Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

53 »« First Meeting of Two Firstborns



"Apa maumu?" Ayden bertanya dengan nada cukup dingin pada gadis yang entah sudah berapa lama telah berdiri di sampingnya itu. Keberadaan Putri Lucianne membuat Ayden merasa kesal saat mengingat kejadian di ruang makan tadi. Rasa nikmat dari rokok yang sedari tadi disesapnya jadi terasa tidak enak bagi lidah Ayden sekarang.

"Maafkan atas sikap lancang saya di ruang makan tadi, Pangeran."

Ayden tertawa dan menyeringai remeh. "Kau kira aku akan dengan mudah memaafkan kelancanganmu?" Tidak ada lagi panggilan formal yang diucapkan Ayden seperti biasanya. Ia memang menghormati perempuan itu, setidaknya sebelum Lucianne sendiri yang membuat ia jadi muak dengan perempuan tersebut. "Dengar, Putri. Meskipun kau adalah calon lunaku, tapi kau tidak berhak mencampuri urusan pribadiku. Ingatlah batasanmu."

Ayden Hoover menegakkan tubuh, membuang puntung rokok yang masih tersisa setengah itu, dan melenggang pergi dari atap mansion. Meninggalkan Lucianne Zamora yang mematung di sana dengan kedua tangan mengepal kuat. Amarah sang putri terlihat jelas dari pancaran netra keemasan tersebut.

Tidak ada yang tahu dengan apa yang tengah dipikirkan oleh perempuan dengan surai cokelat tersebut. Akan tetapi ketika melihat garis bibir sang putri tertarik ke atas membentuk sebuah seringaian, rasanya seluruh dunia harus waspada sekarang.

"Jadi, Rafellia Reeves, ya?"

• • »« • •

The Crowbar.

Tidak biasanya, bar yang terletak di pinggiran Kota Revia itu terlihat sepi. Papan kayu bertuliskan 'open' sudah dipajang di pintu masuk. Semua jendela telah dibuka, dan halaman juga sudah disapu berikut dengan kaca-kaca etalase juga sudah dibersihkan. Botol-botol wine dan sampanye juga telah ditata dengan rapi di tempatnya.

Satu jam berlalu semenjak papan kayu sebagai penanda buka-tutupnya bar dipajang, dan sejak itu pula, Kieran belum mendapatkan pelanggan. Siang itu, memang hanya Kieran seorang bartender penjaganya. Beserta seorang koki dan dua pelayan-yang saat ini tengah sibuk di dapur.

Anak angkat dari Raja dan Ratu Heamore itu jelas merasa heran. Karena sesepi-sepinya The Crowbar, biasanya masih ada satu sampai tiga pelanggan yang datang. Akan tetapi, ini tidak ada sama sekali. Bukannya sok peduli. Kieran hanya bosan berdiam diri di balik meja bar tanpa melakukan apapun.

Ngomong-ngomong, sudah lama Kieran Hartwell tidak melihat Ravendale Ratliff datang ke bar ini. Terakhir sejak pergi bersama Rafellia Reeves dalam keadaan menyamar. Setelah itu, ia sudah tidak pernah mendapati Pangeran Raven datang ke The Crowbar. Menurut desas-desus yang berseliweran di masyarakat, para Putri dan Pangeran Revia tengah dikirim untuk menjalankan misi pelatihan rahasia yang memang dibuat khusus mereka.

Akan tetapi Kieran juga tidak tahu, apakah berita itu benar adanya atau tidak. Karena sama sekali tidak ada pemberitahuan resmi dari kerajaan, tapi ia sudah mengirim beberapa anak buahnya untuk menyelidiki langsung ke Kastil Revia. Sebab untuk mencapai tujuan besarnya, ia harus terus memantau para putri dan pangeran tersebut.

Terutama, Rafellia Reeves.

Kling!

Suara bel yang berbunyi nyaring di pintu bar membuat Kieran mendongak dan menatap ke sumber suara. Kieran mengernyit saat mendapati Raveena Reverie dengan jubah merah kebesarannya datang dan berjalan angkuh menuju ke arahnya.

"Selamat datang. Senang melihat Anda berkunjung ke bar kecil kami, Tuan Putri. Anda mau memesan apa?" Kieran menyambut kedatangan Raveena dengan ramah, tapi respon yang didapatkan Kieran setelahnya membuat laki-laki itu kembali menarik kedua sudut bibirnya.

"Kieran Hartwell. Anak angkat Raja dan Ratu Heamore yang diusir karena hendak melakukan percobaan pembunuhan pada sang adik. Apa tujuanmu datang ke Revia dan mengintai sepupuku, Rafellia?"

Kieran tersentak. Laki-laki itu mencoba menguasai dirinya sebelum membalas pertanyaan sang putri dengan sebuah seringaian. "Ohh, ternyata aku sudah ketahuan, ya?" ujar Kieran yang kini tengah melepas celemek hitam di tubuhnya dan meletakkan kain itu di atas meja bar. Kieran juga tampak santai saat berbalik badan menuju wastafel untuk mencuci tangan.

Membuat Raveena yang memerhatikan semua kegiatan Kieran jadi heran dan waswas. Takut-takut kalau laki-laki itu akan kabur atau malah langsung menyerangnya di sini. Di sisi lain, Raveena juga merasa kesal karena laki-laki dengan luka jahit di dagunya itu seolah meremehkan kedatangannya dengan bersikap santai seperti itu.

"Begini, Tuan Putri. Aku hanya melakukan apa yang sudah seharusnya kulakukan sejak dulu ..."

Raveena terkesiap. Tatapan Raveena menajam saat Kieran Hartwell kembali menghadap padanya dengan sikap yang sangat santai. Terlihat juga bahwa kedua punggung tangan laki-laki itu masih basah. Sepertinya Kieran tidak mengelap tangannya sampai benar-benar kering.

"... yakni menghabisi sepupu tersayangmu."

Untuk sesaat, kedua netra Raveena Reverie membulat sempurna. Gadis itu menatap tak percaya pada eksistensi Kieran yang kini menyeringai lebar padanya, dan entah kenapa ... Raveena merasa kalau dirinya seolah dipaksa untuk diam. Bahkan saat Kieran Hartwell pergi dari bar tersebut dengan tawa kemenangannya, Raveena masih tidak bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya.

Gadis vampir dengan jubah merah kebesarannya itu mengumpat dalam hati. Raveena berusaha melepaskan diri dengan berbagai mantra yang ia ketahui, tapi ia tidak menyangka kalau kekuatan Kieran begitu kuat. Putri Mahkota dari Kerajaan Revia itu pun mengirimkan telepati pada sepupu laki-lakinya agar Raven menjemputnya di The Crowbar.

Raven! Cepat jemput aku di bar! Bajingan itu berhasil lolos!

• • »« • •

"Ck! Kau bagaimana sih, Kak? Kenapa dia bisa lolos?"

Raveena Reverie mendelik tak terima saat mendengar pertanyaan Ravendale Ratliff yang seolah menyalahkan dirinya. "Heh! Kau kira semudah itu menangkap penjahat ulung seperti Kieran Hartwell?"

Raven mengangguk tanpa ragu. "Ya. Memang semudah itu kalau kau menggunakan otak cerdasmu."

"APA KATAMU?!"

Raveena sudah hampir melayangkan kepalan tangannya pada Raven jika saja Rafellia tidak mencegahnya dengan mencekal tangan sang kakak sepupu dengan cepat. "Sudahlah, Kak. Raven hanya bercanda."

"Aku tidak bercanda."

Sudut bibir Rafellia berkedut menahan kesal. Raven ini benar-benar memang. Padahal ia berniat menyelamatkannya dari amarah Kak Raveena, tapi lihat saja apa yang diperbuat sepupu laki-lakinya itu barusan. Bukannya diam, Raven malah memperkeruh keadaan.

"Kalau Kak Raveena benar-benar menggunakan otaknya saat menghadapi Kieran Hartwell tadi, pria itu pasti tidak akan lolos begitu saja." Raven berkata sarkas sembari melirik Raveena Reverie dengan ekor matanya. "Kieran adalah orang yang cerdas dan licik. Jika ingin menangkapnya, maka kita juga harus memikirkannya matang-matang. Aku sudah mengatakannya padamu, Kak. Tapi kau tetap bersikeras ingin menangkap pria itu sekarang tanpa memikirkan rencana yang matang."

Raveena mengepalkan kedua tangannya. Raven benar. Ini memang salahnya yang terlalu tergesa-gesa dalam mengambil tindakan. Padahal, jika ia memikirkan langkah yang tepat, mungkin saja ia bisa langsung menangkap Kieran Hartwell di pertemuan pertama mereka.



Kalian tuh harusnya jangan saling menyalahkan. Kieran tidak akan bisa ditangkap dengan mudah, guys.

Maka, pikirkanlah.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro