Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

38 »« A Hostage and Luna's Candidate



"Kau dari mana saja, Kak?"

"Seharian kami menunggumu di sini, dan kau baru saja pulang saat larut malam begini. Dari mana?"

Ayden yang baru saja tiba di mansion utama Keluarga Hoover langsung mendapatkan pertanyaan dari kedua adiknya. Entah sejak kapan Aeric dan Arion berada di mansion keluarga mereka. Karena seingat Ayden, ia sama sekali tidak meminta kedua adiknya untuk datang.

"Kapan kalian datang?" tanya Ayden sembari melepaskan jubah hitamnya dan meletakkan pakaian itu di atas sandaran sofa ruang tamu. Tepat di samping Aeric yang tampak sibuk dengan buku bacaannya.

"Kami sudah berada di sini sedari pagi," jawab Aeric tanpa mengalihkan fokusnya pada lembaran-lembaran kertas berisi tulisan dengan tinta hitam tersebut. "Tapi kau tidak kunjung pulang, Kak. Aku juga sudah bertanya pada Ed, tapi dia tidak mau memberitahuku. Kau sangat beruntung memiliki tangan kanan yang setia sepertinya."

"Kak Aeric benar. Ed benar-benar tidak mau memberitahu kami di mana Kak Ayden meski sudah kami ancam," imbuh Arion yang baru saja bergabung setelah meletakkan pot tanaman bunga mawar milik sang ibu yang sedari tadi dipandanginya di dekat jendela ruang tamu mansion.

Mendengar pengakuan Arion, sudut bibir Ayden seketika terangkat ke atas. Edge Rex memang orang yang sangat setia pada atasannya. Itulah kenapa ia memilih Edge sebagai tangan kanan sekaligus wakilnya di Wolf Moon Pack.

"Aku baru saja melakukan perjalanan yang cukup singkat."

Aeric menurunkan buku bacaannya dan menoleh ke arah Ayden. "Perjalanan singkat?" tanya sang pangeran kedua tersebut. "Ke mana?"

"Kalian tidak perlu tahu. Sekarang katakan, apa tujuan kalian kemari?"

Arion berdecak. Sementara Aeric justru menghela napas. Tidak akan mudah memang membuat kakak tertua mereka itu buka mulut terkait hal-hal yang tengah dilakukannya. Terkadang, Aeric dan Arion sampai harus mengirim mata-mata untuk memantau kakak tertua mereka yang cenderung melakukan hal-hal nekat tersebut.

Bahkan Aeric berani menjamin, kalau Ayden pasti sudah bergerak terlebih dulu dalam rencana mereka untuk menangkap Kieran Hartwell.

"Kami kemari karena ingin memberitahukan hal penting. Sekaligus menyerahkan seorang sandera," tutur Arion dengan senyuman misterius yang terukir di bibirnya.

"Siapa?"

"Bawa dia masuk, Arion."

Arion mengangguk dan beranjak keluar mansion atas perintah sang kakak kedua, Aeric Hoover. Beberapa menit setelahnya, Arion kembali masuk bersama seorang pria dengan kondisi tangan dan kaki yang terikat. Ayden jelas dibuat bertanya-tanya, siapa orang asing yang dibawa oleh adiknya tersebut.

"Dia adalah salah satu anggota Jade Rags Pack. Kami berhasil menangkapnya saat dia berusaha kabur melewati perbatasan wilayah kerajaan kita," jelas Aeric. Laki-laki yang merupakan anak tengah di Keluarga Hoover itu menutup buku bacaannya dan berdiri menghampiri posisi Arion. Aeric melepas kain yang menutup mulut sandera mereka. "Dia merupakan ketua dari pasukan pengintai di pack itu. Jadi kau bisa menginterogasinya, Kak."

"Orang ini merupakan ketua dari pasukan pengintai mereka? Kau yakin?" tanya Ayden ragu. Ia seolah tak yakin kalau pria kurus dengan luka lebam di bagian rahangnya itu adalah ketua pasukan pengintai yang bekerja untuk Kieran.

"Tentu saja kami yakin, Kak. Karena benda-benda yang kami temukan di saku celana dan kemeja pria itu sudah menjelaskan semuanya," tutur Arion seraya memberikan benda-benda yang ia maksud pada Ayden.

Ada nota transaksi jual-beli anggur dengan stempel Jade Rags Pack di bagian penerima. Pin berlambangkan pack mereka yang ditemukan di saku baju pria itu, lalu sebuah pisau kecil untuk pertahanan diri-kata pria itu setelah diinterogasi oleh Aeric dan Arion sebelumnya.

"Hanya ini?"

"Ya. Hanya ini yang kami temukan."

Ayden mengangguk, lalu mendekat dan sedikit membungkuk untuk menarik dagu pria dewasa yang berusia sekitar 33 tahun itu agar menatap padanya. "Aku tidak tahu apa tujuanmu dan pack-mu. Tapi aku harap, kau bicara dengan jujur." Ayden menegakkan badannya kemudian dan berujar, "Arion, bawa dia ke ruang interogasi."

• • »« • •

Ayden tidak tahu kenapa ia merasa sangat marah saat mendengar pengakuan dari ketua pasukan pengintai Jade Rags Pack itu tentang rencana besar Kieran.

Rencana besar yang melibatkan gadis vampir itu.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang Kieran cari dari Putri Rafellia, tapi yang jelas ... gadis itu tidak akan bisa lepas dari Kieran selama dia belum mencapai tujuannya."

Cengkraman Ayden pada ujung meja kerjanya mengerat. Laki-laki dengan bekas luka cakar di mata kanannya itu menjatuhkan tubuh pada sandaran kursi yang berada tak jauh darinya. Ayden menutup mata, lantas membukanya beberapa detik kemudian. Pikiran laki-laki itu berkelana ke setiap pertemuannya dengan Rafellia Reeves yang tidak pernah berakhir baik. Selalu saja ada hal yang membuat mereka bertengkar.

Sebenarnya Ayden tidak punya alasan untuk membenci gadis itu selain fakta bahwa Rafellia adalah seorang vampir. Gadis itu cantik, pintar, baik hati, dan berasal dari keluarga bangsawan. Tetapi sayangnya, kenapa dia harus lahir sebagai salah satu anggota dari Klan Revia yang sangat dibencinya?

Tok! Tok! Tok!

"Kak! Kau ada di dalam?"

Tatapan Ayden mengarah pada pintu kamarnya. Itu adalah suara sang adik bungsu, Arion Hoover.

"Masuklah, Arion."

Ceklek!

Surai abu-abu gelap Arion muncul dari balik pintu. Disertai cengiran lebarnya, Arion menutup pintu kamar Ayden dan berjalan mendekat ke arah sang kakak pertama yang tengah duduk di meja kerjanya. "Kak!" panggilnya. "Aku ada berita bagus untukmu," tutur Arion dengan senyuman misterius.

Ayden menaikkan sebelah alisnya, merasa sedikit penasaran dengan berita bagus yang dimaksud oleh Arion. "Berita apa?"

Arion mengangguk semangat. "Ayah dan Ibu baru saja kembali. Dan kau tahu? Mereka membawa seorang gadis cantik yang katanya akan dijodohkan denganmu!"

"Apa?"

"Bukankah ini berita bagus?" Senyuman Arion mengembang dengan sangat lebar.

Namun Ayden dibuat terdiam. Sisi lain dalam dirinya berteriak senang, karena dengan dijodohkan bersama gadis lain, itu berarti ia bisa lepas dari takdirnya bersama Rafellia Reeves. Akan tetapi, sisi dirinya yang lain justru marah. Karena Rafellia adalah takdir yang memang sudah ditetapkan Moon Goddess untuknya.

Ayden berada dalam kebimbangan, tapi justru akal sehatnya yang menang. Karena saat ini, laki-laki itu sudah mengikuti langkah kaki Arion untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya dan seorang gadis asing yang akan dijodohkan dengannya.

Logika dalam diri Ayden Hoover menang. Bahkan kini, Ayden berpikir kalau ia akan benar-benar me-reject Rafellia Reeves sebagai mate-nya.

"Salam kepada Pangeran Mahkota. Perkenalkan, saya Lucianne Zamora. Calon Luna Anda."



APA INI?! APA?!

Kenapa harus ada orang ketiga di hubungan kita, Ayden?!😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro