Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24 »« Exlin Hill Have a Story



Rafellia tidak tahu kenapa ia berani melewati semua batasan yang ada dan datang ke sini seorang diri. Exlin Hill, tempat tinggal Creigren Brec, seorang penyihir dan peramal yang cukup terkenal. Jangan salahkan Rafellia kalau ia jadi penasaran dengan penyihir tersebut. Salahkan saja berita harian yang baru saja ia baca beberapa saat yang lalu pada majalah dinding di pusat Kota Revia.

Sebenarnya ia hanya sedang berjalan-jalan santai di pusat kota karena ia merasa jenuh di dalam mansion. Namun siapa sangka, saat sedang membaca-baca berita harian di mading kota, ia melihat artikel tentang kehebatan Creigren Brec dalam meramal masa depan.

Tidak. Ia bukanlah seseorang yang percaya dengan ramalan-ramalan seperti itu. Ia hanya penasaran, dan ia ingin memastikan sendiri apakah ramalan Creigren Brec bisa dipercaya.

Karena itu, di sinilah ia berada sekarang.

Exlin Hill. Bukit yang masih berada dalam wilayah Heamore Kingdom.

Katakanlah ia nekat. Toh, ia tidak peduli. Bertemu dengan Creigren Brec adalah tujuan utamanya sekarang.

"Kata orang-orang, beliau tinggal di balik bukit. Jadi aku harus menuruni bukit ini?" gumam Rafellia sembari menatap ketinggian bukit itu dari bawah, dari tempatnya berdiri.

Rafellia sedikit merapatkan tudung jubahnya untuk melindungi wajah dari sengatan sinar matahari. Baru kali ini ia bisa bernapas lega karena berada jauh dari rumah. Biasanya ia akan merasa waswas, tapi entah kenapa ... di sini ia merasa tenang dan aman. Bahkan selama melewati Kota Heamore—untuk sampai di sini—tidak ada seorang werewolf pun yang mengenalinya. Ia jadi sedikit bersyukur karena telah belajar cara menghilangkan aroma tubuh dari sang bibi, Ibunda Raven yang sangat ahli dalam obat-obatan.

Tiap pijakan yang ia lewati terasa menyenangkan sekaligus menegangkan. Kali ini Rafellia Reeves memilih tidak menggunakan kekuatan berlari cepatnya, karena ia ingin menikmati setiap waktu di tempat ini dengan tenang. Jubah hitam Rafellia jadi ikut terseret saat kakinya melangkah. Menyapu tanah dan rumput di bawahnya.

"Siapa di sana?"

Rafellia tersentak saat sebuah suara memasuki indra pendengarannya. Gadis itu menoleh patah-patah dan mendapati seorang kakek tua dengan tongkat kayu di tangan kanannya keluar dari balik sebuah pohon. Dari penampilannya yang tak biasa, Rafellia menebak kakek ini pasti juga memiliki kepribadian yang tak biasa.

"Maaf jika kehadiran saya mengganggu. Nama saya Rafellia, Kek. Saya sedang mencari rumah seorang peramal bernama Creigren Brec. Apakah Kakek tahu?" tanya Rafellia dengan sopan.

"Tentu saja Kakek tahu. Di balik bukit ini ada sebuah pohon beringin. Hanya ada satu pohon beringin saja, berukuran besar. Pergilah ke sana dan tariklah sulur yang paling tebal dari pohon itu. Maka kau akan sampai di rumah Creigren Brec."

Mendengar petunjuk yang sedikit aneh itu, otak Rafellia seketika berproses dengan lambat. Ia jadi sedikit ragu, apakah informasi yang dikatakan kakek ini benar? Kenapa terasa aneh sekali? Kenapa harus pohon beringin? Memangnya Creigren Brec tinggal di dalam pohon beringin?

Ada-ada saja.

Karena tidak mau ambil pusing, Rafellia memutuskan untuk menurut. Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada kakek yang ia perkirakan berusia hampir satu abad itu, Rafellia segera melanjutkan langkahnya menaiki Bukit Exlin dengan kedua kaki jenjangnya.

"Terima kasih untuk petunjuknya, Kek."

"Sama-sama. Hati-hati dengan sulur berwarna biru."

"Apa yang-"

"Loh?! Ke mana perginya si Kakek?!" Rafellia celingukan ke sana-kemari karena tak menemukan keberadaan kakek yang baru saja memberikan ia petunjuk menuju rumah Creigren Brec. Padahal belum terhitung satu detik ia berkedip, tapi kakek itu sudah menghilang tanpa jejak.

"Hiiiyy! Jadi merinding!"

Rafellia melangkah dengan cepat. Menaiki bukit dengan sedikit berlari sembari sesekali bergidik ngeri. Ia jadi merasa sedikit takut karena kakek tadi, tapi ia tidak bisa berhenti di sini.

"Tidak ada salahnya mengikuti instruksi aneh dari Kakek itu, 'kan?"

• • »« • •

Exlin Hill.

Dari bawah terlihat sangat dekat, tapi ternyata Rafellia harus menghabiskan waktu setengah jam penuh untuk mendaki bukit itu. Benar-benar tidak terduga. Seolah memang sudah disetting demikian, tapi pada akhirnya ...

... ia berhasil sampai.

Di balik bukit memang ada pohon beringin. Satu-satunya pohon beringin yang tumbuh di antara ribuan bunga dandelion. Rafellia berdecak kagum saat melihat pemandangan indah di depannya. Terasa begitu memanjakan mata kala bunga-bunga dengan kelopak setipis dan seringan kapas itu berayun-ayun mengikuti arah mata angin. Bahkan sebagian kelopak yang terlepas dari tangkainya pun sudah terbang dibawa angin.

"Tunggu dulu. Itu ada pohon beringin, lantas di mana rumahnya?" Jujur, kali ini Rafellia jadi sedikit ragu untuk melanjutkan perjalanannya. "Apakah aku benar-benar harus mengikuti petunjuk aneh dari Kakek tadi?"

"Lebih baik kau ikuti saja."

Rafellia spontan melompat dari tempatnya dan menoleh pada seseorang yang dengan berani membuatnya jantungan karena terkejut.

"KAU?!"

Rafellia mendelik horror. Bagaimana tidak? Ayden Hoover ada di sini!

"Kenapa kau ada di sini?! Kau mengikutiku, ya?!"

Ayden memutar bola matanya malas. "Percaya diri sekali. Aku ke sini karena ada urusan. Tanya saja pada temanku," ujar Ayden sembari menunjuk Edge Rex yang berdiri tidak jauh di belakangnya.

"Ohh. Aku baru tahu ada orang lain di sini." Rafellia menjawab dengan nada malas khas gadis itu. "Ya sudah, berarti kau harus menungguku selesai. Baru kau bisa menemui Creigren Brec."

"Memangnya kau tahu di mana rumahnya?" tanya Ayden remeh.

Rafellia yang tidak terima jelas menjawab, "Tentu saja aku tahu. Aku bahkan juga tahu seluk-beluk rumahnya."

Hiperbola. Ayden tahu kalimat yang dikatakan Rafellia Revees itu hanyalah kalimat hiperbola. Karena mana mungkin orang yang tahu seluk-beluk rumah Creigren Brec tampak bingung dan linglung sebelumnya.

Ayden memang sudah memerhatikan Rafellia sedari tadi. Semenjak gadis itu menaiki bukit sendirian dengan jubah panjangnya yang menyapu tanah.

"Jika memang kau sangat tahu di mana lokasi rumah Creigren Brec, maka tunjukkan padaku jalannya."

Deg!



Hayolohh🤣
Lagian aneh-aneh aja si Rafellia. Kenapa nggak jujur aja sama Ayden kalo sebenarnya kamu pun tidak tahu di mana lokasi rumah Creigren Brec.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro