Klootzak
“Bang Somay-nya seperti biasa ya 2, Kecapnya dikit cabenya seabrek,” Pesan Diana kepada bang Pirdaus penjual somay langganannya yang biasa mangkal diperempatan jalan mawar.
“Eh ada Neng Nisya dan neng Diana, Monggo silahkan duduk neng,” Pirdaus mempersilahkan Nisya dan Diana duduk dikursi kayu dibawah pohon rindang yang sejuk.
Nisya dan Diana teman dekat sejak dulu, Nisya bernama lengkap Anisya Salsabila merupakan anak tunggal kesayangan datuk Meringgi pemangku adat Dusun Tengah. Sedangkan Diana gadis berketurunan campuran Indonesia-Belanda yang sudah menetap di Dusun ini sejak 10 tahun terakhir. Ayah Diana asli Belanda yang merupakan saudagar kaya raya dan menikahi gadis lokal hingga akhirnya lahirlah seorang putri yang diberi nama Beatrix Diana Voldemond.
Sore ini matahari senja bersinar indah, namun tidak seperti biasanya terlalu banyak orang berlalu lalang dengan wajah panik tergesa-gesa. Warung Pirdaus juga lebih sibuk dari biasanya, ramai orang-orang bercerita dan menyebut istilah Klootzak.
“Sya, ini ada apa sih ? kok sepertinya ramai sekali dan Klootzak itu apa sih ?” Tanya Diana kepada Nisya karena merasa bingung dengan apa yang dibicarakan netizen-netizen meja sebelah.
“Kamu benaran gak tau Di ? tadi pagikan ditemukan lagi mayat didalam karung goni dalam kondisi yang sama tersangkut diakar pohon pinggir sungai. Ana korbannya, sejak jazad Ana ditemukan Ani pingsan tidak sadarkan diri sampai sekarang, hampir 11 jam.
Semua warga khawatir dengan keadaan Ani yang ditinggal pergi saudara kembarnya” Nisya menjelaskan kepada Diana tentang apa yang terjadi.
Sejak penemuan mayat tadi pagi, warga kembali heboh dan semakin panik dengan apa yang saat ini terjadi, warga desa menyebut si pelaku dengan istilah Klootzak yang artinya bajingan dalam bahasa Belanda. Istilah Klootzak menjadi Viral diperbincangkan warga setempat, melambangkan manusia bajingan, brengsek, penjahan kelamin dan psikopat berdarah dingin.
***
Riri yang sempat shock dan panik dengan kejadian semalam semakin kesal karena dia tidak dapat melihat wajah pelaku yang sudah membrutal membunuh Ana tanpa ampun. Pasalnya, ketika hari mnejelang fajar dan sesaat setelah karung goni berisi mayat Ana dihanyutkan kesungai manusia bertopeng itu langsung pergi bergegas lari masuk kedalam hutan hingga Riri kehilangan jejak dan dengan terpaksa ini harus kembali ke Dusun Tengah.
Seorang pria berbadan tinggi kurang lebih 170 cm, rambut rada ikal, tidak terlalu kurus dan berdada bidang- itulah bentuk tubuh yang dapat diingat oleh Riri tentang pelaku pembunuhan itu. Sesosok manusia berjubah hitam dan bertopeng tengkorak yang hanya menutupi matanya masih teramat jelas diingatan Riri. Kepuasan saat ia menikmati tubuh Ana, Mencongkel kedua bola matanya dan detik-detik ketika sebilah bambu menyabet dengan mulusnya keleher Ana hingga terkulai dan nyaris putus, akan menjadi mimpi buruk Riri dalam perjalanannya menjelajahi Dimensi ini.
***
“Ini pesanannya sudah jadi neng, silahkan dinikmati,” Pirdaus datang menghampiri Nisya dan Diana yang tengah asik mengobrol.
Mereka berdua hanya tersenyum menyambut semangkok somay yang diberikan Pirdaus kepada mereka, Pirdaus berlalu meninggalkan 2 gadis cantik itu kembali kegerobak dan membersihkan piring-piring yang kotor.
Riri yang berada disana saat itu hanya terduduk diakar pohon jati yang rindang, menghempaskan segala pikirannya yang ada dibenaknya tentang kejadian semalam. Riri asik bergulat dengan pikirannya mencari solusi tentang tragedi yang terjadi di desa ini. Belum kelar berdebat dengan pikirannya, tanpa sengaja Pirdsaus yang tengah membereskan piring-piring menarik sebuah kain dari dalam kerobaknya tetapi sepertinya ia salah menarik kain hingga membuatnya bergegas menyimpan kembali kain tersebut. Sontak kejadian itu membuat Riri terkejut, pasalnya kain yang tidak sengaja ditarik Pirdaus hampir serupa dengan Jubah yang dikenakan Klootzak yang dilihat Riri semalam.
Jantung Riri berdegup kencang, tangannya kembali bergetar dan lututnya melemah. Pikirannya bercampur aduk hingga rasa curiga terpupuk dihatinya. Apa mungkin Pirdaus yang menjadi Klootzak yang selama ini meresahkan masyarakat, kalau iya kenapa ia melakukannya, lantas apa tujuannya ? berbagai pertanyaan melintas secara tiba-tiba dibenaknya.
Teet teet!
Suara klakson sebuah mobil membuyarkan lamunan Riri, sebuah mobil hitam khas Belanda berhenti tepat didepan warung somay Pirdaus. Saat mobil berhenti, keluar seorang pemuda berumur kurang lebih 20 tahun. Bertubuh putih, berbadan tinggi, hidung mancung, matanya tidak terlihat penuh karena tetutup oleh rambut. Ternyata ia kenalan Diana, senyumnya begitu manis berjalan kearah Diana dan Nisya.
“Hoe gaat het met jou Diana, Lange tijd niet gezien,” (bagaimana kabarmu Diana, lama kita tidak berjumpa : bahasa Belanda) Sapa laki-laki itu pada Diana.
“Eh Hi Awhal, Het gaat prima met mij. Leuk je te ontmoeten,” (Eh hai Awhal, kabar baik. Aku senang bertemu denganmu lagi) balas Diana dalam bahasa yang sama.
Hanya berbincang sebentar, Diana dan Nisya pamit pulang kepada Awhal karena mengingat hari akan segera malam dan bahaya jika masih berada diluar rumah. Nisya dan Diana meletakkan mangkuk somay yang telah kosong dan membayarnya lantas bergi berlalu. Pirdaus, Awhal dan warga lain juga bergegas bersiap menuju rumah masing-masing.
Belum selesai Riri memikirkan Pirdaus, pandangannya teralihkan oleh Awhal. Awhal Van Overstressein, putra dari Residen Kontrolir atau biasa disebut demang (istilah saat ini Gubernur, penjabat yang memimpin provinsi) kompeni asli Belanda yang memimpin Jambi. Ketika Awhal berlalu, Riri baru teringat kembali akan Pirdaus yang membuatnya curiga. Sayang, Pirdaus sudah menghilang dari tempatnya tanpa jejak. Desa mendadak sepi, awan mulai menghitam. Kicauan burung menghantarkan pulangnya matahari kearah barat. SIAL, gumam Riri dengan kesal.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro