Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

46 »« Liana and Her Curiosity



Zamora Castle.

"Liana. Bolehkah aku bertanya padamu tentang satu hal?"

Lucianne Zamora menoleh ke arah Liana-pelayan pribadinya yang diberikan oleh Sang Ratu Heamore-dengan pandangan ragu.

"Tentu saja, Tuan Putri. Anda bisa bertanya banyak hal pada saya." Liana tersenyum lembut sembari tetap menyisir rambut panjang majikan barunya ini dengan telaten. Rambut Putri Lucianne terasa sangat lembut dan sehat saat Liana pertama kali menyentuhnya. Sama lembutnya seperti milik Moon Goddess.

"Pangeran Ayden ... apakah dia memiliki kekasih sebelum ini? Maksudku, orang yang dia sukai mungkin?"

Gerakan tangan Liana yang tengah menyisir surai cokelat Putri Lucianne seketika terhenti. "Kalau itu, saya kurang tahu, Putri. Pangeran Ayden adalah orang yang sangat tertutup tentang kehidupan asmaranya. Tetapi selama saya mengabdi para Keluarga Heamore, Pangeran Ayden tidak dekat dengan perempuan manapun."

Seulas senyum tipis seketika terukir di bibir Putri Lucianne. Netra keemasan milik sang putri menatap pantulan wajah cantiknya di depan cermin. "Kau tahu, Liana? Sebenarnya aku tidak begitu tertarik dengan perjodohan ini, tapi sekarang aku berubah pikiran. Setelah bertemu dan berbicara langsung dengan Pangeran Ayden, aku bisa menyimpulkan kalau dia adalah laki-laki yang menarik."

"Wahh! Sudah saya duga Tuan Putri pasti akan menyukai beliau!" Liana tertawa riang sembari bertepuk tangan kecil. Gadis yang usianya 3 tahun lebih muda sang putri itu menatap majikannya dengan kedua netra berbinar. "Pangeran Ayden memang pantas jika bersanding dengan Anda, Tuan Putri!"

Lucianne semakin mengembangkan senyumnya. Dengan mata yang tak lepas dari cermin, Lucianne Zamora mulai menyusun rencana untuk bisa lebih dekat dengan Pangeran Ayden. Ia bersyukur karena Sang Ratu Heamore telah membawanya kemari dan menjodohkannya dengan sosok sesempurna Ayden Hoover. Terlebih saat mendengar pengakuan Liana yang berkata kalau Pangeran Ayden sama sekali tidak pernah dekat dengan perempuan manapun. Semakin lebarlah senyum yang terlukis di bibir pucat sang putri.

"Kau tahu, Liana? Sepertinya memang hanya aku yang pantas bersanding dengan Ayden Hoover."

• • »« • •

Dengan gaun putih yang menjuntai sampai ke lantai, Liana berjalan cepat menuju ke kamarnya setelah membantu Putri Lucianne menata rambutnya. Tidak henti-hentinya perempuan itu berceloteh kesal karena harus berpura-pura baik di depan sang putri yang sedari awal sudah tidak disukainya karena peran Putri Lucianne yang akan menjadi batu sandung bagi hubungan Ayden Hoover dan Rafellia Reeves.

Sebagai pelayan pribadi Moon Goddess, tentu saja Liana tahu semua perjalanan takdir yang akan dilalui oleh kedua sejoli tersebut. Itulah mengapa awalnya ia sangat menentang keputusan Sang Dewi saat memasukkan nama Lucianne Zamora ke dalam perjalanan cinta keduanya.

Namun Liana juga tidak bisa apa-apa saat Sang Dewi sudah memutuskan kehendaknya. Karena meskipun ia tahu bagaimana akhir perjalanan cinta Ayden dan Rafellia, ia tetap hanya seorang pelayan yang tidak berhak ikut campur dalam permasalahan takdir tersebut.

"Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Moon Goddess. Kenapa beliau malah menempatkanku di sisi Putri Lucianne, bukannya Putri Rafellia?" gumam Liana setelah berada di dalam kamar pribadinya di Kastil Zamora.

Perempuan itu menutup pintu kamarnya rapat-rapat sebelum beranjak ke meja rias dan membongkar semua laci yang ada di sana. "Padahal beliau sendiri yang menyuruhku untuk mengawasi Pangeran Ayden dan Putri Rafellia, tapi kenapa aku malah ditempatkan di sini, sih?" Liana masih saja mengomel sembari mencari cermin kecil yang ia letakkan di dalam laci kamarnya. Cermin itu bukanlah cermin biasa, sebab cermin itulah yang menghubungkannya dengan Sang Dewi Bulan.

"Duh! Kenapa tidak ada, sih?! Seingatku, aku meletakkannya di laci ini."

Dibuat kesal karena tidak kunjung menemukan benda yang dicari, Liana pun memutuskan untuk menggunakan kekuatannya, dan ternyata cermin itu terjatuh tepat di bawah laci meja riasnya. Hampir saja Liana memiliki prasangka buruk pada orang-orang di kastil ini. Akan tetapi, rasanya tidak mungkin kalau ada yang sengaja masuk ke dalam kamar Liana dan mengambil cermin kecil itu darinya jika mengingat kalau ia hanyalah seorang pelayan di sini.

"Untung saja aku menemukanmu, cermin kecil. Jika tidak, entah bagaimana caranya aku bisa menghubungi Dewi."

Liana menghela napas sebelum kembali meletakkan cermin kecil berbentuk oval itu ke dalam laci nakas. Perempuan cantik dengan surai hitam sebahu itu berjalan ke arah ranjang kecil di tengah ruangan. Meski ukurannya kecil, tapi ranjang dengan sprei putih itu masih nyaman untuk ditempati, kok. Sebagai seorang pelayan, Liana sudah paham akan tugasnya dengan baik. Walau sampai sekarang ia belum tahu apa tujuan Moon Goddess mengutusnya berada di dekat Putri Lucianne.

Sebenarnya ada banyak hal yang dipikirkan Liana setelah tinggal di Kastil Zamora. Terutama peraturan dan tata kramanya yang tidak biasa. Jika biasanya seorang keluarga bangsawan akan saling bertegur sapa dan mengulas senyum saat bertemu atau berpapasan, maka berbeda di Zamora. Jangankan mengulas senyum, saling tatap pun tidak. Justru malah aura dingin yang terpancar dari kakak perempuan sang putri saat Liana dan Putri Lucianne tadi berpapasan dengan beliau. Seolah ada pembatas tak kasat mata yang membuat keberadaannya dan Putri Lucianne tadi jadi tak terlihat.

Begitupun saat semua anggota Keluarga Zamora sarapan bersama di pagi hari. Bukannya saling sapa dan menanyakan kabar, masing-masing dari mereka justru sibuk dengan hidangan mereka sendiri. Hanya suara dentingan sendok dan piring yang terdengar. Tanpa ada percakapan berarti. Begitu seterusnya sampai semua hidangan di atas meja habis.

Suasana di kastil ini sangat dingin dan tidak bersahabat.

Setidaknya ... itulah yang dipikirkan oleh Liana.

Para anggota Keluarga Zamora seolah hidup sendiri-sendiri. Ingin bertanya perihal masalah ini pada Putri Lucianne, tapi ia segan. Takutnya sang putri akan menganggapnya lancang.

"Aku benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya apa yang terjadi dengan keluarga ini?"



Liana mulai bertanya-tanya, bung! Kalian penasaran juga, nggak?

Tunggu lanjutan kisahnya di next part, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro