Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab Dua Puluh Enam

Kamis

"Nah, itu dia," ucap Rama masih melihat ke arah pintu.

Di ambang pintu cafe terlihat seorang perempuan yang penampilannya tidak berubah sama sekali sejak dulu.

"Sudah sampai di mana?" tanya perempuan itu—Kate.

"KATE!" seru Rick lalu tos dengan Kate. "Kangen tau."

"Kangen kenapa? Perasaan belum sampai sebulan," jawab Kate.

"Kangen liat lu sama Joy ribut," jawab Rick lalu terkekeh.

Kate hanya menatap Rick datar lalu mengalihkan pembicaraan. "Rama bilang ada masalah. Coba ceritakan bagaimana kejadiannya."

Rick pun menceritakan seluruh kejadiannya. Mulutnya hampir berbusa karena menceritakan kisah yang sama sampai dua kali. Anggota seperti Rama dan Shena sudah bosan mendengarnya.

"Oke," jawab Kate setelah mendengar seluruh cerita Rick. "Dari mana kata 'halusinasi' itu berasal?"

Dion mengangkat tangannya—mengajak Kate untuk tos. Kate pun dengan cepat membalasnya.

"Gue gak nyangka, jalan pikiran kalian sama," ucap Shena.

"Setelah Kate keluar, rasanya ada dua Kate yang bergabung," ucap Rick lalu tertawa. "Shena tambah Dion sama dengan Kate."

Kate hanya tersenyum mendengar ucapan Rick. "Rick, apa yang kalian  berdua bicarakan sebelumnya? Sebelum Jenna menyuruh untuk membawa kardus?"

"Gue terlihat murung hari itu. Ia pun menawarkan teh. Ia memang baik se--"

"NAH!" teriak Kate. "Teh itu!"

"Teh itu kenapa?" tanya Rick.

"Lu gak curiga kalo di tehnya ada obat?" tanya Kate.

"Tidak." Rick menggeleng. "Lagipula obat apa? Masih zaman ya naruh obat-obatan di teh? Maksudnya kayak racun gitu? Kayak sianida? Eh? Apaan sih?"

"Pikiranlu benar-benar kacau, Rick. Tidak heran Jenna berpikir kalo lu halusinasi," ucap Dion lalu menghela napas.

"Hoi! Jadi sekarang elu berpihak pada Jenna?" tanya Rick setengah kesal.

"Tidak juga."

"Kayaknya lo bener, Kate. Di tehnya ada obat yang menyebabkan halusinasi," ucap Rama. "Apa sih itu sebutannya?"

"Halusinogen," jawab Dion.

"Iya, iya, yang juara Fisika," kata Rama.

"Fisika sama halusinogen apa hubungannya?" tanya Dion.

***

Jenna berlari dari Ruang OSIS menuju depan toilet.

"Apa jeritannya dari mainan? Kalian tahu mainan yang terdapat sensor? Jika kalian melewatinya, maka mainan tersebut akan mengeluarkan suara," ucap Dion.

Jenna menepuk pipi kirinya.

Tidak mungkin, batin Jenna.

Jenna pun memasuki toilet itu. Tetapi, tidak ada suara jeritan lagi. Tidak ada suara kikikan lagi. Ia tidak tahu harus melakukan apa-apa.

Ia pun melihat seisi toilet. Tidak terlihat adanya mainan yang dimaksud Dion itu. Jika ada pun, pasti jeritannya terdengar lagi, bukan?

Sial, yang benar saja! Joy bahkan tidak bicara apapun padaku, umpat Jenna dalam hati.

Setelah memastikan lagi bahwa tidak ada sensor atau apapun semacam itu, Jenna pun keluar dari toilet. Mungkin ia berpikir barusan adalah hal paling tidak berguna yang pernah ia lakukan seumur hidup.

Saat Jenna memeriksa Ruang OSIS, para anggota sudah tidak ada di sana. Ia pun membuka komputer yang terhubung dengan CCTV di sana. Jenna tersenyum saat tahu di mana mereka berada sekarang.

Jenna segera berjalan keluar dari gedung sekolah. Ia melihat ke arah tempat di mana para anggota berada sekarang.

Beberapa saat kemudian, ada seorang perempuan berpakaian seragam sekolah sedang berdiri di ambang pintu. Seragamnya sama dengan yang digunakan oleh Jenna sekarang. Tetapi, melalui kaca cafe, para anggota sudah lengkap. Siapa lagi yang mau datang ke cafe itu? Melalui penampilan belakangnya, banyak yang memilikinya. Benar-benar pasaran.

Setelah perempuan itu masuk ke dalam cafe, terlihat para anggota yang menyambutnya meriah. Jenna menelusuri penampilan perempuan itu. Perempuan itu langsung dikenali Jenna saat menoleh ke samping—sisi samping yang hanya dimiliki Kate.

Jenna pun mematung saat mengetahuinya. Jika ada Kate, maka seluruh rencananya tambah hancur. Joy sudah menceritakan seluruh pengalamannya kepada Jenna. Kate adalah satu-satunya orang yang menghancurkan segalanya—meski Kate juga dicurigai.

Ponsel Jenna berdering. Jenna mengambil ponselnya yang berada di saku roknya. Tetapi, saat ia mengeluarkan ponselnya, sebungkus plastik ikut keluar dan terjatuh. Isi dari plastik itu sudah tercampur dengan tanah—bubuk putih.

Jenna berjalan pulang sambil berbicara di telepon. Ia tidak peduli dengan bubuk yang jatuh itu. Lagipula, semut mungkin akan menjadikannya makanan.

"Halo, Joy."

[Semuanya lancar?]

"Tidak juga."

[Ada apa?]

"Kate ikut campur lagi."

Call has ended.

***

"Sebenarnya, kita bisa memojokkan Jenna," ucap Kate.

"Memojokkan? Apa terlalu kejam?" tanya Rama.

"Lebih kejam dia, kan? Ia bahkan menjebak Rick," jawab Kate.

"Bagaimana caranya?" tanya Shena.

"Pertama, pasti adik kelas tidak mungkin berani melawan kakak kelasnya. Jenna merupakan adik kelas kalian, kan?" Kate menatap Rick dan Rama bergantian.

"Ya, lalu?" tanya Rick.

"Seharusnya jika kalian langsung menuduh Jenna yang tidak-tidak, ia akan merasa bersalah," lanjut Kate. "Kalian bisa saja mulai dengan membicarakan teh yang dicampur dengan obat itu."

"Ya, lalu?" tanya Rick.

"Kedua, ia seperti kehabisan kata-kata saat kalian membicarakan legenda tadi, kan? Ia bahkan pergi begitu saja. Gue rasa, dia sudah takut. Atau mungkin ... ia meminta bantuan kepada Joy?"

"Meminta bantuan kepada Joy? Untuk apa?" tanya Rama.

"Gue sering dengar Joy berbicara dengan Jenna di telepon. Tetapi, setelah mereka saling sapa, Joy segera mencari tempat sepi untuk menelepon," jelas Kate.

"Privasi orang. Gue kalo nelpon juga gitu," ucap Dion.

"Gue ngerti kalo itu privasi. Tapi masa sampai bertelepon di Laboratorium IPA? Segitu privasinya kah?" kata Kate.

"Memangnya kenapa di sana?" tanya Dion.

"Laboratorium kan hanya formalitas. Tempat itu tidak pernah digunakan. Tau kan seberapa privasinya jika berada di sana? Tidak ada satu pun orang yang sudi menginjakkan kaki di sana."

Dion terkejut. "Kata Rick, ruangan itu pernah dipakai."

"Kata Rick?" Kate menoleh ke arah Rick. "Info dari mana?"

"Buku legenda," jawab Rick cepat.

"Hei, laboratorium itu benar-benar tidak pernah digunakan. Yang terpenting, laboratorium itu tercantum di daftar fasilitas sekolah. Sekolah melarang murid untuk belajar di sana dengan halus. Mereka membuat legenda tentang laboratorium, agar tidak ada yang menggunakannya," ucap Kate.

"Padahal laboratorium adalah tempat belajar favorit murid," gumam Shena.

"Kenapa juga harus laboratorium? Kenapa tidak Ruang BK yang terkutuk itu saja?" protes Rama.

"Dan juga mesin penggi--" sahut Shena yang langsung mendapat jitakan dari Rick.

"Gue rasa, kepala sekolah kita terlalu banyak menonton film horror. Biasanya, Laboratorium IPA selalu dijadikan ruangan seram di film. Mungkin itu agar sekolah kita mendapat kesan mistis," ucap Kate.

"Padahal tanpa ruangan itu pun, kita sudah mendapat kesan mistis," ucap Rama. "Percaya gak percaya, gue pernah ngerasain kalo 'mereka' ada di sekolah."

"Setiap tempat pasti ada, Ram," ucap Dion.

"Tidak. Bukan seperti di tempat lain. Di sekolah, rasanya 'mereka' ingin memberitahu kita sesuatu. Mungkin kekuatan mereka kurang, sehingga pesan itu tidak tersampaikan," jelas Rama.

"Kepala sekolah ... saya mohon buka laboratorium itu lagi! Saya merindukan bau asam benzoat, kertas lakmus, mikroskop, bahkan keran air! Di kehidupan saya, saya hanya bisa menemui mononatrium glutamat alias micin, Pak!" ucap Shena yang histeris tiba-tiba.

"Astaga," gumam Dion lalu berdecak.

"Lalu bagaimana jika di ruangan lain, Kate? Apa ada ruangan lain yang dibangun hanya untuk formalitas?" tanya Rama yang mengabaikan ucapan Shena.

"Gak tau," jawab Kate. "Gue hanya memberitahu apa yang gue udah pastikan kebenarannya, seperti Laboratorium IPA."

"Ya sudah kalau begitu. Lanjutkan cara memojokkan Jenna yang tadi, Kate," ucap Rick.

Kate mengangguk. "Ketiga, sesuai yang kalian bilang, saksi yang ketiga sangat mendukung, kan? Kita bisa saja menuduh Jenna seperti yang dikatakan oleh saksi ketiga. Namanya juga manusia, punya perasaan bersalah. Jika ternyata tuduhannya benar, pasti ia akan mengakui segalanya."

======

23-12-2017

Menurut perkiraan cuaca, iklim, dan perasaan pada tanggal 25 Desember 2017 di kota Bloody Bell dan sekitarnya dini hari, akan ada update lagi. Anggap aja Christmas Gift /asik/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro