04 »« Three Siblings : Hoover
•
•
•
Hoover Mansion.
Ada yang berbeda di luar bangunan mansion berlantai tiga yang terletak di atas bukit tersebut. Tampak tiga orang laki-laki berdiri di halaman mansion dengan wajah serius. Membuat ketiganya terlihat berkali-kali lipat lebih tampan di bawah langit oranye pada sore menjelang malam tersebut.
Mereka adalah para pewaris utama Keluarga Hoover—Ayden Hoover, Aeric Hoover, dan Arion Hoover.
Siapa sih yang tidak kenal mereka? Ketiga laki-laki yang merupakan anak dari Raja dan Ratu werewolf di wilayah Heamore Kingdom itu memang dikenal karena paras tampan dan kekuatan mereka.
Namun, apakah yang menjadi permasalahan di antara mereka hingga suasana senja pada sore itu terasa begitu mencekam?
"Jangan bercanda, Arion! Tidak mungkin rumor itu benar, 'kan?"
"Kau kira aku bercanda? Itu bukan hanya sekadar rumor belaka, tapi kenyataannya memang ada salah satu pack yang menerobos perbatasan dan memasuki wilayah bangsa vampir kemarin malam."
Ayden memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening karena perdebatan kedua adiknya sejak beberapa menit yang lalu. Alasan Ayden memanggil keduanya ke mansion bukan untuk mendengar perdebatan tidak berguna mereka. Melainkan untuk berdiskusi tentang laporan yang baru saja ia dapat. Ada sekumpulan werewolf yang telah melanggar aturan—mereka memasuki wilayah bangsa vampir tanpa izin, dan ia harus menemukan pembuat masalah itu bagaimanapun caranya.
"Lantas, apa yang harus kita lakukan? Memangnya kau sudah tahu siapa mereka yang telah berani melanggar peraturan kita?" Aeric Hoover kembali melayangkan pertanyaannya pada si bungsu, Arion Hoover.
Arion menggeleng lesu. "Aku tidak tahu ... tapi rumor itu benar-benar membuatku kesal! Pasti para makhluk penghisap darah itu sudah mengecap kita sebagai makhluk rendahan yang tidak tahu aturan!" ujar Arion berapi-api.
Ayden masih saja berdiri dengan kedua tangan bersedekap dan kedua mata tertutup. Laki-laki itu tengah berpikir sekarang.
"Tentu saja, mereka pasti akan berpikir demikian. Itulah kenapa aku membenci bangsa vampir, mereka sangat angkuh dan sombong."
Arion mengangguk-angguk setuju dengan perkataan Aeric. "Bagaimana menurutmu, Ayden?"
"Kak Ayden," desis Ayden karena si bungsu Arion memanggil namanya begitu saja tanpa embel-embel kakak. Benar-benar adik tidak sopan.
Arion memutar bola matanya malas seraya berujar, "Ya-ya, Kak Ayden."
"Hahaha, lagian kau durhaka sekali pada Kakakmu." Aeric memeletkan lidahnya untuk meledek sang adik. Arion yang tidak terima hanya melempar delikan tajamnya—yang tentu saja tidak akan mempan pada Aeric Hoover.
Sementara Ayden lagi-lagi harus kembali menghela napas lelah. "Ayah dan Ibu tidak tahu tentang berita ini, 'kan?" tanyanya yang berhasil membuat Aeric dan Arion terdiam.
"Tidak."
"Kurasa mereka belum tahu."
Ayden mengangguk. "Bagus. Jangan sampai mereka tahu. Biar kita sendiri yang menyelesaikan masalah ini." Laki-laki yang memiliki bekas luka cakar di mata kanannya itu merogoh saku celana miliknya dan mengeluarkan dua buah batu merah delima seukuran jari manis dari dalam saku tersebut. Lantas diberikannya batu tersebut satu per satu pada kedua adiknya. "Batu ini bisa mendeteksi kebohongan seseorang. Gunakan ini saat kalian berhasil mencari, menangkap, dan menginterogasi tersangka. Tapi ingat, jika kalian sudah menemukan siapa dalangnya, jangan gegabah dan segera beritahu aku."
Aeric dan Arion saling pandang, sebelum mengangguk secara serempak.
"Kami mengerti. Kalau begitu, aku akan segera mengerahkan seluruh anggota Red Moon Pack untuk mencari si pelanggar peraturan itu," ujar Aeric.
"Aku juga akan mengirim Blue Moon Pack untuk melacak mereka. Kau tahu sendiri pack yang kupimpin itu memiliki penciuman dan teknik melacak yang tidak kalah hebat dari Wolf Moon Pack." Kini Arion yang berujar dengan nada seriusnya. Bahkan alis laki-laki itu sudah menukik tajam dan sama sekali tidak ada gurat senyum dari bibirnya, menandakan kalau seorang Arion Hoover benar-benar serius kali ini.
Ayden tersenyum tipis. "Aku tahu. Itulah kenapa aku mengandalkan kalian untuk mencari pelakunya. Pastikan juga kalau Ayah dan Ibu tidak tahu soal masalah ini. Karena jika mereka tahu, bisa-bisa akan semakin rumit masalahnya."
"Baiklah, kami mengerti." Aeric berujar mewakili Arion. Laki-laki yang usianya berbeda 3 tahun dengan Ayden itu segera memasukkan batu merah delima pemberian sang kakak ke dalam tas kecil yang dibawanya. Lantas kemudian berpamitan pergi. "Pembicaraan ini sudah selesai sampai di sini, 'kan? Kalau begitu, aku pergi. Ada hal yang ingin aku diskusikan juga dengan para anggota Red Moon Pack."
"Aku juga izin kembali ke mansionku, Kak Ayden. Titip salam rindu pada Ayah dan Ibu jika mereka ada di mansion saat ini," sahut Arion yang ikut berpamitan. Karena laki-laki paling bungsu di Keluarga Hoover itu memiliki urusan lain setelah ini.
"Ayah dan Ibu sedang pergi liburan, mereka tidak ada di rumah." Ayden berkata sembari melepaskan satu kancing teratas kemejanya yang terasa mencekik di leher. "Lagipula meskipun ada mereka, kau kan lebih memilih bermain dengan serangga-serangga di taman mansion daripada menghabiskan waktu bersama Ayah dan Ibu."
Arion yang merasa kalau perkataan Ayden itu memang benar, hanya menunjukkan deretan gigi putihnya sembari mengusap tengkuk dengan canggung. "Bukan salahku. Ayah dan Ibu yang selalu memperlakukanku seperti anak kecil. Padahal aku sudah hampir berusia 20 tahun setelah ini," jawab Arion dengan bibir yang sudah mengerucut kala teringat dengan kedua orang tuanya yang selalu memanjakannya bak anak kecil.
Perkataan Arion tersebut spontan saja membuat Aeric tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Ayden hanya tersenyum mengejek pada sang adik bungsu. Suasana di antara ketiga laki-laki yang menyandang marga Hoover itu terasa hangat pada sore hari menjelang malam tersebut.
Di halaman depan Hoover Mansion. Ayden, Aeric, dan Arion tanpa sadar telah menunjukkan ikatan erat persaudaraan di antara mereka. Meskipun ketiganya tidak tinggal bersama karena harus mengemban tugas sebagai pemimpin pack masing-masing, tapi mereka masih selalu menyempatkan diri untuk pulang ke mansion keluarga mereka saat ada waktu luang atau mungkin ketika dalam keadaan darurat seperti sekarang.
Saat ini, misi dan tujuan mereka hanya satu. Menemukan sekumpulan serigala yang telah berani mencoreng nama baik bangsa mereka karena telah seenak jidat melanggar peraturan dengan melewati perbatasan wilayah di Virfield Grove.
•
•
•
Yuhuu!
Gimana sama bab empatnya, nih?
Tiga bersaudara dari Keluarga Hoover mulai menunjukkan dirinya! Kalian tertarik sama yang mana?
Ayden Hoover, Aeric Hoover, atau Arion Hoover?
Kalau aku pribadi jelas milih Ayden sebagai tokoh utama dong, xixi.
Okey, tungguin kelanjutan ceritanya di next part, ya! Jangan lupa vote dan komennya jika kamu memang menyukai ceritaku♡
(*≧∇≦)ノ
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro