Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌼8-Dera dan Keraguan

"Jadi, Kak Dera benar-benar ada gebetan? Apakah itu cinta yang bertepuk sebelah tangan?"

Senyum Dera kembali runtuh saat itu juga.

"Bukankah sudah kubilang kalau itu bukan urusanmu?"

Anya bungkam seketika. "Maaf."

Dera memandang ke luar toko, melihat kendaraan bermotor lalu lalang di jalanan. Sementara Anya masih menatap ke bawah, kemudian, tiba-tiba saja ia mulai mengambil langkah semakin mendesak Dera dengan membuka mulutnya.

"Jika itu adalah perasaan yang belum disampaikan, apakah Kakak tidak akan menyesal?"

Laki-laki itu berjengit. Skak mat, Dera sebenarnya menolak kenyataan itu. Kenyataan bahwa ia dan Stella sempat berpisah saat mereka masih kecil, dan selama itu pula dia merasa rindu dan ingin kembali bertemu Stella. Bahkan setelah bertemu pun, satu-satunya yang menahan Dera untuk menyapa adalah dirinya sendiri.

Kemudian, satu tahun yang lalu, di sebuah acara televisi saat Stella mengikuti lomba perwakilan remaja, Dera mendengar sendiri bahwa jelas, kemungkinan dia akan kembali berpisah dengan Stella.

"Tahun depan aku akan masuk universitas, mengikuti lomba seperti ini di usia remaja membuatku sangat bangga. Ini adalah pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan." Saat itu, Stella mengatakannya dengan senyuman bulan sabit.

Universitas ....

"Nenekku bahkan berkata kalau di usia muda, harusnya kita mengalami banyak hal, selain tumpukan tugas dan memupuk persahabatan, kita juga ... harusnya, memahami tentang cinta." Perkataan Anya membuat Dera kembali menarik dirinya ke masa sekarang, di dalam toko bunga yang berbau harum.

Tiba-tiba saja, seekor burung hantu keluar dari jam dinding berbentuk rumah. Dera menemukan kalau sekarang sudah pukul 7 malam, ia menoleh ke Anya.

"Sudah jam 7, aku harus pulang karena ada PR."

"Ah!" Anya berdiri canggung. "Aku minta maaf jika terlalu lancang dan sok menggurui."

Dera tidak menjawab dan berjalan ke satu-saunya pintu di sana. "Sampai bertemu besok," ujarnya.

Suara bel bergermerincing saat pintu tertutup, Anya kembali duduk dan membiarkan punggungnya melorot di sandaran kursi.

"Hah ...." Anya mendesah. "Apa tadi yang baru saja kulakukan? Dasar, Anya bodoh."

🌼

Dera tidak paham kenapa pertanyaan blak-blakan dari Anya kemarin malam, tiba-tiba jadi membuatnya kepikiran dan bangun dengan keadaan tidak terlalu bersemangat.

Ia yakin kalau ia adalah tipe cowok yang bisa cuek dan bodo amat, yang ia tidak tahu, ternyata kalau soal dia dan Stella, Dera tidak bisa sebodo amat itu.

Semalam, setelah pulang dari tempat tinggal Anya, ia menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Rasanya hanya di saat itu, ia bisa memaksa pikirannya sendiri untuk fokus ke tugas yang berlembar-lembar dengan tenggat waktu yang saling sahut-sahutan, setiap tujuh sampai empat belas hari.

Untuk hal itu, baiklah, ia patut bersyukur, setidaknya sekarang ada dua tugas mata pelajaran kejuruan yang sudah selesai dan memang harus dikumpulkan hari ini. Ada tugas besar untuk merancang bangunan publik yang harus disiapkan sketsa kasar dan daftar analisa kecil-kecilan, sementara tugas kedua adalah tugas berupa presentasi konsep desain interior.

Sejauh ini, Dera bisa survive, mari beri tepuk tangan!

Tugas kedua, bisa ditebak, tentu saja tugas kelompok dengan persentase: 15% anggota lain kerja, dan 85% sisanya kerjaan Dera.

Setelah mandi dan memkaii celana seragan berwarna abu-abu, masih dengan kaos rumahannya, Dera mengambil panci dan menjerang air, lalu menyiapkan teko yang sudah terisi oleh teh kantung. Di dalamnya tersisa sedikit air teh yang berwarna kecoklatan.

"Hmm ...." Dera berpikir sebentar, "Kayanya tehnya nggak perlu diganti lagi."

Ia lalu mengambil sebuah panci lagi, kali ini dengan dua pegangan. Dera agak berjinjit sambil berusaha menggapai bungkus oats yang diletakkan di kabinet di atas kompor. Menu hari ini tanpa ada ayahnya yang memasak di rumah adalah sarapan bubur ayam dari oats, menu paling gampang nomor dua yang bisa Dera masak setelah mi instan.

"Enak!" ujar Dera penuh antusias saat suapan pertama sudah masuk ke dalam lambungnya.

🌼

Ternyata, Dera hanya lupa sesaat. Tak lama setelah masuk area parkir sekolah, cowok itu kembali teringat pertanyaan Anya semalam. Mungkin, semata karena sekolah ini terus mengingatkannya kalau hanya di tempat ini saja, ia bisa bertemu dengan Stella.

Semesta pun rasanya mendukung, setelah Dera memikirkan kalau ia akan bertemu dengan Stella, ternyata dari tempat parkir motor yang terletak di belakang sekolah langsung ramai oleh siul-siulan dan sorak-sorai para pelajar. Saat Dera menoleh, matanya membulat dan tenggorokannya tersekat.

Dilihatnya Stella sedang tersipu malu sambil bolak-balik menyibak rambutnya yang panjang karena terkena angin pagi. Namun, gadis itu kini tidak sendirian atau pun bersama teman-teman perempuannya. Di sampingnya kini berdiri seorang lelaki jangkung-lebih jangkung daripada Dera-dengan wajah oriental dan kulit cenderung lebih putih.

Lelaki itu memasang wajah sebal dan setengah mukanya merah.

"Apa sih lo-lo pada?!" ujar lelaki itu, tak begitu membentak, tapi cukup keras untuk membuat kerumunan makin meninggikan suaranya.

"The ship is being shy everyone! Both of them!" Seorang gadis dengan rambut dikucir satu berteriak, menambah suara elu-eluan dan membuat hati Dera terasa semakin diremas-remas.

"Tinaa!" Stella berlari, lalu segera saja memeluk temannya yang dipanggil Tina itu. "Kamu ya, kenapa sih malah bikin suasana tambah makin jadi kaya anak SD!" gerutu Stella sambil tertawa dan menoyor kepala Tina.

"Aduh sakit!" Tina ikut tertawa.

"Stell, aku ... ke kelas dulu," ujar cowok jangkung itu, terbata-bata dan malu-malu.

"Eeh?" Tina menyeringai. "Cuman "Stell" aja nih, nggak ada panggilan kesayangan?"

"Tinaa!" Stella mencubit kedua pipi Tina dengan gemas.

Sementara cowok jangkung itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, entah karena dorongan apa, tangannya terulur dan mendarat di kepala Stella, lalu mengusap-usapnya pelan.

"Ketemu lagi nanti," ujarnya sambil melihat ke arah lain.

Stella terkejut, mata Tina membulat, kerumuman juga hening, waktu seolah berhenti.

"Cieee!" Seluruh kerumunan kembali dengan sorak sorai mereka.

Bersamaan dengan itu, Dera berbalik dan mengambil langkah cepat. Di balik kacamatanya, ia sedang menahan sesuatu untuk tidak keluar dan mempermalukan dirinya sendiri nanti. Toh, itu cuman 'mantan' sahabat kecil dengan pacarnya.

Ia tampak bahagia, jadi harusnya, Dera ikut senang atas kebahagiaan sahabatnya itu, tapi yang ia rasakan sekarang jauh dari kata senang.

Dera terus berjalan ke kelasnya, tak sadar kalau ia hampir saja menabrak seseorang yang juga sedang terburu-buru. Seseorang itu melihat punggung Dera yang menjauh dengan kebingungan.

"Kak Dera?" gumam Anya yang berdiri kebingungan karena tidak mendapatkan permintaan maaf padahal tadi hampir ditabrak.

Sesampainya Dera di kelas, ia menaruh tasnya dengan sedikit kasar, lalu duduk dan menarik napas, mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Nggak apa-apa, Der?" tanya salah satu temannya.

Dera hanya menggeleng.

"Oh bagus kalau gitu." Temannya mendekat ke bangku Dera. "Gue sengaja datang pagi-pagi nungguin lo doang, mau nyontek PR dong."

Dera mendongak, lalu mendesah kuat-kuat sebelum akhirnya memberikan buku catatan miliknya. Saat teman sekelasnya itu sibuk menyalin jawaban, pertanyaan Anya jadi muncul sekali lagi di dalam benaknya.

Apakah itu cinta yang bertepuk sebelah tangan?

Lalu, pernyataan Stella saat mengikuti lomba menyahut.

'Tahun depan aku akan masuk universitas ...,'

Dera menunduk, kedua kepalan tangannya bergetar.

Benar, kurang dari satu tahun lagi, Dera dan Stella akan kembali berpisah dan mungkin, tidak akan saling bertemu kembali.

Jika itu adalah perasaan yang belum disampaikan, apakah Kakak tidak akan menyesal?

🌼

Nadin Amizah - Bertaut
(Remix by Alphasvara)

🌼

"Bun, hidup berjalan seperti bajingan." ANJAAAY HAZEEEEK INI LAGU RIKUESAN DERA SENDIRI SOALNYA DIA GA BIASA MENYUMPAH WKWKWK

Apa, kaget? Kaget kalau Dera berkata kasar? Teehee, inget, Dera tuh sekolahnya SMK teknik, lingkungannya keras loh wkwk.

Tapi emang b*j*ngan banget ga sih lagi kepikiran crush atau ex crush, eh malah dia muncul beneran, sama pacar baru, terus punya temen juga sama-sama nyebelin wkwk, kek, hidup terasa seperti meledekmu :)) dengan sengaja, tentu saja.

Kira-kira, nanti apa yang akan dilakukan sama Dera, ya, hmm....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro