41 »« Hartwell : Bartender The Crowbar
•
•
•
"Hartwell, Nona. Anda bisa memanggil saya dengan nama itu." Kieran meletakkan dua gelas anggur merah dan secangkir kopi susu ke atas meja yang ditempati oleh kedua pelanggan spesialnya tersebut.
"Terima kasih."
Raven dan Rafellia berujar secara bersamaan. Meskipun terlahir di keluarga bangsawan, tetapi keduanya tidak diajarkan untuk bersikap sombong. Justru sifat rendah hatilah yang selalu diajarkan oleh orang tua mereka. Karena baik seorang putri, pangeran, ataupun rakyat biasa adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
"Sama-sama. Saya pamit undur diri. Selamat menikmati pesanan Anda," ujar laki-laki dengan luka jahit di dagunya tersebut. Kieran membungkukkan sedikit tubuhnya sebelum undur diri dan berbalik pergi untuk melanjutkan pekerjaan.
Namun meski Kieran kini sudah berada di balik meja bar, tapi tatapan laki-laki itu tak pernah lepas dari kedua sejoli tersebut. Cukup lama Rafellia dan Raven berada di The Crowbar. Karena matahari yang semula berada di atas kepala, kini sudah mulai turun menuju Barat.
Hal itu cukup membuat Kieran kesal. Karena tidak ada hal berarti yang dilakukan oleh Raven dan Rafellia selain berbincang selama satu setengah jam lamanya di sana. Padahal Kieran berharap akan menemukan hal yang menarik, tapi ekspekstasinya terlalu tinggi. Bahkan tepat saat jam dinding menuju ke angka tiga, kedua sejoli tersebut masih berada di sana. Sepertinya belum ada niatan untuk pulang sama sekali.
Rasanya percuma saja aku memerhatikan mereka sejak tadi.
• • »« • •
Rafellia bukannya tidak menyadari kalau bartender tampan yang melayani pesanannya itu terus memerhatikan ia dan Raven dari balik meja bar. Meskipun mulut dan kedua tangannya fokus melayani beberapa pelanggan yang mulai berdatangan, tapi Rafellia sedikit risih dengan tatapan tajam bartender bernama Hartwell yang terus mengarah padanya itu.
Rasanya aku dan Raven tidak memakai pakaian atau aksesoris yang aneh saat ini. Hanya pakaian sederhana berwarna serba hitam. Lantas kenapa tatapan mata Hartwell seolah terus mengarah dan mengawasi kami?
"Raven. Kau kenal bartender itu, 'kan?"
Ravendale Ratliff menatap arah yang ditunjuk oleh Rafellia, lantas mengangguk setelah tahu kalau yang dimaksud sang sepupu adalah Kieran Hartwell. "Tentu saja. Siapa coba yang tidak kenal dengan Hartwell? Para pengunjung The Crowbar pasti mengenalnya. Kenapa? Dia yang mengantarkan pesanan kita tadi, 'kan?"
Rafellia mengangguk. "Iya, memang dia yang mengantar pesanan kita tadi. Aku juga meminta rekomendasi anggur padanya. Jadi kau benar-benar mengenalnya, ya?" tanya Rafellia tanpa melepas pandangan dari sosok Kieran yang tengah meracik anggur di balik meja bar sana. Dari sini saja ia bisa melihat seberapa piawainya laki-laki itu dalam memainkan gelas dan meracik minuman.
"Hmm, tidak juga. Kami hanya pernah pergi berburu bersama. Dia orang yang cukup menyenangkan."
Mendengar itu, tatapan mata Rafellia spontan beralih ke arah Raven yang tengah mengangkat gelas anggur miliknya dan meminum cairan merah itu hingga tandas. "Berburu?" tanya Rafellia dengan binar tertarik yang sangat kentara di mata merahnya. Ravendale Ratliff adalah tipe orang yang tidak mudah akrab dengan orang baru, tapi jika sampai berburu bersama seperti itu, berarti bartender itu bukanlah orang biasa.
"Ya. Aku pernah sekali berburu bersama Hartwell. Kau ingat? Yang terakhir kali aku membawakanmu rusa waktu itu."
"Ohh! Sekarang aku ingat. Jadi rusa itu hasil buruanmu dan Bartender Hartwell?"
Raven menjentikkan jarinya. "Benar!"
"Lalu? Setelah itu bagaimana?"
Raven mengangkat kedua bahunya. "Tidak ada. Aku belum mengajaknya berburu lagi. Tapi aku mengundangnya untuk datang ke pesta ulang tahunmu kemarin, Fellia."
Satu alis Rafellia terangkat. "Ohh, ya? Kenapa aku tidak melihatnya?" Sungguh, sepertinya Raven sangat percaya pada sosok Hartwell. Sampai-sampai Raven mengundang bartender itu untuk datang ke pesta ulang tahunnya kemarin.
"Entahlah. Aku juga tidak melihat batang hidungnya di pesta. Sepertinya Hartwell tidak datang, atau dia memang tidak bisa datang," kata Raven ragu-ragu.
Mendengar semua pengakuan sang sepupu tentang sosok bartender The Crowbar bernama Hartwell itu membuat Rafellia jadi penasaran. Laki-laki itu sepertinya bukan orang biasa. Ingin bertanya pada Raven lebih banyak, tapi ia yakin kalau sepupunya tidak akan tahu sebanyak itu.
"Lagipula kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang Hartwell?"
Rafellia menggeleng. Tidak mungkin kan kalau ia dengan terang-terangan bilang pada Raven jika ia penasaran dengan sosok bartender itu. Bisa-bisa Raven akan terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan yang bisa menyudutkannya.
"Tidak apa-apa. Aku kan hanya bertanya."
• • »« • •
Raven dan Rafellia selesai dengan acara Dating Apology mereka saat matahari sudah hampir tenggelam di ufuk Barat. Dari yang semula sepi pengunjung, sampai ramai dengan pengunjung pun, kedua saudara sepupu itu tetap betah berada di dalam The Crowbar untuk membahas banyak hal.
Keduanya memang sangat menikmati kencan mereka pada siang hingga sore itu. Suasana nyaman di dalam bar juga membuat Rafellia betah berlama-lama di sana. Bahkan ia sudah menghabiskan tiga gelas anggur merah dan secangkir kopi yang baru ia minum setengahnya. Memang benar kata Raven, anggur di sini adalah yang terbaik.
Mungkin lain kali ia akan mengajak Kak Raveena untuk datang kemari. Pasti kakak sepupunya itu juga belum pernah datang ke The Crowbar. Mengingat letaknya yang berada di pinggiran Kota Revia dan cukup terpencil. Sangat memungkinkan kalau jarang ada masyarakat lokal yang datang kemari. Kecuali jika tidak sengaja tersesat di jalan dan menemukan bar ini.
Rafellia juga bisa melihat ada beberapa orang asing yang tidak dikenalinya berkumpul di bar ini. Dari percakapan yang ia dengar, kebanyakan dari mereka adalah perantau yang hanya sekadar singgah untuk melepas lelah. Letak bar ini yang juga dekat dengan gerbang perbatasan kerajaan memang memudahkan para pelancong untuk datang.
"The Crowbar, ya? Mungkin aku akan mengunjungi bar ini lagi di lain hari."
•
•
•
The Crowbar dengan segala kelebihannya. Hmm, Rafellia juga jadi penasaran sama bartendernya.
Menurut kalian gimana?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro