64 »« The Involvement of the Princess
•
•
•
"Bagaimana dengan penyelidikanmu, Aeric?"
Aeric Hoover yang ditanya demikian hanya menggeleng. Raut lelah terlihat jelas di wajah tampan sang pangeran kedua. Aeric semalaman tidak tidur karena harus menginterogasi dua anggota Jade Rags Pack yang berhasil ia tangkap.
Ya, sayangnya ia tidak berhasil menangkap Kieran Hartwell. Tumpukan salju yang semakin tebal dan dinginnya cuaca semalam membuat anggota Aeric jadi sedikit kesulitan menangkap eksistensi Kieran yang terlampau gesit. Hanya dua anak buah Kieran saja yang berhasil mereka tangkap.
"Maaf, Kak. Mereka sama sekali tidak mau membuka mulut. Ini semua salahku. Seandainya aku tidak terlambat datang, mungkin aku bisa menangkap Kak Kieran semalam."
Ayden meraih secangkir kopi yang teronggok nyaman di atas meja kayu berbentuk lingkaran tersebut dan meminumnya perlahan. Ekspresi penyesalan dan geram yang ditunjukkan sang adik cukup membuat Ayden terhibur saat ini.
Jika kalian penasaran, Aeric dan Ayden berada di taman belakang mansion sekarang. Siapa sangka, Aeric yang awalnya hanya iseng mengajak sang kakak untuk bersantai dan menikmati kopi bersama di taman malah mendapatkan rentetan pertanyaan terkait interogasi yang ia lakukan pada kedua anak buah Kieran. Hancur sudah rencananya yang ingin mengobrol santai pagi ini.
Tak!
Suara cangkir kopi yang beradu dengan meja membuat Aeric Hoover tanpa sadar menegakkan posisi duduknya. Menunggu dan menebak-nebak kalimat selanjutnya yang akan dikatakan oleh sang kakak.
"Bukankah aku sudah pernah bilang?"
Aeric mengangkat satu alisnya tak mengerti. "Tentang?"
"Bunuh saja mereka jika tidak berguna."
Glek!
Tolong katakan pada Aeric kalau apa yang baru saja ia dengar adalah bualan semata. Yah ... inginnya sih begitu, tapi sayangnya tidak. Ayden Hoover yang dikenal sebagai sosok pangeran kejam dan tindak pandang bulu memang benar adanya. Ayden bahkan tidak akan ragu mengotori tangannya sendiri untuk membasmi hama yang bisa saja merugikan kerajaan mereka.
"Bunuh saja?" tanya Aeric lagi untuk memastikan.
Ayden mengangguk singkat. "Jangan biarkan mereka menghambat penyelidikan ini, Aeric. Kita tidak bisa membuang-buang waktu. Lagipula, perkataan Rick sudah terbukti benar adanya."
Kalau Kieran tengah mengincar Rafellia.
"Kau benar, Kak. Sampai sekarang aku masih dibuat heran dan bingung dengan peristiwa yang terjadi semalam. Kenapa bisa Putri Rafellia sampai dikejar-kejar oleh Kak Kieran serta kawanannya dan berakhir pingsan di perbatasan wilayah kita?"
Ayden menggeleng. Surai hitam legamnya tampak ikut berayun ringan saat Ayden menggelengkan kepala. "Rafellia tidak mengatakan apapun. Dia justru bilang kalau akan menyelesaikan masalahnya dan Kieran seorang diri."
"Wahh ... sulit juga, ya." Aeric menghela napas dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi taman. Tatapan mata sang pangeran kedua tersebut tampak menerawang. "Tapi jujur, aku masih sedikit bingung, Kak."
"Soal?"
"Keterlibatan Putri Rafellia dengan semua masalah ini. Tidak mungkin juga kan jika Kak Kieran tahu kalau Putri Rafellia adalah mate-mu, maka dari itu dia mengincarnya?"
Lagi-lagi, Ayden dibuat terdiam dengan asumsi-asumsi yang disampaikan oleh sang adik. Akan tetapi, apakah mungkin Kieran tahu kalau Rafellia adalah mate-nya? Bisa saja, 'kan? Siapa yang tahu. Kieran sangat licik. Pria itu bisa melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Namun, di sinilah yang menjadi masalah Ayden. Ia tidak tahu apa tujuan Kieran sebenarnya.
"Entahlah, Aeric. Semuanya masih berupa teka-teki."
Dua cangkir kopi yang isinya sudah tinggal seperempat itu menjadi saksi bisu betapa pusingnya kedua pangeran serigala dari Kerajaan Hoover tersebut ketika dihadapkan oleh masalah yang melibatkan kakak angkat mereka dan seorang putri bangsawan dari kerajaan vampir.
"Tapi yang jelas, kita tidak bisa tinggal diam, Kak. Karena bukan tidak mungkin kalau Kak Kieran akan melakukan hal-hal yang merugikan bagi kedua belah pihak. Apalagi kita yang akan sangat dirugikan nanti."
Benar.
Perkataan Aeric memang benar.
Jika Kieran kembali membuat masalah dan Rafellia ikut terseret di dalamnya, maka perpecahan antara kedua bangsa bisa saja terjadi. Tentu saja ia sebagai putra mahkota Heamore Kingdom tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sudah cukup dengan perang besar yang terjadi tujuh belas tahun silam. Ayden tidak akan membiarkan perang besar yang memakan banyak korban itu terjadi lagi.
Tidak saat perasaannya mulai timbul untuk Rafellia Reeves.
• • »« • •
Tok! Tok! Tok!
"Siapa?!"
Kening Rafellia mengerut dalam saat tidak mendapatkan jawaban dari seseorang yang berada di luar pintu kamar Ayden. Gadis cantik dengan gaun merah maroon itu beranjak ke arah pintu dan membukanya. "Siapa?" tanya Rafellia dengan spontan saat melihat sosok gadis cantik di depannya.
Surai cokelat lurus sepinggang dengan netra keemasan. Siapa gadis ini? Rafellia sama sekali tidak mengenalnya. Apakah kerabat Ayden? Tapi siapa? Tidak mungkin ibunya, 'kan? Ohh! Pasti dia pelayan yang dimaksud Ayden! Tidak-tidak! Pakaiannya terlihat sangat mewah, tidak mungkin dia seorang pelayan.
"Salam untuk Putri Rafellia. Apakah semalam tidur Anda nyenyak?"
Dia tersenyum palsu.
Ada banyak kepalsuan saat bibir yang dipoles dengan lipstick merah muda itu tersenyum. Hidup sebagai putri bangsawan yang telah bertemu dengan banyak orang membuat Rafellia bisa mengetahui mana senyuman palsu dan senyum tulus.
"Maaf. Anda siapa, ya?"
"Ah! Maafkan atas ketidaksopanan saya. Perkenalkan, saya Lucianne Zamora. Saya merupakan calon istri dari Pangeran Ayden."
Deg!
"Calon istri?"
"Benar. Senang bisa bertemu dengan Anda, Putri."
Tunggu-tunggu!
Calon istri katanya?
Astaga!
Apa yang sudah kulakukan?!
Aku bahkan semalam tidur di kamar Ayden saat laki-laki itu ternyata sudah memiliki seorang calon istri?!
Gila!
Tamatlah riwayatmu, Rafellia!
Rafellia meremas jari-jarinya yang terasa berkeringat. "Eum, begini-"
"Tidak apa-apa."
Lagi-lagi senyum palsu itu.
"Saya bisa mengerti kalau Pangeran Ayden hanya ingin menolong Anda."
"Maaf."
Hanya kata maaf itu yang terpikirkan oleh Rafellia sekarang. Ingatkan ia untuk menginterogasi Ayden perihal ini. Sial! Rasanya ia ingin mengubur diri saja. Kenapa laki-laki itu tidak bilang apapun perihal calon istrinya? Bukankah sungguh tidak sopan memasukkan gadis lain ke dalam kamar pribadi saat telah memiliki calon istri?
"Tidak apa-apa. Sungguh. Saya kemari hanya ingin menyapa Anda."
"Y-ya. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk datang menyapa." Rafellia berujar sembari sedikit membungkuk hormat pada Putri Lucianne. Mau dilihat dari manapun, gadis di depannya ini benar-benar cantik. Surai cokelat yang terlihat kemerahan saat terkena sinar matahari, mata keemasan yang menawan, juga proporsi tubuh yang sangat ideal.
Pantas saja dia yang dipilih untuk bersanding dengan Ayden.
Keduanya sama-sama hampir mendekati kata sempurna, dan sangat serasi jika disandingkan.
"Tentu saja. Saya sangat senang bertemu Anda ..." Lucianne tersenyum hingga kedua kelopak matanya menyipit, tapi seperkian detik setelahnya, sikap ramah itu langsung lenyap begitu saja seiring tamparan keras yang Lucianne daratkan pada pipi Rafellia Reeves.
Plak!
"... jalang tidak tahu diri."
•
•
•
Waduh!
Parah banget langsung ditampar.
Tampar balik, Fellia! Buruan!😭
Part yang satu ini emang bikin greget!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro