19 »« Hunting with the Prince
•
•
•
Seperti perjanjian yang telah disepakati, di sinilah Kieran berada sekarang. Gerbang utama Kerajaan Revia bersama kuda yang ia sewa pada salah satu saudagar kaya di pasar. Ia tengah menunggu sang pangeran untuk berburu bersama.
Setelan celana panjang berwarna hitam dan kemeja putih sedikit kusam dengan sabuk kulit di bagian pinggang adalah outfit yang dipakai Kieran untuk berburu. Jangan lupakan sepatu boot yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya sebelum ini.
Sederhana, itulah ciri khas Kieran Hartwell.
Laki-laki yang memiliki bekas luka jahit di dagunya itu juga sudah membawa busur dan anak panah di punggungnya. Hanya tinggal menunggu kedatangan Pangeran Raven saja, dan mereka akan segera pergi berburu bersama.
Di pagi hari seperti ini, sudah banyak sekali para orang yang berlalu-lalang memulai kegiatan mereka, dan ya. Mereka semua adalah vampir. Kieran sedikit bergidik kala teringat kalau ia tengah berada di wilayah para makhluk penghisap darah itu. Demi tujuan besarnya, ia sampai harus rela menyamar seperti ini.
"Hai! Tidak kusangka kau benar-benar datang."
Sapaan itu datang dari Ravendale Ratliff yang baru saja tiba di gerbang kerajaan. Sama seperti Kieran, laki-laki itu pun sudah siap dengan peralatan berburunya. Bedanya, Raven menggunakan topi untuk sedikit menghindari cahaya matahari yang bisa saja mengenai kulitnya.
Sebagai vampir origin, ia memang memiliki keistimewaan bisa berjalan-jalan di bawah teriknya sinar matahari. Meskipun sebagai gantinya, ia tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk sementara waktu. Karena kekuatan vampir origin akan menurun drastis saat terpapar sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
"Ohh, aku tidak tahu kalau kau akan membawa kuda. Kukira kita akan berjalan kaki," ujar Raven kemudian sembari menunjuk kuda hitam yang berdiri tidak jauh dari Kieran.
"Maafkan saya, Pangeran. Saya kira Pangeran suka berburu dengan menunggang kuda." Kieran menunjukkan ekspresi bersalah dan tidak enaknya.
Raven menggeleng cepat. "Tidak perlu meminta maaf. Biarkan saja kuda itu di sini. Kita akan berjalan kaki," saran Raven yang langsung disetujui oleh Kieran dengan cepat.
"Baiklah."
Kieran pun membawa sang kuda ke bawah sebuah pohon dan mengikat tali kekang kuda tersebut pada dahannya. Tidak lupa ia mengeluarkan satu buah apel dan memberikannya pada kuda tersebut. Hanya untuk berjaga-jaga, takutnya ia akan lama saat berburu bersama pangeran nanti.
"Sudah selesai?" tanya Raven saat melihat Kieran berbalik dan melangkah mendekat padanya. Yang ditanya hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Kalau begitu, ayo kita berangkat!"
• • »« • •
Sepanjang perjalanan, Raven tidak henti-hentinya mengoceh. Menceritakan pengalamannya dalam berburu, kesibukan di kastil, dan tanggung jawabnya sebagai pangeran pada Kieran. Mereka berdua sudah seperti teman lama, padahal baru kemarin bertemu dan memutuskan untuk pergi berburu bersama.
Di posisi ini, Kieran lebih memilih menjadi pendengar yang baik. Ia juga tidak boleh gegabah dalam menjalankan misinya. Ia tidak boleh sampai membuat Ravendale Ratliff curiga kalau sebenarnya target dia itu adalah Rafellia, sepupu sang pangeran. Rafellia Reeves memiliki sesuatu yang diincar oleh banyak orang, dan Kieran yakin kalau Raven pasti tahu di mana letaknya.
"Pangeran, apakah kau tahu tentang permata biru bernama Sharpened Insignia?"
"Ohh! Permata yang mempunyai kekuatan bisa menghidupkan orang mati dan membuat penggunanya hidup abadi itu, 'kan?"
Sudut bibir Kieran sedikit terangkat, dan laki-laki itu hanya mengangguk singkat.
"Aku tahu, tapi aku tidak tahu apakah benda itu nyata atau tidak. Bukankah permata itu pernah menjadi penyebab perang besar antara bangsa vampir dan serigala tujuh belas tahun yang lalu?"
"Ya, memang benar. Menurut sejarah yang saya baca memang seperti itu." Kieran berujar sembari menatap dan menerawang ke depan.
Kedua laki-laki berbeda usia itu sudah berada di hutan sekarang. Akan tetapi, belum ada satu pun mangsa yang melintas.
"Aku tidak terlalu peduli dengan itu, sih." Raven memutar-mutar anak panahnya dan meniup ujungnya dengan sedikit kuat. "Lagipula, di manapun permata itu berada sekarang, akan lebih baik kalau ia tetap berada di tempatnya. Jangan sampai jatuh ke tangan orang yang salah."
"Aku setuju denganmu, Pangeran. Permata hebat seperti Sharpened Insignia pasti menjadi incaran banyak orang."
"Tentu saja." Raven menyeringai ketika sekilas melihat keberadaan rusa di arah Tenggara. Rusa tersebut tengah bersembunyi di balik rerumputan yang cukup tinggi, tapi Raven bisa melihatnya dengan jelas dari tempat ia berdiri. "Semua orang jelas mengincarnya." Netra Raven memicing dengan kedua tangan yang sudah siap memegang busur dan anak panahnya.
"Termasuk Anda?"
Sring!
Jleb!
Raven tersenyum puas begitu anak panahnya tepat pada sasaran. Laki-laki itu menoleh ke arah Kieran dengan senyuman lebarnya. "Tentu saja tidak. Aku tidak peduli dengan hal-hal seperti itu, Hartwell. Aku sudah merasa cukup dengan kehidupan damaiku sekarang ini. Aku tidak ingin mencari masalah dan mengambil risiko. Itu sungguh merepotkan."
"Lihat. Aku sudah mendapatkan satu rusa," lanjut Raven sembari menunjuk ke arah hewan malang yang sudah tumbang tersebut dengan anak panah menancap di kakinya. "Aku akan memberikan rusa itu pada Fellia. Dia sangat menyukai rusa."
"Fellia?"
"Ah, dia sepupuku. Rafellia namanya. Dia suka sekali ketika aku membawakan rusa untuknya. Dia pasti akan mengobati rusa itu dan merawatnya sampai sembuh, lantas memeliharanya juga. Padahal sudah banyak sekali rusa yang dia punya di kandang, tapi setiap kali aku membawakan rusa, dia pasti akan dengan senang hati merawatnya." Raven menjelaskan dengan begitu antusias. Terlihat binar bahagia yang terpancar di netranya saat menceritakan sosok sang sepupu perempuan, Rafellia Reeves.
"Waahh, menarik sekali. Sepertinya Anda sangat menyayangi sepupu Anda ya, Pangeran?"
Raven mengangguk tanpa ragu. "Tentu saja! Dia adalah sepupu terbaik di dunia. Usia kami hanya selisih 5 bulan, dan aku sangat menyayanginya."
"Kalau begitu, izinkan saya yang mengambil rusa tersebut dan membawanya untuk diberikan pada sepupu Anda, Pangeran. Saya akan merasa sangat terhormat karena bisa membantu Pangeran membawa rusa tersebut."
"Woahh! Kau ini baik sekali!"
Puk! Puk! Puk!
Raven menepuk-nepuk bahu Kieran seraya tertawa kencang. Laki-laki itu senang bertemu dengan orang baik seperti Kieran yang tidak segan padanya. Bahkan bersedia dan menawarkan diri untuk membantunya membawa rusa hasil buruan tersebut.
"Tidak perlu repot-repot, Hartwell. Tapi kalau kau memang ingin membantu, kita bisa membawanya bersama. Rusa itu beratnya 80-90 kg. Sepertinya betina, jadi tidak akan terlalu berat."
Kieran mengerti, dan setelah keduanya selesai mengamankan rusa yang terluka tersebut untuk diberikan pada Rafellia Reeves, keduanya kembali melanjutkan perburuan hingga sore menjelang malam.
Baik Kieran ataupun Raven benar-benar menikmati perburuan mereka hari itu, dan harus Kieran akui ... berteman dengan Ravendale Ratliff sepertinya bukan pilihan yang buruk.
•
•
•
Woahh! Akankah rencana Kieran berhasil? Ataukah ia justru akan terjebak dalam hubungan yang rumit setelah mengenal Raven dan orang-orang di sekitar sang pangeran Ratliff tersebut?
Baca kelanjutan ceritanya hanya di
Blue Bloodlust♡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro