Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

57 »« Running in Extreme Weather



Leander Jael.

Nama yang cukup keren bagi seorang kakek tua yang merupakan pemimpin para drakula. Rafellia kini berada di rumah sederhana milik sang pemimpin Kota Blindbell tersebut. Duduk beralaskan anyaman rotan tipis yang hampir mirip seperti tatami. Bedanya, alas yang Rafellia duduki memiliki ukuran lebih kecil. Di depan sang gadis, terdapat meja kayu dengan kisaran panjang 60 x 40 cm.

Sementara di sudut ruangan terdapat perapian yang baru saja dinyalakan oleh sang pemilik. Membuat cahaya kemerahan muncul dan berhasil menghangatkan tubuh sang putri. Cuaca di luar memang sangat dingin seiring salju yang mulai turun mengisi bumi. Diam-diam, Rafellia bersyukur karena telah disambut dengan baik oleh sang pemimpin. Tidak seperti para penduduk lain yang justru malah langsung menyerangnya seperti tadi.

"Maafkan atas kelancangan rakyatku, Tuan Putri."

Rafellia terkesiap. "Anda mengenal saya?" tanyanya dengan satu alis terangkat, penasaran.

Seulas senyum terukir di bibir gelap Leander Jael. "Tentu saja. Saya sudah menunggu kedatangan Anda seharian ini, Putri Rafellia." Leander Jael membuka peti kecil-yang entah sejak kapan sudah berada di atas meja-dengan sangat hati-hati. Lantas mengeluarkan bola kristal dari dalam peti kecil tersebut. "Ini adalah bola kristal yang bisa melihat masa depan, tepat sehari sebelum terjadinya suatu peristiwa. Sehari sebelumnya, aku melihatmu yang berencana datang ke kota ini dengan satu tujuan pasti," tutur sang pemimpin para drakula.

Penjelasan Leander Jael membuat Rafellia diam-diam berdecak kagum. Kekuatan untuk melihat masa depan memang berbahaya, tapi sangat-sangat berguna. Jadi, apakah kakek tua itu sudah tahu apa maksud kedatangan Rafellia kemari?

"Ya. Aku sudah tahu apa tujuanmu, Putri."

Seolah bisa membaca pikiran, Leander Jael kembali berujar disertai senyuman samar. Kakek tua dengan jubah hitamnya itu beranjak mengambil satu buku tebal bersampul cokelat dari atas meja tinggi di dekat perapian. Lalu menyerahkannya pada Rafellia yang menatapnya penasaran.

"Terimalah buku ini. Semua pertanyaan yang ingin kamu tanyakan, jawabannya hanya ada di buku itu."

Rafellia menerima buku bersampul cokelat itu dengan hati-hati. Ada sedikit keraguan di mata sang gadis, dan Leander Jael bisa melihat itu dengan jelas.

"Buku itu adalah milik leluhur kami. Merekalah yang menemukan, meneliti, dan menggunakan permata Sharpened Insignia untuk kepentingan semua orang, terutama bangsa vampir dan drakula."

Ah! Rafellia jadi paham sekarang. Mungkin itulah kenapa, Sang Raja Revia ingin memiliki permata itu untuk dirinya sendiri sehingga melakukan pengkhianatan pada tujuh belas tahun silam. Karena asal-usul permata itu yang memang ditemukan oleh leluhur bangsa vampir.

"Lalu? Kenapa permata itu bisa diperebutkan oleh kedua bangsa, Kek?"

Leander Jael menghela napas. "Sejarahnya cukup panjang, kamu bisa membaca cerita lengkapnya di buku itu."

Rafellia melirik ke arah buku bersampul cokelat pemberian Kakek Jael yang kini sudah berada di dekapannya. Gadis vampir bertudung hitam itu mengangguk mengerti. "Baiklah. Aku akan membawa buku ini dan membacanya begitu sampai di kastil. Terima kasih, Kek. Sebenarnya masih ada banyak hal yang ingin aku tanyakan, tapi aku harus segera pergi dari sini. Entah kenapa, perasaanku tidak enak."

"Ya. Kamu memang harus segera pergi dari sini, Putri. Karena Kieran Hartwell dan anak buahnya akan menuju kemari sebentar lagi."

Deg!

"A-apa?"

Kakek Jael mengangguk. "Mereka tahu kalau kamu akan datang kemari. Tujuan mereka juga sama, mencari informasi tentang Sharpened Insignia. Maka dari itu, aku bersyukur kalau kamu yang lebih dulu sampai. Sehingga aku bisa langsung memberikan buku itu padamu, Putri."

Rafellia terdiam. Tidak ia sangka kalau Kieran Hartwell ternyata mengincar permata Sharpened Insignia. Bahkan Kieran dan pasukannya juga pergi ke Blindbell City. Meskipun ia belum tahu pasti apa tujuan Kieran sebenarnya.

Tunggu dulu! Apa jangan-jangan, Kieran sudah tahu kalau permata itu ada padaku?!

Diam-diam, Rafellia meneguk ludah. Ia teringat dengan kupu-kupu biru milik Kieran yang mengintainya selama ini. Bukan tidak mungkin kalau Kieran telah mengetahui fakta itu, 'kan? Ia harus segera pergi dari sini sebelum Kieran bisa menemukannya.

"Kek! Apa yang akan terjadi kalau buku ini sampai jatuh ke tangan Kieran Hartwell?" tanya Fellia hati-hati.

"Maka kehancuran dunia akan terjadi."

• • »« • •

Lari dan berlari.

Terus berlari sampai keringat membasahi diri.

Itulah yang tengah dilakukan oleh Rafellia kini. Memacu langkah kaki seiring malam yang semakin sunyi. Menembus kegelapan dengan perasaan waswas dan gelisah hati. Sudah hampir lima kilometer Rafellia berlari, dan gadis itu bersyukur karena tidak melihat tanda-tanda akan keberadaan Kieran dan anggotanya sejauh ini.

Buku bersampul cokelat pemberian Leander Jael masih aman dibalik jubah hitam yang Rafellia pakai. Sepatu hitam yang membalut kaki sang putri tampak kotor oleh debu dan rerumputan kecil setengah basah. Hawa dingin yang terasa menusuk kulit membuat Rafellia harus mengeratkan jubah hitam yang ia pakai. Embusan napas dari gadis bernama lengkap Rafellia Reeves itu juga terlihat jelas dan membumbung di udara.

Cuaca dingin yang cukup ekstrem.

Bulan ini memang sudah memasuki musim dingin, tapi Rafellia tidak menyangka kalau cuaca akan sedingin ini. Entah berapa derajat persentase cuacanya sekarang. Yang pasti, jika ia tidak memakai jubah hitam kesayangannya dengan sarung tangan berwarna senada, bisa-bisa tubuhnya membeku seketika.

Yahh ... meskipun sebagian besar vampir memang dapat bertahan hidup di daerah bersalju seperti daratan es, tapi mereka juga bisa merasakan kedinginan saat suhu dingin di tempat tersebut jauh dari kata normal.

Sama seperti yang dialami Rafellia Reeves sekarang.

Rafellia saat ini tengah berada di suatu hutan yang tidak jauh dari Blindbell City. Salju-salju yang turun cukup tebal di sini. Bahkan angin malam seolah mendukung cuaca yang sedang tidak bersahabat tersebut. Rafellia semakin mengeratkan jubah hitamnya untuk menghalau rasa dingin itu. Kulit Rafellia yang memang dasarnya pucat, jadi semakin pucat saja karenanya.

Rafellia tidak tahu harus berteduh dan beristirahat di mana sekarang. Yang ia lihat hanya pepohonan tinggi tanpa adanya satupun hunian di sekitar sana. Sementara ia juga tidak bisa terlalu lama menetap, karena ia takut kalau Kieran dan pack-nya akan mengejarnya sampai ke sini.

Hutan ini memang bukanlah jalan yang ia lalui saat berangkat tadi. Ia memilih jalan memutar untuk menghindari pertemuan tak diinginkan dengan Kieran. Maka dari itu, Rafellia tidak tahu jalan mana yang harus ia tempuh di saat cuaca semakin buruk. Ia tidak takut mati, karena vampir adalah makhluk abadi. Ia lebih takut pada rasa sakit yang mulai ia rasakan saat ini.

Napasnya terasa sesak. Cuaca dingin tersebut sangat memengaruhi pernapasan dan paru-paru sang putri. Bahkan Rafellia mulai merasakan rasa sakit pada ulu hatinya. Cuaca sedingin ini memang bisa sangat berbahaya ...

... dan di tengah kebingungan yang melanda, Rafellia bingung harus pergi ke mana.

Hingga tanpa sadar, nama seseorang terlontar begitu saja dari bibir merah Rafellia Reeves yang mulai bergetar.

"Ayden ..."



Ayden! Buruan dipanggil, tuh!
Kasian si Fellia kedinginan!
😭😭😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro