40-end
by svrinai
part of zhkansas
...
Sekarang, umurku sudah 26 tahun.
Aku mengenal beberapa laki-laki selama ini setelah cinta pertamaku itu. Namun, di antara mereka tak satu pun yang membuatku merasa suka pada mereka. Mungkin karena aku tak peduli dengan yang namanya percintaan atau mungkin karena hatiku sudah mati rasa atau mungkin karena cinta pertamaku terasa masih membekas begitu dalam di hatiku.
Saat kuliah, beberapa laki-laki mengajakku pacaran dan aku tentu saja masih berpegang pada prinsip bahwa aku tidak ingin berpacaran dan ingin fokus pada pendidikanku. Aku bahkan mengatakan kepada mereka untuk saling mengenal saja tanpa harus berpacaran toh tujuan berpacaran untuk saling mengenal, tetapi mereka hanya ingin pacaran denganku. Aku tidak mau ada status pacaran karena merasa status itu adalah sebuah tanda kepemilikan yang membuat laki-laki maupun perempuan merasa berhak melakukan apa pun pada pasangannya.
Selama terjun ke dunia kerja, aku jadi lebih sibuk bekerja sehingga tak ada kesempatan dekat dengan laki-laki dan dingin pada laki-laki yang berniat untuk menggoda. Aku paling tidak suka dan langsung menjauh dari laki-laki yang punya niat untuk membawaku ke tempat tidurnya.
Beberapa perempuan mengataiku kolot dan tidak berpikiran terbuka hanya karena aku tidak akan memberikan keperawananku kepada laki-laki selain suamiku kelak.
Tentang cinta pertamaku....
Elon. Aku masih ingat namanya. Tentu saja. Namanya itu membekas begitu dalam di hatiku.
Apakah perasaanku masih ada untuknya?
Mungkin ... sedikit? Aku masih memiliki perasaan mungkin karena aku berusaha keras melupakannya karena aku tak bisa melupakan momen-momen kebersamaan kami saat SMA.
Atau mungkin, aku sulit melupakannya karena dia cinta pertamaku dan satu-satunya laki-laki yang mencuri perhatianku selama 26 tahun aku hidup di dunia.
Bukan karena jarak yang memisahkan kami, tetapi karena aku yang sengaja tak memberikan kesempatan pada Elon untuk berkomunikasi denganku.
Selain itu, Elon ... pasti juga sudah menyerah pada perempuan yang terang-terangan menjauhinya dan yang terpenting adalah mustahil dia tidak jatuh cinta pada perempuan-perempun lain yang dia temui selama ini. Dia bertemu dengan berbagai tipe perempuan dan tak mungkin salah satu dari mereka tak ada yang menarik perhatian Elon.
Mustahil dia tidak memiliki kekasih di usianya yang sudah 26 tahun.
Ah, atau mungkin saja dia sudah bertunangan dengan perempuan yang dia cintai.
Atau mungkin dia sudah menikah dan ... punya anak?
Entahlah. Aku tak tahu apa pun tentang Elon karena aku sibuk dengan duniaku sendiri. Aku juga menghindari grup chat atau pun pertemuan antara teman-teman SMA sehingga tak tahu apa pun tentang mereka.
Aku jadi teringat dengan kata-kata Elon dulu bahwa dia akan langsung menikahiku jika aku sudah siap untuk menikah. Haha. Apa yang harus dipegang dari perkataan seorang remaja SMA? Aku merasa itu lucu. Bukan karena aku sedang berusaha menghibur diri, tetapi karena kenangan-kenanganku saat remaja itu penuh dengan hal-hal menggemaskan yang ketika mengingatnya di usiaku sekarang akan membuatku tertawa geli.
Tak terasa aku sudah tiba di epilog kisahku dengannya dan ternyata kisahku dan Elon berakhir sedih. Aku tidak berakhir bersamanya. Bertolak belakang dengan harapanku saat aku menulis kisah ini pertama kali di usia 16 tahun.
Papa telah memberitahukan kepadaku bahwa mantan mahasiswanya ingin melamarku dan aku akan menerima lawarannya karena aku yakin pilihan Papa pasti adalah yang terbaik.
Papa berharap aku bisa bersamanya karena dia lelaki yang cerdas, baik, dan juga mapan. Entah kenapa, Papa sangat ingin laki-laki itu menjadi suamiku. Kemarin, Papa bercerita tentang laki-laki itu dengan mata berbinar dan bangga. Aku jadi ikut membayangkan sehebat apa laki-laki itu hingga bisa melunakkan hati Papa yang keras.
Papa mengatakan bahwa laki-laki itu sudah tidak mempunyai orangtua dan selama beberapa tahun hidup mandiri sehingga membuat Papa semakin takjub padanya.
Aku tidak menolak dan akan mengenal laki-laki pilihan papa. Toh, tak ada siapa pun yang sedang aku tunggu atau aku inginkan.
Tak ada apa pun yang bisa aku ceritakan lagi. Cerita ini berakhir di sini.
Selamat tinggal, Elon....
Apa pun yang kamu lakukan sekarang, di mana pun kamu berada, dan dengan siapa pun kamu berjodoh,
aku harap kamu bahagia sampai maut memisahkanmu dengan istrimu.
SELESAI
Aneta menutup laptopnya. Dia terdiam memandang dinding kemudian tertawa kecil saat sadar ada air mata yang mengalir di pipinya.
Beberapa jam lalu dia melanjutkan cerita yang dia buat saat SMA karena teringat bahwa cerita yang dia tulis tentang dirinya dengan Elon itu belum ada bagian akhir. Aneta tiba-tiba mengingatnya saat menunggu kedatangan laki-laki yang akan dikenalkan Papa. Papa telah mengatakan akan datang bersama laki-laki itu karena belakangan ini mereka memang sering bertemu karena Papa menjadi klien laki-laki itu.
Naskah tersebut dia simpan di google drive. Seandainya tak dia simpan di sana, maka Aneta tak akan pernah melihat tulisannya lagi karena laptopnya pernah rusak total saat awal kuliah dan kehilangan semua datanya saat SMA.
Aneta mengirim file naskahnya ke drive, menggantikan naskah lama. Setelah itu dia terfokus pada sebuah folder dengan nama "video SMA". Perempuan itu membuka folder tersebut dan menemukan satu-satunya video. Dia mengunduh video itu dan setelah berhasil, dia langsung memutarnya.
Aneta tertawa setelah video itu dia putar. Dia rindu saat masih remaja. Video itu ternyata merupakan rekaman video saat dia dan tujuh temannya bermain truth or dare saat masih kelas sepuluh.
"Di belakang saya sekarang, ada seorang siswa kelas X IPA 5 di SMA Tabula Rasa yang sebentar lagi akan menyatakan cinta kepada gadis idamannya."
Itu suara Key. Entah bagaimana kabar laki-laki itu sekarang.
"Kalian midioin, ya? Ihhh!" teriak Dania sambil berlari.
"Dania...," gumam Aneta sedih. Dia jadi merindukan masa itu.
"Ah, sial. Nggak usah aneh-aneh!"
Aneta tersenyum kecil menatap Elon yang berusaha menutupi wajahnya. Sementara itu, kamera berusaha menyorot Aneta remaja yang berusaha menghindar dari tangkapan kamera.
"Itu gue...?" tanya Aneta sambil memandang wajahnya yang imut-imut khas anak kelas sepuluh SMA.
"Aneta."
Aneta terdiam melihat Elon yang mendekati dirinya yang masih remaja. Di layar itu, Elon mendekat sambil menyodorkan setangkai bunga kepada Aneta.
"Gue cinta sama lo. Gue nggak bisa hidup tanpa lo. Sekarang ini gue nggak bisa ajakin lo pacaran karena alasan tertentu, tapi please tunggu gue jadi dewasa biar bisa langsung nikahin lo, Aneta."
Sudut bibir Aneta tertarik ke atas. Dia menutup video itu karena tak ingin larut pada masa lalu. Sebentar lagi dia akan mengenal laki-laki lain dengan lebih serius dan tentu saja akan menjadi calon suaminya karena laki-laki itu telah yakin melamar Aneta. Bahkan laki-laki itu berniat ingin langsung melamar Aneta, tetapi Aneta ingin melakukan satu kali pertemuan dulu karena Aneta ingin memastikan bahwa laki-laki itu memang berniat untuk melamarnya atau tidak.
Laki-laki itu hanya melihat Aneta di foto yang Papa tunjukkan padanya, Aneta khawatir jika saja laki-laki itu akan merasa Aneta tak sesuai dengan ekspektasinya dari segi apa pun terutama saat berbincang. Meskipun Papa mengatakan bahwa laki-laki itu orang baik dan Aneta percaya dengan penilaian Papa, tetapi tetap saja ada rasa rendah diri di hati Aneta.
Papa juga tidak menunjukkan foto laki-laki itu pada Aneta. Apalagi memberikan nomor Aneta pada laki-laki itu. Papa termasuk over protective dan jika laki-laki itu ingin bertemu dengan Aneta, maka harus ada Papa di antara mereka berdua selama Aneta dan laki-laki itu belum sah dalam pernikahan.
Ini memang terlalu tiba-tiba. Bahkan Aneta belum tahu nama laki-laki itu. Aneta hanya tahu bahwa Papa pernah menjadi dosen laki-laki itu semasa kuliah.
Aneta ke tempat tidurnya dan menjatuhkan diri. Dia menatap langit-langit kamar sambil merenung.
Apakah dia benar-benar siap untuk menikah?
TOK TOK. Suara pintu kamar Aneta yang diketuk membuat perempuan berambut panjang itu menoleh. Mama membuka pintu dan menatap Aneta sambil menghela napas, lalu tersenyum.
"Kamu nggak siap-siap? Bentar lagi calon kamu datang, loh," kata Mama, menggoda.
"Ma, nggak usah ngejek gitu, ih."
Mama tertawa kecil, lalu memasuki kamar dan duduk di tempat tidur Aneta. Dia merapikan rambut Aneta. "Nggak dandan?"
"Kan cuma mau kenalan hari ini."
"Mandi?"
"Udah, Ma."
"Sisiran?"
"Udah. Ini rambut aku halus."
"Nah, sekarang pakai jilbab dan pakai pakaian tertutup," kata Mama sembari melirik pakaian yang ada di samping Aneta yang sudah Aneta siapkan sejak semalam. "Kamu nggak akan buat calon kamu nunggu lama cuma karena kamu ganti baju, kan?"
Aneta menatap mamanya. "Bukannya datangnya habis duhur? Ini masih pagi...."
"Ini udah jam berapa, loh?"
Aneta melirik jam dinding dan membelalak. Jarum pendek sudah menunjuk di angka 12. "Kok waktu cepet banget, sih? Aku shalat dulu, Ma!" seru Aneta sambil bangun dari tempat tidur untuk mengambil wudhu.
***
Aneta menutup auratnya, tetapi masih belum sesempurna Mama. Saat bekerja pun, dia masih mengenakan celana. Walau begitu, dia masih berusaha untuk menutupi dadanya dengan hijab mainstream dan memakai celana maupun baju yang longgar.
Hari ini, Mama menyarankan Aneta untuk memakai baju terusan. Walau tak ada acara apa pun dan mereka hanya akan bekenalan dan berbincang dengan santai, tetapi Mama menyuruhnya untuk berpenampilan baik.
Mama terlalu senang karena anak bungsunya akan menikah. Juga merasa sedih karena akan ditinggalkan. Meskipun masih ada yang menemaninya, yaitu Vina karena Vina menegaskan bahwa dirinya belum mau menikah, tetapi tetap saja Mama akan melepaskan anak yang sudah hidup bersamanya selama puluhan tahun.
Mama yang antusias menyiapkan makanan kecil dan minuman juga menyarankan Aneta untuk membawa diri saja dan tak perlu repot menyediakan apa pun kepada tamu agar fokus saling mengenal lebih jauh.
Aneta mendengar suara mobil Papa yang tak asing di telinganya bersamaan dengan berhentinya suara mesin motor. Papa dn laki-laki itu telah datang. Aneta juga sudah siap dan memandang dirinya dalam balutan gamis berwarna mauve dan jilbab berwarna latte.
Dia merasa gugup karena akan bertemu dengan orang baru.
"Warna ini nggak terlalu mencolok, kan, Ma?" gumamnya.
"Enggak, kok," balas Mama dan memegang kedua lengan Aneta sambil tersenyum menenangkan. "Ayo keluar. Sepertinya mereka sudah mengobrol di ruang tamu."
Aneta meneguk ludah, lalu mengangguk. Dia merasa lemas karena gugup. Mama menuntunnya menuruni tangga karena sadar anaknya itu sedang gugup sekarang.
Aneta menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan pelan. Dia dan Mama selesai turun dari tangga dan melangkah menuju ruang tamu. Semakin dekat ruangan itu, semakin membuat Aneta merasakan jantungnya berdegup kencang.
Saat ngobrol nanti, pasti udah nggak deg-degan lagi. Aneta membatin.
Pintu penghubung ruang tamu dan ruang sebelumnya sudah terlihat. Aneta melihat punggung laki-laki berkemeja biru tua itu dan membuat perasaan Aneta semakin tak keruan karena laki-laki itu akan menjadi calon suaminya.
"Ah, anak saya sudah datang. Aneta, ayo sini duduk," kata Papa dengan antusias.
Aneta tersenyum kikuk pada papanya yang begitu bahagia, lalu mata Aneta menangkap laki-laki itu menoleh padanya. Aneta pun ikut menoleh pada laki-laki itu.
Senyum Aneta menghilang setelah melihat wajah laki-laki itu. Laki-laki yang sudah lama tidak bertemu dengannya itu tidak banyak berubah. Wajah dan tubuhnya saja yang lebih dewasa.
Laki-laki itu ... adalah cinta pertamanya.
Elon.
SELESAI
🌺
catatan panjang:
ehem gimana? udah ketebak laki-laki itu Elon?
Pengin special part? baca di paling bawah, tapi sebelum itu aku mau sampaikan beberapa hal
sebelumnya makasiiih buat yang sudah baca cerita ini. ternyata aku nulis blooming flowers cukup lama, sekitar lima bulan huh. aku nggak nyangka cerita ini akan selesai juga dan aku nggak tahu lagi deh selain mau bilang makasih sudah menemani Elon-Aneta sampai sejauh ini <3
aku juga mau bilang kalau cerita shadow selanjutnya adalah I'm Yours, You're Mine yaitu cerita Alona dan kakak kelas yang bernama Ozi. Aku baru mulai tulis dan post kisah mereka itu habis lebaran, mungkin sekitar satu atau dua minggu setelah lebaran id fitri 2023. insyaAllah. follow aja wattpad svrinai biar kalau mulai update notif langsung masuk
Kenapa cerita Alona dulu bukan yang lain? Karena aku udah buat urutan jadwal nulisnya dan setelah aku perhatiin itu dimulai dari cerita yang ringan sampai berat (kecuali between the devil yang di awal dan (boy)friend nanti di agak akhir yang jadi obat di antara cerita berat lain) ehh berat yang aku maksud di sini idenya yaa, yang buat aku mikir keras. jadi tunggu ajaa
sebenarnya imyours pengin aku tulis langsung, tapi karena ramadhan ini aku nggak banyak nulis jadi aku fokus di ceritaku yang satunya yang masih on going di wattpad sirhayani yang judulnya Time Paradox
sampai ketemu di cerita lainnya ~
Tentang Special Part [Blooming Flowers]
kalian bisa baca di karyakarsa, seperti biasa. bagaimana pun yang di wattpad adalah cerita utama dan sesuai outline untuk cerita utama. sementara yang di karyakarsa aku tambahin dari alur utama
di special part blooming flowers ini semoga puas <3
Cara baca Special Part Blooming Flowers di karyakarsa: zhkansas 👇
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro