Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

39

by svrinai

part of zhkansas

...

Lagi-lagi hujan.

Aneta menatap rumput liar yang kini panjang dan belum dirapikan di belakang rumahnya. Memandang rumput yang sedang diguyur hujan terasa menyegarkan mata, tetapi di sisi lain hujan tak lagi sama seperti dulu baginya. Hujan akan selalu mengingatkannya tentang Elon dan kejadian malam itu.

Aneta menekuk lututnya dan menaruh kepalanya di atas lutut sambil memegang ponselnya yang menampilkan ruang percakapannya dengan Elon.

Sudah seminggu berlalu dan dia masih belum bisa melupakan kejadian malam itu. Aneta merasa canggung meski berusaha bersikap biasa di depan Elon. Sampai detik ini dia belum menjawab Elon karena Elon juga tidak bertanya lagi. Mereka memang masih sering berpapasan di sekolah, terutama saat di kantin karena Sheila dan Aiken yang bagaikan perangko. Namun, Aneta selalu diam. Sementara Elon hanya menatap Aneta sesekali dan tak mau mengganggu Aneta yang selalu memperlihatkan ekspresi tak nyaman secara terang-terangan di depan cowok itu.

Aneta memiringkan kepala dan mengangkat tangannya untuk melihat pesan yang sudah dia ketik, tetapi tak berani dia kirim. Dia segera menegakkan punggung dan memberanikan diri untuk menekan tulisan kirim.

Beberapa detik berlalu dan balasan dari Elon langsung muncul.

hai.. lo sibuk gak?

nggak kok. nggak sibuk

apa lo udah tau tentang ulang tahun sheila?

ah kayaknya gue sempet denger aiken yang riweh soal itu

udah tau soal beberapa aturannya gak? soal yg datang harus punya pasangan (nggak harus pasangan beneran) dan dresscode putih

oh enggak, kenapa memangnya?

lo mau jadi pasangan gue?

itu, apa lo mau jadi pasangan gue?

mau

Tak ada kata-kata lagi selain jawaban singkat itu. Aneta memegang bagian yang melindungi jantungnya. Dia sulit bernapas setiap kali menunggu balasan dari Elon. Pesan terakhir yang Aneta kirim itu lebih lambat daripada pesan Elon yang menanyakan hal yang sama.

Aneta akhirnya blank. Dia bingung harus bertanya apa lagi sampai akhirnya Elon kembali mengirimkannya pesan.

gue akan jemput lo.

ah, itu udah pasti, kan? nggak mungkin pasangan datang secara terpisah

dan tentang jawaban lo mengenai perasaan gue, apa lo masih belum siap untuk jawab?

gue udah mau jawab, tapi lebih baik saat kita ketemu langsung

perasaan gue nggak enak, anet

***

Acara ulang tahun Sheila berlangsung di rumahnya. Karena musim hujan dan ramalan cuaca yang terkadang meleset dari perkiraan, tak ada acara outdoor dan acara berlangsung di ruang tengah rumah keluarga Sheila yang bisa menampung banyak orang. Ruang tengahnya disulap begitu cantik. Para undangan datang dengan pakaian serba putih kecuali beberapa cowok yang mengenakan atasan putih dan bawahan dengan warna lain. Satu-satunya yang memakai pakaian paling mencolok adalah Sheila sebagai ratu malam ini. Dia memakai gaun berwarna biru laut di pesta ulang tahunnya yang ke-18.

Aneta tak menyangka dia memberanikan diri untuk mengajak Elon menjadi pasangannya di ulang tahun Sheila. Mereka tidak datang bersamaan karena Aneta memutuskan untuk pergi sendiri diantar oleh Vina. Tak mungkin dia dijemput oleh Elon dan menaiki motor besar cowok itu dengan memakai gaun.

Lagipula, dengan begini Aneta bisa punya alasan yang sama untuk tidak pulang bersama Elon. Aneta sudah yakin dengan jawaban yang akan dia berikan untuk Elon jika Elon mengungkit jawaban Aneta lagi karena Aneta tak punya banyak keberanian untuk membuka pembahasan itu lebih dulu.

Aneta sudah tahu sejak awal bahwa akan ada pesta dansa di mana para undangan akan berdansa dengan pasangan masing-masing setelah sang tokoh utama malam itu berdansa dengan pasangannya.

Mereka berdekatan bahkan bersentuhan dan baik Elon maupun Aneta sama-sama teringat lagi momen malam yang masih menjadi penyesalan terbesar dalam hidup mereka berdua. Tangan Aneta berada di pundak Elon. Sementara Elon memegang pinggang Aneta. Mereka berdansa seperti pasangan lain, tetapi Elon memilih di dekat sudut karena tahu bahwa Aneta tak suka dengan keramaian.

Musik klasik yang Aneta dengar itu terlalu mengganggu. Degup jantungnya semakin cepat seiring dengan pikiran aneh yang kembali muncul di benaknya. Aneta menggeleng pelan dan Elon langsung menyadari.

"Lo mikirin apa?" tanya Elon sambil menaikkan alis tinggi-tinggi.

"Enggak mikirin apa-apa," balas Aneta tanpa mau menatap Elon. Tak mungkin dia jujur bahwa terlintas sebuah pikiran kotor di benaknya tentang malam itu.

Elon tersenyum kecil. "Walaupun gue sering lihat lo pakai seragam STARA yang warna putih, tapi lo lebih cantik kalau pakai dress putih gini."

Aneta hampir membelalak. Dia tak mau bicara, takut lidahnya terlilit karena salah tingkah. Elon juga makin tampan dengan kemeja putih dan celana jeans denim yang digunakan cowok itu, tetapi tak berani mengatakannya secara langsung dan hanya dia simpa di dalam hati.

Elon tersenyum getir memandang Aneta yang masih tak mau memandangnya. Cowok itu berhenti bergerak dan membuat Aneta akhirnya menatap tepat ke mata Elon.

Merasa canggung, Aneta menurunkan tangannya dan berhenti di kemeja depan cowok itu. "Kenapa... berhenti?"

"Lo bilang lo udah mau jawab perasaan gue. Tiba-tiba gue pengin dengar sekarang."

"Oh itu," bisik Aneta sambil menatap Elon lekat-lekat. "Setelah mikirin semuanya, ternyata gue tetap nggak mau pacaran. Jadi..., maaf gue nggak bisa nerima lo."

Elon tak terkejut dengan jawaban Aneta. Dia bahkan sudah siap dengan jawaban itu. Justru bagus jika Aneta tak mau pacaran. Dia bisa lega bahwa cowok lain tidak punya kesempatan untuk menjadi pasangan Aneta di kemudian hari.

"Sampai kapan pun lo nggak mau pacaran?"

Mata Aneta sedikit menyipit. "Kenapa lo nanyain hal itu?"

"Mau gue pastiin aja." Tangan kiri Elon naik untuk memegang rambut Aneta yang menutupi pipi cewek itu. "Bukan karena kejadian malam itu, kan?"

"Bukan, kok!" jawab Aneta dengan tegas. Padahal alasannya memang karena kejadian malam itu di antara mereka.

Elon kembali bergerak dan membuat Aneta menyeimbangkan gerakan. "Lo janji nggak akan pacaran sama siapa pun?"

"Iya, Elon."

"Gimana kalau suatu saat gue tahu lo punya pacar?" tanya Elon degan mimik wajah serius.

Aneta berpaling saat kedua tangannya kembali menyentuh pundak Elon. "Itu nggak akan terjadi."

"Gue harap, sih." Elon tersenyum miris. "Kalau lo pacaran sama cowok lain, gue pasti nangis."

Aneta menahan tawanya hingga yang terlihat di wajahnya hanyalah sebuah senyuman tipis.

"Lo nggak nolak gue karena gak suka gue kan?"

Aneta bungkam. Dia tak mau mengatakan perasaannya yang sebenarnya pada Elon karena khawatir jika dia mengungkapkan perasaannya, maka dia akan terpengaruh lagi oleh sebagian kecil dari isi hatinya yang ingin berpacaran dengan Elon.

"Ya pokoknya gitu lah," balas Aneta.

"Gitu lah gimana?" tanya Elon lagi. "Kalau lo nggak mau pacaran, gue bakalan lamar lo langsung kalau lo udah siap nikah."

Aneta membatu.

"Menurut lo gimana?" tanya Elon pelan.

Aneta mendengkus. "Lancar banget lo ngomongnya."

Elon hanya bisa tertawa pendek. Dia merasa ini adalah pilihan terbaik. Status pacaran akan membuatnya merasa memiliki Aneta dan dia tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi ke depannya di antara mereka.

Ah, Elon lupa. Dia tak tahu perasaan Aneta padanya seperti apa. Aneta hanya mengatakan bahwa dia tak mau pacaran.

"Anet, gimana dengan perasaan lo ke gue?" Elon berkata dengan hati-hati.

"Gue punya permintaan."

"Kenapa lo nggak jawab pertanyaan gue barusan?" tanya Elon dengan perasaan sedih. Sikap Aneta yang sengaja mengalihkan pembahasan membuat hatinya tidak nyaman.

Aneta memberanikan diri untuk menatap kedua mata Elon. Dia berhenti bergerak dan membuat Elon ikut berhenti. "Setelah lulus, ayo saling menjauh."

Elon tak pernah menyangka Aneta akan mengatakan kalimat menakutkan itu. "Maksud lo ... apa ngomong kayak gitu?"

"Maksud gue jelas, kok. Ayo saling ngejauh."

"Gue nggak ngerti...."

"Apa itu kurang jelas, Elon?"

Elon bungkam. Aneta menatapnya berani walau di mata cewek itu terdapat air mata yang siap tumpah.

Apa yang dia lakukan pada Aneta malam itu membuat Aneta sangat terluka sampai membuat Aneta tak mau bertemu dengannya lagi setelah lulus SMA? Elon tahu malam itu pasti membuat hati Aneta terluka. Sampai detik ini, Elon juga masih menyesalinya. Namun, jika Aneta terluka karena kejadian itu, tetapi mengapa Aneta masih mau bersentuhan dengannya?

Tiba-tiba terlintas sebuah pertanyaan di benak Elon dan langsung dia ungkapkan pada Aneta tanpa pikir panjang. "Apa lo suka seseorang?"

Aneta terdiam, lalu dia tersenyum miris dengan sebuah pemikiran yang dia pikir akan dia sesali karena akan melukai hati Elon. "Iya, gue suka seseorang." Itu lo.

Aneta sengaja mengatakannya tanpa kejelasan. Dia tak mau mengatakan bahwa seseorang itu adalah Elon sendiri dan membiarkan Elon berpikir bahwa seseorang yang Aneta maksud adalah cowok lain.

"Kenapa bukan dia yang lo ajak ke sini?" tanya Elon dengan berbisik.

"Karena ... dia udah punya cewek," balas Aneta cukup cepat.

Seolah ada batu yang menghalangi jalannya saliva Elon, cowok itu terdiam untuk beberapa saat karena mendengar jawaban Aneta. Walau dia tidak begitu percaya dengan alasan Aneta, tetapi di sisi lain dia juga tak tahu hati Aneta seperti apa. Elon pikir mungkin benar Aneta menyukai seseorang secara diam-diam.

Dia bukanlah seorang yang bisa mengetahui isi hati orang lain.

"Jadi selama ini lo udah suka sama cowok itu?"

"Iya...."

"Apa gue boleh tahu siapa? Apa gue kenal? Apa anak STARA? Tetangga lo?" Elon tak sadar terlalu banyak bertanya.

"Itu privasi gue. Lo nggak kenal dan nggak perlu tahu juga," balas Aneta dengan dingin, membuat Elon akhirnya tak mau mengatakan apa pun lagi tentang hal itu.

Elon tentu saja terluka. Hatinya terasa tidak nyaman sekarang.

"Aneta."

"Hm."

"Maaf karena gue udah ninggalin lo waktu itu," bisik Elon sambil menunduk. "Dan maaf karena gue udah suka sama lo."

Aneta menggigit bibir bagian dalamnya dan berusaha untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Dia memandang Elon lekat-lekat dan berusaha tersenyum ceria. Tangannya menyentuh bahu Elon dan menuntun cowok itu untuk berdansa lagi.

Dia terlalu mencintai Elon, tetapi dia merasa ada yang salah dengan diriya jika berada di dekat Elon seperti ini. Aneta sudah yakin bahwa malam ini adalah kedekatam terakhir mereka.

Aneta terlalu penasaran pada sesuatu yang bersifat dewasa hanya dengan Elon. Walau dia mengatakan bahwa ingin menjauh dari Elon setelah tamat, tetapi aneta tetap akan menjaga jarak dengan Elon sampai dia lulus dari STARA. Dia tak mau kesalahan yang terjadi malam itu kembali terulang lagi dan membuat mereka melakukan hal lebih.

Apalagi malam itu mereka hampir melakukan hubungan terlarang jika saja Elon tidak menahan diri. Karena Aneta sendiri tidak bisa nahan diri. Walau tidak ada kata beruntung dalam situasi mereka, tapi Aneta merasa cukup beruntung karena yang bersamanya malam itu bukan cowok lain.

Semua demi masa depan mereka agar bisa selamat. Mereka masih punya mimpi dan harus mengejar mimpi itu. Rasa sukanya yang berlebihan pada Elon membuatnya jadi bertindak di luar batas.

Malam ini menjadi titik awal bagi Aneta untuk berusaha melupakan Elon.

Tanpa dia sadari bahwa berusaha melupakan seseorang hanya akan membuatnya semakin merindukan orang itu.

Walau begitu, Aneta berhasil menjaga jarak dengan Elon.

Satu tahun kemudian, Elon masih mengirimkan pesan kepada Aneta untuk menanyakan kabarnya. Namun, Aneta tak pernah membalas sama sekali.

Dua tahun kemudian, tak ada pesan apa pun dari Elon lagi karena Aneta sengaja mengganti nomornya dan menghilang dari semua teman SMA-nya.

Hingga akhirnya beberapa tahun kemudian, mereka tak pernah bertemu lagi.

***


 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro