada laki-laki itu. "Jangan menyentuhku," desisnya.

Ayden mengangkat kedua tangannya, pertanda menyerah. Jika ia tidak mengalah, mungkin masalah ini tidak akan selesai-selesai. "Oke, baik. Aku tidak akan menyentuhmu, tapi dengarkan aku."

Rafellia terdiam. Menunggu Ayden melanjutkan kalimatnya sembari mengelus pergelangan tangannya yang terasa sedikit panas akibat cekalan sang pangeran.

"Raven adalah satu-satunya orang yang bisa melindungimu dalam rencana itu. Saat aku sibuk dengan Kieran dan kau berperan sebagai umpannya, Raven akan ada di sana untuk melindungimu."

"Tapi aku tidak butuh perlindungan dari siapapun."

Ayden berdecak. "Jangan egois, Fellia. Keberhasilan rencana ini juga tergantung padamu."

"Oke, terserah. Sekarang kau mau apa?"



"Mau kamu."

Ayo jawab kek gitu, Ayden🤣😍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro