Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

27 »« Different Objectives



"Jadi? Apa yang membuatmu jauh-jauh datang kemari hanya untuk menemuiku, Putri Rafellia?" Creigren Brec tersenyum penuh arti.

Deg!

"A-anda mengenal saya?" Rafellia melotot tak percaya.

"Tentu saja. Siapa di sini yang tidak mengenal putri tunggal dari klan vampir bangsawan seperti Reeves? Yahh ... kecuali si Ed itu." Kakek Brec memutar bola matanya malas saat mengingat sosok tangan kanan Ayden tersebut. "Dia adalah orang yang pelupa dan sedikit cuek dengan lingkungan sekitarnya. Hanya sedikit orang yang benar-benar bisa Ed ingat dalam hidupnya, terlebih orang-orang terdekat."

"Ah, begitu rupanya." Rafellia mengerti sekarang. Pantas saja Edge Rex tidak mengenalinya. Ternyata karena pribadi Edge yang cuek pada lingkungan sekitar. "Saya juga sedikit heran kenapa dia bisa sesantai itu saat saya menyebut nama belakang saya."

"Wajar, dia tidak tahu kalau kamu adalah vampir. Kalau bisa jangan sampai dia tahu, karena Ed sangat membenci vampir."

Rafellia meneguk ludahnya susah payah. Ia jadi membayangkan  bagaimana nasibnya kalau sampai Edge tahu jika ia adalah seorang vampir yang berasal dari kerajaan musuh. Sudah cukup Ayden dan ketiga adiknya saja yang tahu kalau ia pernah berada di wilayah Heamore Kingdom, jangan sampai Edge Rex juga tahu.

"Baik, Kek. Saya akan sangat berhati-hati."

Creigren Brec mengangguk. "Bagus. Kalau begitu, sekarang katakan. Apa tujuanmu mengunjungiku, Putri?"

Rafellia kembali mengeluarkan buku bersampul bintang itu dan menunjukkannya pada Brec, sang penyihir. "Aku ingin mengetahui tentang pasangan takdirku, Kek. Dalam buku ini diberitahukan kalau vampir origin akan mengetahui pasangannya jika sudah berusia 17 tahun, dan sebentar lagi aku akan berusia 17 tahun. Untuk itulah aku ingin mengetahui terlebih dulu siapa pasangan hidupku."

Kening Kakek Brec seketika mengernyit dalam kala Rafellia selesai mengatakan permintaannya. "Untuk apa? Bukankah lebih baik kalau mengetahuinya ketika sudah tiba waktunya nanti? Kan pasti akan ada tanda-tandanya, Putri." Jujur, Creigren Brec benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran sang putri.

Mendengar penolakan secara tidak langsung dari sang penyihir, ekspresi wajah Rafellia langsung berubah menjadi muram.

"Maaf, aku tidak bisa membantumu untuk masalah ini. Karena itu di luar kemampuanku. Tunggu saja waktunya tiba, maka kau pasti akan bertemu dengannya."

Rafellia mengangguk dan sedikit memaksakan senyumnya. Namun ia teringat, kalau tujuannya menemui Kakek Brec tidak hanya untuk mengetahui siapa pasangan takdirnya. Akan tetapi, ia juga ingin mengetahui kenapa ia disebut sebagai 'anak yang dikutuk'.

Ya. Rafellia mendengar semua percakapan keluarganya di ruang makan Revia Castle waktu itu. Percakapan yang berhasil membawanya sampai rela datang jauh-jauh untuk menemui sang penyihir dan peramal terkenal seperti Creigren Brec. Dengan harapan agar ia bisa mendapatkan semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepalanya.

"Kalau begitu ... maka katakan, Kek. Kenapa aku disebut sebagai anak yang dikutuk?"

Kakek Brec sempat terkesiap begitu mendengar pertanyaan itu keluar dengan mudahnya dari bibir Rafellia. Kali ini, ia bukannya tidak mau membantu. Hanya saja, ia tidak tahu harus menyampaikannya dengan kalimat seperti apa agar gadis di depannya ini tidak merasa sakit hati setelah mengetahui semua fakta tentang dirinya sendiri.

Fakta tentang kelahiran Rafellia Reeves sebagai anak yang dikutuk.

"Kek! Aku mohon dengan sangat kali ini. Jangan menolak untuk menjawab, jangan mencari alasan untuk menghindar. Bantu aku untuk mengetahui siapa jati diriku yang sebenarnya. Kenapa aku disebut sebagai anak yang dikutuk?" Rafellia terlihat sangat putus asa. Netra merah yang biasanya selalu terlihat tegas dan menyala-nyala itu kini meredup. Menatap sang kakek penyihir dengan penuh harap.

Creigren Brec menghela napas. "Baiklah. Aku akan mengatakannya padamu."

• • »« • •

"Kira-kira apa tujuan Lia menemui Kakek Brec?" Edge bertanya pada Ayden yang duduk tenang di sampingnya.

"Jika kau bertanya padaku, lantas aku harus bertanya pada siapa?" balas Ayden malas. "Kau kira aku cenayang yang bisa membaca semua pikiran orang?" lanjut Ayden yang mulai sedikit kesal karena Edge tidak henti-hentinya merecoki dirinya sejak tadi. Lagipula ia tidak peduli dengan urusan gadis itu. Arti tulisan dalam kertas-kertas yang ia temukan di markas Jade Rags Pack lebih penting sekarang.

Edge Rex mendengkus kala mendapat respon yang tidak menyenangkan dari sang ketua. Ayden Hoover terkadang bisa menjadi sangat menyebalkan melebihi kedua adiknya, Aeric dan Arion.

"Aku kan hanya bertanya."

"Pertanyaanmu tidak penting."

"Setidaknya kau bisa menjawab 'tidak tahu' jika memang tidak tahu, Ketua."

"Apakah harus?"

Oh, shit!

Lihat? Betapa menyebalkannya sosok Ayden Hoover jika seperti ini, bukan? Paras yang tampan tidak menjamin kepribadian seseorang.

"Hey, kalian! Berhentilah berdebat dan masuklah sekarang! Rafellia sudah selesai dengan keperluannya. Sekarang giliran kalian berdua!" pekik Kakek Brec dari depan pintu rumah kayunya yang juga berbentuk setengah lingkaran.

Ayden dan Edge saling tatap sejenak sebelum berdiri secara bersamaan dan menghampiri sosok Kakek Brec yang sudah berkacak pinggang di sana. Namun entah ke mana perginya sosok Rafellia Reeves. Karena begitu Ayden masuk ke dalam rumah, ia tidak menemukan keberadaan gadis itu di manapun.

"Jika kau mencari Rafellia, gadis itu pamit pulang terlebih dahulu karena ada hal mendesak yang harus dia urus," tutur Kakek Brec yang menyadari gelagat Ayden saat mencari sosok sang gadis.

"Wahh, sayang sekali. Padahal aku belum bertanya di mana rumah gadis cantik itu," keluh Edge sembari menepuk dahinya. Ia menyesal karena tidak bertanya alamat rumah gadis itu tadi.

"Jika bertanya pun, belum tentu ia akan memberitahumu," sahut Ayden sinis.

Kakek Brec hanya menatap datar pada kedua werewolf yang memang selalu adu mulut tersebut. "Kalian ini Ketua dan Wakil dari Wolf Moon Pack, tapi kelakuan macam bocah. Sekarang cepat katakan apa tujuan kalian ke sini!"

Ayden dengan cepat mengeluarkan peti hitam berisi beberapa kertas dengan tulisan kuno itu pada Creigren Brec. "Kami ingin Kakek mengartikan tulisan di kertas itu. Bisa, 'kan?"

Creigren Brec mengambil peti tersebut dan menatap sekilas kertas-kertas itu lalu meletakkannya di atas meja kerjanya. "Aku akan berusaha mengartikannya. Aku tahu tulisan apa ini, tapi aku butuh waktu untuk menerjemahkannya."

"Berapa lama?" tanya Ayden cepat.

"Sehari semalam, 24 jam."

"Baiklah. Aku mengandalkanmu."



Wahhh, jadi penasaran apa sebenarnya isi kertas itu! Penting banget nggak ya sampai-sampai Kieran menyembunyikannya di belakang markas Jade Rags?

Hmm, keknya sih penting banget. Tunggu aja kelanjutannya di chapter selanjutnya, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro