Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🌼3-Dera dan Pertemuan Pertama

Setelah secarik kertas itu sampai di rumahnya kemarin sore, niatnya, gadis itu tak mau melakukan hal yang malah memperburuk situasi. Namun, ia justru bangun dengan mata bengkak dan sembab saat jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul delapan lebih lima menit! Gawat! Seorang Anya Krisanti biasanya selalu patuh pada alarm, bahkan selama sepuluh hari terakhir, ia selalu patuh pada alarm meski berakhir tidak pergi ke sekolah.

Anya hanya menggosok gigi dan mencuci muka ala kadarnya, lalu kembali memakai seragamnya yang sudah lama hanya ditumpuk di dalam lemari.

Kemarin, tidak, sebenarnya lebih lama lagi, Anya tahu dan sepenuhnya sadar kalau yang ia lakukan akan berakibat sangat-sangat buruk. Setelah neneknya jatuh dari tangga dan dilarikan ke rumah sakit, pikiran gadis itu penuh dengan kekhawatiran.

Saat ia kembali ke rumahnya malam itu, di tengah lampu remang-remang yang baru saja ia nyalakan, matanya memandangi sekumpulan pot-pot yang diisi tanaman berbunga. Kemudian, dia menangis.

Matanya yang berlinang air mata melihat bunga-bunga berwarna-warni yang mekar di sana, sesuatu di dalam pikirannya bertanya, bagaimana jika ia kembali kehilangan sesosok orang yang ia cintai? Gadis itu melemparkan dirinya lebih jauh ke masa lalu.

Bunga-bunga ini dulu dirawat dengan baik oleh dua orang wanita yang ia kenal, dan tentu saja ia cintai. Setahu Anya, toko bunga yang ditempatkan di lantai satu rumah mereka adalah usulan dari Ibunya, sejak awal dibuka, Ibu dan Neneknya yang rajin merawat bunga-bunga di sana. Lima tahun sejak toko bunga dibuka, Ibunya meninggal dunia, saat itu Anya baru berusia sepuluh tahun.

Sepeninggal mendiang Ibunya sampai beberapa menit yang lalu, tinggal seorang wanita saja yang merawat bunga-bunga itu, sendirian. Anya baru berani mengulurkan bantuan-bantuan kecil setelah empat puluh hari peringatan kematian ibunya. Saat melihat bunga-bunga itu, Anya jadi ingin ikut merawatnya, lama-lama ia minta diajari untuk berkebun, selain membantu toko bunga itu agar tetap bergerak.

Neneknya tentu saja tidak mengizinkan anak kecil membawa gunting kebun, bahkan yang ukuran kecil sekali pun. Sebagai gantinya, Anya dapat menyiram dan memupuk tanaman sepengawasan neneknya. Saat umurnya sudah cukup, Ayah Anya berhasil membujuk Nenek agar Nenek mengizinkan Anya menggunakan gunting plastik kecil yang cukup untuk memotong rumput-rumput kecil atau daun yang sudah mati.

Bunga-bunga di toko ini memberikan berbagai macam warna kenangan bagi Anya. Meski begitu, jika ia harus kehilangan Neneknya, ia tidak akan pernah siap. Wanita gemuk berbadan gempal itu sudah bagaikan orang tua baginya, terutama sepeninggal sang ibu.

Malam itu adalah awal mula bagi Anya dalam membuat keputusan. Keputusan yang mengantarnya pada sepuluh hari alfa, secarik surat panggilan orang tua, dan sebuah kalimat yang mengancam beasiwanya.

Kehadiran surat itu seperti menyedot Anya kembali ke realita kalau ia hanyalah seorang murid, seorang pelajar. Apa tugas mereka? Tentu saja, belajar. Namun, Anya malah repot-repot bekerja, mengurusi bunga-bunga dan ... rencananya, ia yang akan melanjutkan sebuah layanan spesial di toko tua itu. Layanan favorit yang mulai dibuka oleh neneknya.

Toko bunga yang diurus oleh mendiang ibu dan neneknya bisa dibilang tidak terlalu ramai awalnya, sampai lima tahun lalu, neneknya menambah satu lagi layanan.

"Bunga untuk pasangan." Begitu ujar neneknya dahulu.

Kedengaran tidak terlalu menarik bukan? Namun, nyatanya, banyak orang yang mampir menggunakan layanan yang dikatakan spesial itu. Di layanan spesial tersebut, selama dalam kurang lebih satu bulan, orang yang menggunakan layanan itu akan datang dan mengobrol bersama neneknya di sebuah ruangan yang tidak boleh dimasuki oleh Anya.

Sebulan kemudian, mata gadis itu terbelalak saat neneknya muncul dari rumah kaca (yang Anya juga dilarang masuk oleh neneknya) sambil membawa sebuah pot yang penuh kelopak bunga yang tak pernah ia lihat. Kira-kira, lebih dari sepuluh kelopak bunga berwarna-warni telah mekar dengan indah. Bunga itu diberikan kepada pelanggan yang kini datang dengan pasangan mereka.

Ketika Anya menanyakan jenis bunga-bunga itu, Neneknya hanya tersenyum dan mengelus puncak kepalanya, lalu mengalihkan topik pembicaraan.

Sejak sang nenek jatuh dari tangga, banyak pelanggan yang masih mencari Nenek, dan dengan berat hati, Anya mengatakan bahwa layanan spesial terpaksa dihentikan sementara. Kemudian, para pelanggan akan diberikan pengembalian uang sebanyak setengah harga yang harus dibayar.

Pilihan yang sulit dan Anya memutuskan itu kurang dari dua puluh empat jam, dan tanpa diskusi dengan Neneknya. Mau bagaimana lagi, Anya sendiri dilarang mengurusi layanan spesial itu. Jika nanti uangnya kurang, baru ia akan menceritakan hal itu ke Ayahnya, atau ia akan mencari pekerjaan lepas yang bisa ia kerjakan.

Namun, belum sampai ke sana, surat dari sekolah keburu datang. Saat ini, Anya mengayuh sepedanya dengan kencang, menyusuri jalanan menuju ke sekolah.

🌼

"Panggilan untuk Tebing Derana dari kelas 12 TGB 2, dimohon untuk menghadap ke Bu Fresya di ruang guru. Sekali lagi-"

Dera mengerjapkan matanya. Dalam hatinya ia bertanya-tanya, ada urusan apa Bu Susan memanggilnya?

"Dera, dipanggil tuh."

Temannya menyikut lengan Dera. Meski masih bingung, ia mengangguk dan mulai berjalan ke luar kelas. Saat ini adalah jam istirahat kedua, Dera baru saja kembali dari kantin, bahkan baru saja melahap dua bungkus risoles isi mayonais dan sosis saat tiba-tiba ada panggilan untuk dirinya, menggema lewat speaker yang dipasang di sekolah.

Dera mengambil ponselnya dan mencari kontak seseorang di WhatsApp. Matanya segera menemukan seseorang yang ia cari, kontaknya diberi nama "Tante Fresya" oleh lelaki itu. Ia memang punya seorang Tante yang sudah lama mengajar di SMK tempatnya mengenyam pendidikan sekarang.

"Assalamualaikum, Tante, ada apa ya?" Pesan itu segera dikirim.

Tak butuh waktu lama, tombol centang di layar ponselnya segera berubah warna dari abu-abu ke biru muda.

"Ke ruang guru aja dulu ya, nggak sibuk, 'kan?"

Dera baru mau membalas saat satu pesan obrolan kembali muncul.

"Sebentar aja."

"Ya." Dera membalas singkat, lalu fokus ke jalan.

Saat matanya kembali memandang ke depan, ia terkejut dan hampir kesulitan mengendalikan dirinya, sementara seorang gadis yang ada di depannya rasanya juga sempat terperanjat. Wajar saja, tadi mereka hampir bertabrakan, dan Dera malah mematung, bukannya segera minta maaf.

"Ah, maaf! Tadi aku mau ngingetin kamu, tapi kamu malah kaget!" Gadis itu menundukkan kepalanya.

"Oh ... ah! T'rims ... eh, maksudku, nggak apa-apa." Ngomong apa sih , Der? Berantakan banget kaya masa depan? "Eh, maksudku, harusnya aku yang minta maaf soalnya meleng!" Akhirnya, Dera bisa mengucapkannya dengan cepat, seperti rapper kelas dunia.

Jika yang hampir ia tabrak adalah murid biasa-biasa saja seperti dirinya, Dera tidak akan salah kaprah seperti ini, toh dia juga yang salah. Masalahnya, yang hampir ia tabrak adalah gadis itu, gadis yang selalu ia lihat dari kejauhan.

Gadis itu adalah Stella.

"Hati-hati, ya!" Gadis berambut panjang bergelombang itu tersenyum dan berpamitan lebih dulu.

Dera membalas dengan anggukan. Setelah sekali embusan napas panjang, ia segera berjalan cepat menuju ruang guru. Di sana ia segera melihat Bu Fresya-yang juga adik dari ibunya itu-melambaikan tangan.

"Ayo ikut Ibu ke ruang konseling."

Cowok itu mengekor dari belakang, menuju ke salah satu pintu yang juga tempat untuk koridor sepanjang enam meter, juga dua ruangan konseling, yang menghubungkan ruang guru dengan pintu ruang guru BK.

Di ruang konseling terdekat, Bu Fresya mendorong pintu dan mempersilakan Dera untuk masuk setelah dirinya.

Mata Dera segera bertumbuk dengan mata seorang siswi lain yang rasanya belum pernah ia temui.

"Nah, Dera. Ibu tidak akan lama-lama." Bu Fresya berdiri di balik meja, belum mempersilakan Dera untuk duduk. "Dera, mulai sekarang, kamu harus jadi mentor untuk adik kelasmu ini, namanya Anya."

Dera dan gadis berambut sebahu di depannya saling bertukar pandang dan saling mengerjap.

"Maaf, bagaimana?" tanya Dera dengan mata berkedut, heran dan kebingungan.

🌼

Hal yang Indah Butuh Waktu untuk Datang - Idgitaf (lofi remix by Alphasvara)

🌼

Haii! Ketemu lagi sama akuu! Sebenarnya, rencananya aku mau memasukkan kalian ke konflik itu di bab 3, tapi kayanya agak gagal karena kayanya molor di bab 4 :") well, tapi akhirnya kita bertemu dengan Anya! Yang artinya kita udah nyampe interlude, dugun-dugun bentar sebelum masuk pertunjukan utama kita!

Siapa yang gak sabar? Angkat tangan di komentar coba.

Also, mulai tanggal 1 Mei harusnya udah mulai MWM, event maso dari grup NPC2301 , kalian bisa expect aku mulai update bab baru tanggal 1 Mei atau paling lambat tanggal 3 Mei, mohon semangati akuu!!

Btw lagunya mungkin kaya kurang pas ya? Wkwk tapi judulnya tepat sih untuk menggambarkan "fase" kita sekarang, sedang menunggu sesuatu untuk datang :) juga seakan menghibur Anya, kalau ada waktu indah yang bakal datang buatnya.

Oke deh, cukup di sini dulu yak. Sampai ketemu di bulan Mei!

🌼

Saat bab ini diunggah, kapal selam KRI Nanggala 402 telah dinyatakan SUBSUNK alias tenggelam (setelah hilang kontak kira-kira sejak tanggal 20 April 2021) dan dalam status "On Eternal Patrol" alias berpatroli untuk selamanya (tanpa pernah pulang) .

Fair wind and following sea, sailors! Mari berdoa untuk korban KRI Nanggala 402 dan keluarga korban yang ditinggalkan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro