Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36

by svrinai

part of zhkansas

...

Aneta....

Pemilik nama itu segera berpaling. Dia pikir matanya sedang bermasalah sekarang.

"Lo banyak berubah, ya," gumam Aneta. Dia sendiri tak menyangka pemikirannya itu terucap begitu saja, membuat Elon yang awalnya ingin berenang kembali akhirnya punya alasan untuk berbincang lebih lama dengan cewek itu.

"Berubah gimana?" tanya Elon sembari berbalik untuk menatap Aneta. "Perasaan dari dulu gue gini aja."

"Itu ... tato, ya?" tanya Aneta tanpa melihat apa yang dia maksud. "Yang di pinggang lo."

"Salfok, ya?" Elon melihat ketidaknyamanan di wajah Aneta. "Sepertinya lo bisa tahu apa yang tertulis di sini. Kalau lo nggak nyaman, gue bisa hapus kapan aja."

Aneta merasa aneh dengan percakapan mereka. "Maksud gue bukan gitu...."

"Lo nggak suka tato?" tebak Elon yang masih berdiri di tepi kolam. Terus memandang Aneta yang mengalihkan perhatian ke arah lain.

"Enggak.... Maksud gue...." Aneta tak bisa meneruskan kata-katanya. Dia bingung sendiri.

"Iya, sih. Lo mana mungkin suka cowok bertato. Besok gue hapus," kata Elon.

"Maksud gue bukan gitu...," bisik Aneta. "Apa hubungan gue sama lo yang bertato...."

Elon berjalan melewati Aneta setelah mengambil handuknya. "Lo mau di sini? Nggak di dalam aja?"

"Ah, iya, thanks," balas Aneta pelan. "Gue mau di sini dulu."

"Oke."

Setelah cowok itu pergi, Aneta hanya bisa merenung. Perkataan Elon masih terngiang-ngiang di kepalanya.

"Lo mana mungkin suka cowok bertato. Besok gue hapus."

Apa maksudnya itu? Aneta tak mau merasa percaya diri, tetapi ucapan Elon terlalu terang-terangan hingga membuat Aneta terbawa perasaan.

Dia menghela napas panjang. Rasanya aneh. Seperti ada kupu-kupu beterbangan di perutnya. Sensasi menyebalkan itu kembali muncul karena Elon.

Katanya, cinta pertama itu sulit dilupakan. Aneta merasa perasaannya pada Elon belum bisa hilang. Namun, Aneta tak berharap apa-apa pada cowok itu. Saat masih kelas sepuluh, Aneta merasa bahwa Elon mengkhianatinya padahal dia sendiri tahu bahwa Elon tak pernah menyatakan perasaan padanya.

***

Sudah hampir satu jam dan Sheila tak juga memperlihatkan batang hidungnya. Sheila juga tak membalas pesan yang Aneta kirimkan.

Saat ini Aneta duduk di ruang tengah rumah itu dan beberapa saat lalu Elon datang dan duduk di sofa yang berhadapan dengannya. Aneta mati kutu. Dia tak bisa bergerak bebas, hanya menyandarkan punggungnya di sofa dan itu pun kakinya sudah terasa kram sejak tadi. Dia ingin menaikkan kedua kakinya untuk bersila atau berbaring di sana, tetapi tak mungkin dia melakukannya di rumah orang apalagi di depan cowok ini.

"Gue anterin lo pulang aja gimana?" tanya Elon, memecahkan keheningan.

"Ah? Pulang. Nganter ... gue?"

Elon mengangguk. "Nggak tahu mereka ngapain di kamar nggak keluar dari tadi. Sekalian gue mau keluar juga, nggak nyaman bermalam di sini."

Aneta terkejut dengan perkataan Elon yang mengarah ke suatu hal.

"Gue bisa pesen ojek, kok," bisik Aneta.

"Kebetulan gue juga mau pergi. Nggak barengan aja?"

Jantung Aneta berdegup kencang.

"Nggak searah sekalipun gue bisa sempetin buat anterin lo, kok."

Apa sih Elon. Aneta membatin. Sikap Elon yang satu ini ternyata masih tak berubah. Aneta melirik tangga yang tak menunjukkan tanda-tanda kemunculan Sheila dan Aiken.

"Ya udah kalau gitu," kata Aneta.

"Ayo." Elon berdiri. Pakaiannya memang sudah rapi sejak keluar dari kamar karena niatnya memang akan pergi ke markas. Melihat Aneta yang masih sendirian membuat cowok itu mengambil kesempatan yang ada untuk lebih dekat dengan Aneta.

Elon tak bohong jika dia ingin kembali dekat dengan Aneta seperti dulu lagi.

"Eh, kalian mau ke mana?"

Langkah Elon dan Aneta terhenti ketika mendengar suara Sheila. Keduanya mendongak untuk melihat ke tangga di mana Sheila berada bersama Aiken di belakangnya.

"Mau nganterin Aneta pulang," balas Elon sambil memakai helm. Kini wajahnya tak terlihat kaca helm yang gelap.

Aneta salah fokus pada bibir Sheila yang aneh dan sebuah tanda merah di leher cewek itu. Sebagai teman, apakah dia perlu menasihati temannya itu untuk tidak berlebihan dalam pacaran?

"Ya udah. Tolong anterin Aneta ya Elon." Sheila melambai-lambai sambil memutar tubuhnya untuk kembali ke atas.

"Lo nggak pulang?" tanya Aneta cepat.

Sheila hanya mengedipkan mata dan mendorong Aiken untuk kembali ke kamar.

Aneta memegang kepalanya. Pusing. Dia masih saja tak terbiasa dengan dunia Sheila.

"Ayo." Elon mengulurkan sebuah helm half-face padanya. "Bukan punya gue. Punya mantan Aiken yang udah nggak mau dia ambil."

Aneta tak mengerti mengapa Elon harus menjelaskan hal itu. Diambilnya helm berwarna coklat itu dari tangan Elon, lalu dia memakainya dengan cepat.

"Kaitin itunya," kata Elon yang membuat Aneta mengernyit heran. Tiba-tiba saja cowok itu memegang helm yang Aneta pakai dan membuat Aneta jadi mematung. Elon menyatukan pengait helm. Aneta mengalihkan pandangannya ke samping. Dia tak tahu bagaimana ekspresi Elon saat ini karena terhalang oleh kaca yang berwarna gelap.

"Ini kan malam. Apa nggak masalah lo pakai helm yang kacanya gelap kayak gitu?"

"Perlu gue ganti?"

"Kenapa harus tanya gue...," gumam Aneta. Dia masih sulit bergerak karena tangan Elon yang tak juga lepas dari pengait helm. "Tangan lo. Belum ... selesai?"

Elon tak menjawab. Di balik helm dia sedang menahan diri untuk tidak mencubit pipi Aneta yang kelihatan lembut saking gemasnya. Elon menarik tangannya dari pengait, lalu menurunkan visor helm yang dipakai cewek itu. Dia ke kamarnya untuk mengganti helm, lalu kembali dengan helm full face dengan visor bening di kepalanya.

"Tunggu gue di luar," kata Elon dan segera ke garasi untuk mengeluarkan motornya.

Aneta berdiri di dekat pagar sambil menunggu Elon yang sedang mempersiapkan motor. Aneta tak menyangka dia berada di situasi ini. Rasanya seperti mimpi. Padahal baru pagi tadi mereka saling bicara setelah sekian lama seperti orang asing satu sama lain.

Tanpa sadar, Aneta tersenyum. Menahan diri untuk tidak tertawa karena teringat saat di mana dia menangis karena patah hati setelah mendengar kabar Elon yang pacaran dengan kakak kelas. Aneta merasa dirinya kini baik-baik saja. Perasaan yang dulunya berusaha dia hilangkan kini membuatnya merasa tak perlu untuk melakukannya lagi. Keberadaan Elon di dekatnya membuat perasaannya membaik walau Aneta merasa harus beradaptasi dari awal lagi.

Aneta mengusap lengannya sambil mendongak. Awan bersatu di atas sana. Sepertinya hujan akan turun.

Elon menghentikan motornya di depan Aneta. Cowok itu mengulurkan tangan. "Ayo, pegang."

"Buat apa?" tanya Aneta, bingung.

"Pegangan. Biar naiknya gampang."

Aneta memalingkan pandangannya. Dia gugup. Tangannya menyentuh tangan Elon yang dingin. Elon menahan tangan Aneta ketika Aneta menginjak footstep motor dengan perasaan tak keruan. Cewek itu berhasil duduk di jok belakang dengan sedikit bantuan dari Elon.

"Udah?" tanya Elon.

"Iya," balas Aneta sambil mengangguk kecil. Dipegangnya jaket yang Elon gunakan dengan ragu-ragu. Motor Elon akhirnya mulai melaju dengan kecepatan normal. Aneta terus memperhatikan awan sepanjang perjalanan, khawatir hujan akan menghampiri mereka.

Baru khawatir akan hal itu, hujan deras datang dari arah yang berlawanan. Rasanya seperti sekumpulan es batu yang terus berjatuhan. Aneta paling takut menaiki kendaraan roda dua disaat hujan deras seperti sekarang ini. Dia memegang erat jaket kulit Elon sambil menunduk.

Elon menepikan motornya, lalu berhenti di depan sebuah ruko kosong yang tutup. Cowok itu segera menstandarkan motornya, lalu turun setelah Aneta.

Aneta berlari untuk berteduh sambil melindungi wajahnya dari derasnya air hujan.

"Gue lupa baca perkiraan cuaca!" teriak Aneta ketika Elon berada di sampingnya. "Maaf."

"Hah? Kenapa minta maaf?" tanya Elon, heran.

"Lo lagi kehujanan, kan."

"Gue kan memang mau keluar juga," kata Elon, lalu menatap bibir Aneta yang bergetar. Cewek itu memeluk dirinya sendiri sambil melihat hujan yang semakin deras. Aneta basah kuyup padahal dia duduk di belakang. Sementara Elon, bagian tubuh atasnya tak terlalu basah karena terlindungi oleh jaket kulit yang dia pakai. Elon segera membuka jaketnya, lalu menatap Aneta. "Rentangin tangan!"

"Apaaa?" teriak Aneta sambil menatap Elon yang suaranya tak begitu jelas. "Lo ngomong apa barusan?"

"Rentangin tangan," kata Elon, lebih mengeraskan suara dari sebelumnya.

Aneta melakukan apa yang Elon katakan meski bingung.

Elon segera memakaikan jaketnya di tubuh Aneta hingga jaket itu jadi terlihat kebesaran di tubuh Aneta. "Baju lo basah, tapi setidaknya ini lebih baik daripada nggak sama sekali."

"Iya, makasih...," balas Aneta sambil menunduk.

Hujan makin deras. Arah angin mengarah ke depan ruko, membuat mereka masih terkena hujan. "Hujannya makin deras. Apa terobos aja?"

"Apa itu pilihan baik?" Aneta benar-benar takut naik motor di situasi seperti sekarang ini. Ditambah lagi angin yang bertiup kencang, membuat semua terasa mengerikan di bayangan Aneta.

"Mau nunggu reda aja berarti?" tanya Elon dengan suara keras agar Aneta mendengarnya lebih jelas.

Aneta mengangguk. "Kalau boleh!"

"Oke." Elon berdiri menghadap Aneta.

"Lo ngapain?" tanya Aneta, bingung. Dia tak berani menatap Elon sehingga yang dia lakukan hanyalah menoleh ke samping sambil memeluk dirinya sendiri. "Punggung lo jadi basah, tahu?"

"Nggak apa, kok. Kan cuma air."

"Tapi airnya air hujan!"

Aneta tak mendengar Elon bicara lagi, tetapi cowok itu sedang tertawa sekarang. Aneta ingin mendongak, tetapi dia tidak cukup berani. Sekarang saja jantungnya sedang tidak bisa diajak berkompromi hanya karena Elon berada di dekatnya.

Orang-orang yang tak sengaja melihat mereka pasti berpikir bahwa Elon sedang memeluk Aneta. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Aneta tak menjauh. Tak juga melarang Elon lagi untuk melindunginya. Kedekatan yang perlahan-lahan kembali dimulai di antara dirinya dan Elon, membuat Aneta menjadi tiba-tiba merasa sedih.

Ada rasa takut jika dirinya kembali merasakan patah hati.

***

🌺

Extended Part 36 sudah dan hanya tersedia di https://karyakarsa.com/zhkansas

catatan:

bagi yang kangen kebersamaan Aneta, Elon, Key, Mulyo, Alona, dll soalnya kujuga kangen huhu. extended part 36 isinya masih momen kelas x mereka tentunya. dan ada unsur komedi

CUPLIKAN:

Cara baca:


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro