Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28

by svrinai

part of zhkansas

...

Aneta merasa seluruh tenaganya terkuras habis hanya karena belajar bersama dengan teman-temannya yang hampir semua di antara mereka adalah ekstrover.

Setelah mereka pulang, rumah kembali hening dan Aneta merasa kehilangaan suasana ramai itu. Dia membersihkan ruang tamu dan setelah itu langsung masuk ke kamarnya.

Empasan tubuh Aneta di atas kasur membuat Tata terkejut. Setelah memastikan bahwa yang ada di kamar itu bukanlah sebuah ancaman, kucing putih itu melanjutkan tidurnya lagi di bawah kolong meja.

Mata Aneta berat. Dia juga mengantuk. Sebuah ponsel berdering nyaring, membuat Aneta terkejut. Dia meraba tempat tidur dengan memanfaatkan pendengarannya dalam mencari posisi ponselnya itu. Setelah berhasil memegang benda tersebut, Aneta melihat layar ponselnya dengan malas.

Elon

Nama yang tertera membuatnya langsung terduduk segar. Aneta merasakan jantungnya berdegup kencang selama beberapa saat. Dia menenangkan diri dan segera menerima panggilan itu. "Ha ... lo?"

"Hai?" sapa Elon di seberang sana.

"Ada apa?" Aneta lalu mengeluarkan dugaan-dugaan yang muncul di kepalanya sambil turun dari tempat tidur. "Oh, jangan-jangan lo ketinggalan sesuatu? Apa? Apa?"

Kedua sudut bibir Elon terangkat ke atas. "Sibuk nggak?"

"Enggak, kok. Kenapa?"

"Mau ngobrol aja."

"Udah sampai rumah?"

"Belum. Gue belok ke sekolah."

"Hah? Ke sekolah ngapain?"

"Ya, jalan-jalan aja. Ini lagi di ruangan kelas. Diizinin masuk sama penjaga, tapi cuma boleh di kelas sendiri. Jadi, gue lagi ke IPA 5. Sekolah sepi banget sekarang."

"Oh...." Aneta tak sadar, sejak tadi dia berjalan-jalan memutari kamarnya sendiri. Dia mendengar suara-suara di seberang sana. Suara napas berat Elon, suara langkah, suara kunci, dan suara khas pintu yang dibuka.

"Nih, udah sampai," kata Elon, menuju bagian belakang dan berbaring di lantai yang sudah dibersihkan oleh yang bertugas piket kemarin. "Boleh video call?"

Perkataannya itu tak langsung dijawab oleh Aneta karena Aneta panik. Cewek itu melihat wajahnya di cermin dan merasa tidak percaya diri, membuatnya kembali mondar-mandir di kamarnya itu tanpa sadar.

Tak mendengar balasan dari Aneta, Elon kembali bicara. "Mau lihat Tata boleh nggak?"

Aneta berhenti dan malu sendiri. "Boleh banget!"

Panggilan suara itu beralih ke panggilan video. Aneta menerimanya dengan gugup sambil menjauh setelah menyimpan ponselnya di atas kasur. Diliriknya ponselnya hati-hati, lalu dia mengubah arah kamera menjadi kamera belakang. Dia kembali memegang ponselnya.

Seluruh wajah Elon terpampang di layar, membuat Aneta memalingkan wajah karena salah tingkah. Dia merasa dipandangi dari dekat. Aneta kemudian menyorot Tata yang sudah tidak memejamkan mata lagi. "Dia bangun, tuh. Tadi tidur."

"Halooo, Tataaa?" sapa Elon. Aneta menahan tawa setelah mendengar suara Elon yang sok imut.

"Bentar gue ambil." Aneta menyimpan ponselnya di tempat tidur. Dia mengangkat Tata ke gendongannya, lalu dipindahkannya kucing berbulu putih itu di tempat tidur dan dibaringkannya di sana. Aneta ikut beraring di samping Tata dan memegang kaki depannya.

"Tata lagi mode malas gerak," kata Aneta sambil mengarahkan tangkapan kamera ponselnya pada Tata yang menguap.

"Dia cantik banget, ya." Cowok itu menahan senyum. "Kayak lo."

"Haaah?" Aneta jadi salah tingkah. Perkataan Elon terlalu santai, membuat Aneta malu sendirian. "Apa, sih?" gumam Aneta setelah sibuk mengatur suaranya.

"Ngomong-ngomong, Tata sifatnya kayak lo banget nggak, sih?" tanya Elon.

"Masa? Tapi katanya karakter kucing rata-rata memang mirip sama pemiliknya," balas Aneta, mulai kembali dalam mode santai.

"Eh, beneran?"

"Nggak semua yang gue lihat kayak gitu, sih." Aneta memegang hidung Tata yang basah. "Lo pasti mikir Tata itu betina, ya?"

"Iya, lah." Elon menaikkan alisnya. "Jangan-jangan...?"

"Iya, bener apa yang lo pikirin."

"JANTAN?!"

"Iyaaa." Aneta lalu tertawa membayangkan masa-masa awal Tata bersamanya. "Waktu itu kan Tata masih kecil gue adopsi dari Tante gue. Terus gue masih awam banget soal kelamin hewan. Jadi gue pikir betina."

"Nggak kelihatan bijinya gitu?"

Heh! Aneta terkejut. Oke, mereka sedang membicarakan hewan bukan manusia, tetapi Aneta malu mendengarnya dari Elon langsung.

"Iya, mungkin karena masih kecil. Sepertinya ketutupan bulu," balas Aneta. "Gue kasih nama Tata. Eh, terus gue lihat lama-lama trnyata Tata tuh jantan."

"Tata umur berapa sekarang?" tanya Elon. "Nggak dicariin pasangan?"

"Satu tahun lebih. Tata Uudah disteril dari lama."

Elon shock sebagai sesama jantan. "Nggak ... kasihan? Tata kehilangan masa depan...," kata Elon. Ekspresi terkejutnya belum juga dia kondisikan dan Aneta belum peka akan kekhawatiran cowok itu.

"Tanteku bilang, daripada kesiksa dan stres saat dewasa nanti karena birahi, lebih baik steril sebelum dewasa."

"Ugh." Elon mengeluh seolah dia kesakitan.

"Lo ... kenapa?"

"Gue nggak bisa bayangin apa yang terjadi sama Tata."

Aneta mengernyit, lalu dia membelalak. Dia baru sadar bahwa yang namanya steril itu sensitif bagi kaum laki-laki. "Ya..., mau gimana lagi...." Hanya itu yang Aneta bisa katakan.

"Andaikan bisa milih buat terlahir di dunia ini, gue pengin jadi kucing aja. Pengin di rumah aja, rebahan kayak Tata terus dielus-elus sama pemiliknya, tapi jangan disteril, lah. Ngeri ngebayanginnya."

Aneta menahan tawa melihat Elon yang menunjukkan rasa ngerinya lewat ekspresi dan intonasi suara. "Kerjaannya makan, tidur, poop, main. Udah. Kalau nggak steril ya tambah satu, kawin."

"Eh, di sekolah ada kucing orange nggak, sih? Pernah masuk ke taman, kan. Si Mulyo pernah nginjek tahinya."

"Ah, si oren!" seru Aneta semangat. "Ituuu si oren emang gitu. Si oren mencakup semua yang gue sebutin tadi dan tambah satu lagi, yaitu berantem. Dia suka berantem ngerebutin wilayah dan betina. Gue selalu nyiapin makanan kucing buat dia di tempat yang sering dikasih makan sama anak lain, tapi dia jarang muncul. Pernah tuh dia datang terus badannya luka-luka. Mau kami bawa ke dokter hewan, tapi dianya langsung pergi. Beberapa hari kemudian dia datang lagi tapi lukanya udah mengering, terus mau kami bawa lagi kan, tapi dianya langsung lari ngejar kucing betina. Mau lihat foto-foto yang gue ambil nggak?"

Elon senyum-senyum. "Boleh, dong."

Andai saja cowok itu bisa melihat wajah Aneta saat Aneta bicara dengan penuh semangat, pasti Elon akan merasa bahagia berkali-kali lipat.

Namun, dia tidak bisa memaksa Aneta untuk melihat wajahnya di kamera. Dia tahu Aneta terkadang malu-malu padanya. Maka dari itu, Elon tak ingin menghancurkan momen ini. Kapan lagi dia bisa melihat Aneta bicara panjang lebar seperti barusan.

"Udah gue kirim. Coba lihat. Mukanya songong banget, kan?" Pipi Aneta terasa pegal karena tersenyum sejak tadi.

"Kok mukanya mirip Mulyo, ya?" celutuk Elon, membuat Aneta tak bisa menahan diri dan akhirnya tertawa. "Ah, rasanya pengin ngomongin dia di belakang."

"Ya, coba izin ke mereka dulu," kata Aneta, asal.

"Udah Barusan. Nih, gue kirim SS chat kami. Coba lihat."

Aneta lalu membuka tangkapan layar yang dikirim oleh Elon. Sebuah percakapan grup antara Elon, Rangga, Key, dan juga Mulyo.

Oi oi

Kalian mau gue gosipin ke Aneta ya

Sekalian gue ss chat ini

Key

Widih icikiwir

Mulyo

Ada yang ngobrol nich

Aneta menutup mulut, nyaris saja tawanya menyembur karena melihat foto meme yang dikirim oleh Mulyo di mana di foto itu ada Key yang sedang tertidur dengan mata terbuka dan tertulis di sana "SILAKAN PAK".

Lalu, Key tak mau kalah. Cowok itu mengirimkan foto Mulyo yang sedang mengernyit sambil memanyunkan bibir, lalu tertulis di sana "APAAN TU".

"Pffttt...." Aneta menutup mulut.

"Kenapa?" Perkataan Elon terselip tawa yang juga tertahan.

"Nggak apa-apa," balas Aneta sambil menggeleng kencang. "Emang lo mau gibahin temen-temen lo kayak gimana, sih?"

"Jadi, gini." Mereka lanjut bicara. Bukan lagi Aneta yang bercerita, tetapi Elon yang sedang menggibah tiga temannya tanpa henti.

Aneta merasakan matanya berat. Bukan karena cerita Elon tidak menarik, justru Aneta selalu tertawa dibuat cowok itu, tetapi Aneta mengantuk karena suara Elon yang mengalun lembut seolah-olah sedang menyanyikan lagi Nina Bobo.

Hingga akhirnya, Aneta tak bisa menahan kantuknya lagi. Dia benar-benar tertidur, membuat tangannya tak memegang ponselnya dengan baik sehingga ponselnya itu terjatuh, lalu terbalik dan tersandar di perut Tata yang sedang tertidur.

Arah kamera menyorot Aneta, membuat Elon di seberang sana jadi terdiam kaku.

Apa dia harus segera mengakhiri panggilan untuk menjaga privasi Aneta? Namun, Elon juga menerima bisikan setan untuk tetap memandang wajah tidur Aneta.

Aneta terlalu manis berkali-kali lipat saat tertidur.

"Aneta?" panggil Elon dengan suara pelan. Cowok itu meneguk ludah. "Gue berdosa nggak, ya?" bisiknya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro