Intermission
Nisya yang dalam keadaan pingsan tidak mengetahui apa yang terjadi kepadanya setelah itu. Saat tersadar, ia sudah berada dibawah sebuah pondok dengan kedua tangan terikat dikaki pondok.
Dari sana ia mendengar gemercik suara air, sepertinya ia berada dipinggir aliran sungai Batanghari. Suasana sekeliling gelap, hanya ada sebuah lampu teplok yang menerangi sekitar pondok. Sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan disekeliling pondok. Nisya kebingungan dan berusaha melipaskan diri dari ikatan, tapi rupanya ikatan itu terlalu kuat hingga Nisya memberontak kira dan kanan dan menimbulkan suara berisik.
Dreet dret!
Tangga berderit ketika seseorang turun dari pondok, Nisya terkejut bukan kepalang. Orang yang turun dari tangga mirip dengan seseorang yang menghampirinya sesaat sebelum ia jatuh pingsan.
“Si..si..siapa kamu ?” tanya Nisya kepada seseorang yang berjalan mendekatinya.
“Bukankah aku sudah tenar dikalangan kalian. Aku, Klootzak. Orang yang setiap hari selalu kalian perbincangkan. Tapi, aku suka akan julukan yang kalian berikan,” Ia tersenyum duduk disebelah Nisya sambil memegang bilah bambu andalannya.
Nisya yang masih dalam kondisi terikat seketika bergetar ketakutan, ia menangis dan memohon-mohon akan dilepaskan.
“Tenanglah Nisya, kau kira aku akan dengan mudah melepaskanmu setelah apa yang dilakukan ayahmu terhadapku,”
“Lihat ini,” Klootzak melepaskan jubah hitamnya dan menunjukkan tangan kirinya yang tersambung kayu dari siku hingga jari-jari.
“Kau tau Nisya, Setengah mati aku berusaha bertahan hidup setelah melompat kedalam sungai setelah tanganku dipotong oleh anak buah ayahmu,”
“Tapi, kau yang salah Klootzak. Kenapa kau memburu para gadis dan membunuhnya dengan sadis. Dasar biadab,” Nisya berteriak dan semakin memberontak.
Klootzak kesal dengan ocehan Nisya hingga diciumnya bibir perempuan cantik itu dan membuatnya terdiam. Nisya berusaha melepaskan diri, tapi dengan cepat tangan Klootzak memegangnya dengan erat membuatnya tidak bisa bergerak.
Traaak! Klootzak mengginggit bibir bagian bawah Nisya hingga robek. ia berteriak kencang memecah kesunyian malam. Darah segar mengalir dari mulutnya, ia hanya bisa meringis menahan rasa sakit.
“Asal kau tau Nisya, aku tidak suka perempuan yang cerewet sepertimu,” Kata Klootzak sambil mengingkat mulut Nisya dengan seutas kain.
Malam semakin malam, emosi Klootzak semakin memuncak. Ia mendekat kearah Nisya, dipandangnya tubuh Nisya lekat-lekat. Tangannya mulai bergerak menyentuh tubuh perempuan itu, perlahan membuka kancing baju Nisya dengan tatapan yang haus.
Nisya memberontak ketika tangan Klootzak menyentuhnya. Meronta-ronta seakan ingin berteriak, namun mulutnya terikat rapat hingga tak bersuara. Dari matanya keluar bulir-bulir air yang mulai membasahi wajah ayunya.
Baju atas Nisya sudah terbuka sempurna hingga tidak ada lagi yang menutupi tubuhnya, dengan cepat tangan Klootzak menarik kain jarik yang dipakai Nisya dan melemparnya kebelakang.
Senyum mengambang diwajahnya saat menatap tubuh Nisya yang tanpa secuil busana menutupi dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak butuh waktu lama, Klootzak sudah menjamah tubuh Nisya pada setiap incinya seolah menumpahkan seluruh hasrat gairah terhadap Nisya.
Ditengah hutan yang rimbun, terdengar suara hewan malam mengiringi dan mempersyahdu aksi Klootzak pada malam ini.
Menit permenit sudah berlalu, Klootzak masih terbuai dalam nuansa keindahan hingga tidak menyadari sudah hampir 3 jam ia menikmati tubuh Nisya. Setelah dirasa puas, ia perlahan berhenti dan meraih baju dan celananya yang tadi ia lepaskan. Klootzak pergi meninggalkan Nisya dalam rasa sakit yang teramat melangkah menaiki anak tangga menuju keatas pondok.
Dreeet!
Tangga kembali berderit ketika Klootzak menurungi anak tangga dan membawa sesuatu dari tangannya. Berjalan mendekat kearah Nisya yang masih menangis menahan rasa sakit. Matanya berbinar, senyum manis terpampang diwajahnya yang terlihat dari sorotan cahaya lampu yang remang.
“Hey Nisya, Bagaimana rasanya ? menarik bukan, aku sangat puas malam ini dibuat olehmu Nisya. Tenang saja, aku akan segera mengakhiri penderitaanmu,” Klootzak menatap Nisya seraya membuka ikatan dimulutnya.
“Kumohon Klootzak, lepaskan aku,” Nisya memohon kepada Klootzak yang terlihat tidak mendengar keluhannya.
Klootzak masih terdiam, ia menggenggam kembali bilah bambunya. Diletakkanya diarea perut Nisya dan membuat gesekkan gesekkan pelan hingga semakin membuat Nisya semakin ketakutan.
Jleeeb! Ujung bambu dengan lembut masuk menusuk tengah-tengah perut Nisya.
Nisya berteriak kesakitan ketika darah menyembur dari luka tusukan diperutnya. Darah membasahi tempat Nisya terbaring.
“Haha, aku suka sekali dengan suara teriakanmu Nisya, sungguh indah didengar,” Suara bahagia Klootzak melihat penderitaan Nisya.
Tangan Klootzak bergerak menggeserkan bilah bambu ke kanan sedikit miring kearah jam 5 hingga menyebabkan luka robekan yang parah pada bagian perut Nisya. Nisya semakin meringis dan menjerit kesakitan, semakin ia meronta ronta semakin banyak pula darah yang menyembur dari perutnya.
Tangan Klootzak berhenti ketika bambu mentok mengenai tulang pinggulnya, tangannya kembali membuat kerakan lurus kekiri kearah jam 9 dan kemudian digerakkan lagi keatas ketempat awal ia membuat tusukan. Darah semakin mengalir, Nisya semakin melemah, napasnya sudah tinggal satu satu. Antara hidup dan mati.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro