Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2 - Oliver Dorason

Para mahasiswa terpilih yang mengikuti program liburan Fonz Group akan menginap di sebuah mansion besar nan megah yang berdiri di tengah-tengah hutan. Jarak dari pelabuhan ke mansion tersebut yang bernama Fonz Mansion membutuhkan sekitar satu jam menggunakan transportasi bus. Karena hanya ada lima bus, para mahasiswa dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok dan kelompok lima terakhir perlu menunggu lima bus itu kembali ke pelabuhan. Violetta menjadi salah satunya dari lima kelompok terakhir itu. Beryl sudah lama berangkat bersama rombongan kelompoknya.

Sembari menunggu bus kembali ke pelabuhan, Violetta mengamati para warga Pulau Dartden yang berlalu lalang di pelabuhan. Mereka semua memakai jubah bertudung di cuaca seterik ini tanpa terkecuali. Terkadang Violetta juga merasakan tatapan tajam dari mereka. Apakah mereka tidak menyukai kedatangan orang-orang dari pulau utama?

Violetta menoleh ke belakang punggungnya saat melihat ada bayangan orang lain berada di dekatnya. Sosok laki-laki bertubuh tinggi itu memiliki warna rambut yang jarang bagi warga Kekaisaran Northoriale. Violetta menduga dia berasal dari negara tetangga dan tinggal di Kekaisaran Northoriale.

Violetta mengernyitkan alis saat laki-laki itu hanya tersenyum kecil kepadanya tanpa berkata sepatah kata pun sehingga ia memutuskan bersuara duluan. “Apa ada yang ingin kau katakan padaku?”

Lelaki itu menggeleng, lalu mengulurkan tangan padanya. “Langsung saja, sebenarnya aku terpukau dengan kecantikanmu, jadi aku ingin berkenalan denganmu. Apa boleh?”

Sesaat, Violetta merasa dirinya malu sekaligus terkejut. Selama ini dia merasa penampilannya biasa saja dan yang hanya memujinya cantik hanyalah Miguel. Violetta pikir, apakah lelaki di depannya memiliki penglihatan buruk sampai bisa berkata seperti itu?

Tak semudah itu Violetta memercayai ucapan seorang buaya darat sehingga dia membalasnya dengan dingin. “Terserah kau. Jika kau bermaksud menggodaku, segera jauhi aku atau kau akan tertimpa kesialan karena aku.” Violetta membuang muka ke laut yang terbuka sambil menyilangkan tangan.

Anehnya, laki-laki itu malah tertawa keras sampai terbahak-bahak. Violetta meliriknya, dia tidak merasakan niat buruk dari lelaki itu. Ucapannya barusan bukan kebohongan.

“Baiklah kalau kau nggak mau menerima jabatan tangan dariku.” Lelaki berambut pirang itu menarik tangannya dan dimasukkan ke saku celana. “Tapi, kau harus ingat namaku. Oliver Dorason, panggil saja Oliver.”

Setelah memandang laut cukup lama, Oliver membalikkan badan dan meninggalkan Violetta sendirian. Satu kata untuk Oliver menurut Violetta adalah aneh. Apa Oliver hanya ingin Violetta mengetahui namanya, padahal dia sendiri tidak tahu nama perempuan yang membuatnya jatuh cinta pandangan pertama?

Tak membutuhkan lama sampai Oliver tersingkirkan dari pikirannya, Violetta tenggelam dalam dunia novel yang dibacanya. Bisa dibilang, membaca buku terutama novel adalah hobinya, bahkan Miguel menyebutnya obsesi. Menurut Violetta, buku adalah teman yang tidak tergantikan.

Bus-bus yang kembali dari Fonz Mansion baru tiba saat Violetta telah menghabiskan membaca tiga puluh halaman. Violetta terburu-buru ke tempat orang-orang bergerombolan, takut ketinggalan bus tanpa ada yang menyadari Violetta tertinggal di belakang. Violetta baru bisa menghela napas panjang saat mendapatkan tempat duduk di bus. Bus langsung berangkat setelah memastikan tidak ada yang tertinggal.

Selama perjalanan, warna hijau memenuhi pandangan Violetta. Tak ada bangunan satu pun yang terlihat. Saat di kapal tadi, Violetta melihat Pulau Dartden sangat luas dan besar, seperempat dari pulau utama. Apakah itu berarti ada kehidupan kota di Pulau Dartden dan saat ini tempat Violetta tuju bukan berada di kota?

Suara ban bus berdecit pelan saat bus sudah berada di depan gerbang tinggi menjulang dan di dalamnya terdapat mansion yang tidak kalah tingginya bahkan besarnya. Bangunan yang jarang di zaman sekarang, Violetta hanya pernah melihatnya di buku sejarah. Fonz Mansion sama persis dengan tempat tinggal bangsawan di masa lalu. Violetta tidak merasa yakin bahwa Pulau Dartden memiliki kemajuan yang sama dengan pulau utama dalam beberapa aspek.

Gerbang tinggi itu dibuka saat pintu bus juga dibuka. Di depan gerbang sudah ada pemandu yang akan mengantar para mahasiswa yang baru tiba ke dalam mansion. Beryl langsung menghampiri Violetta saat melihat Violetta di rombongan yang baru tiba.

“Hei, Violetta. Kudengar di sini kolam renangnya besar, lho. Ayo pergi ke sana bareng setelah sambutan dari penyelenggara,” ajak Beryl yang tampaknya tidak sabar.

“Sambutan?” Violetta sedikit terheran. Memang sudah sewajarnya ada sambutan, tetapi apakah penyelenggara yang dimaksud Beryl adalah pemandu yang menggunakan topeng kelinci tadi?

“Ehm, perhatian semuanya!” Seluruh perhatian langsung tertuju ke sumber suara tanpa terkecuali. Dugaan Violetta benar, pemandu bertopeng kelinci adalah salah satu penyelenggara program liburan yang ditugaskan menyambut. “Selamat datang di Fonz Mansion, para mahasiswa terpilih. Liburan ini dikhususkan untuk kalian semua untuk mengapresiasi perjuangan kalian menghadapi kutukan yang kalian punya. Tapi, di sini ada peraturan yang harus kalian taati.”

Si topeng kelinci mengacungkan jari telunjuk menunjukkan peraturan pertama. “Peraturan pertama, waktu bebas dari pagi hingga sore. Malamnya kalian wajib mengikuti acara yang telah kami siapkan.” Masih ada dua peraturan lagi. “Kedua, mansion ini punya tiga lantai. Kalian dilarang keras ke lantai tiga dan lantai bawah tanah. Dan yang terakhir, tidak boleh meninggalkan pulau tanpa seizin kami. Nah, apa bisa dimengerti?”

Dengan serempak, para mahasiswa menjawab, “Mengerti!”

Violetta bisa melihat sekitarnya ada beberapa yang tidak sabar untuk mengeksplor mansion luas ini, salah satunya Beryl. Sudah lama sekali Violetta tidak pernah bersenang-senang lagi. Entah kenapa, Violetta jadi merasa tegang.

“Kalau begitu, selamat bersenang-senang semuanya!” Si topeng kelinci pun menghilang dalam sekejap di antara kerumunan yang mulai berhamburan ke arah yang berbeda.

Seperti yang sudah direncanakan Beryl, mereka berdua akan pergi ke kolam renang setelah menaruh barang pribadi mereka di kamar masing-masing yang terletak di lantai dua. Kolam renang berada di halaman belakang. Karena lantai satu terlalu luas, Violetta sedikit bingung arah. Dia merasa menyesal, seharusnya menunggu Beryl di tangga lantai satu.

“Sepertinya kau sedang tersesat. Apa butuh bantuan?” Seorang pemuda yang berpapasan dengan Violetta tampak menyadari Violetta yang kebingungan sendiri sehingga menawarkan bantuan.

“Tidak, tidak perlu.” Violetta mengibaskan tangan, padahal di dalam hatinya, dia merasa sangat malu saat itu juga. Namun, rasa malu itu bertambah saat mengenal orang yang berbicara padanya barusan. “Kau…” Saking tidak bisa berkata-kata, Violetta hanya bisa mengacungkan jari telunjuk ke orang tersebut.

Oliver Dorason muncul lagi di hadapan Violetta, entah disengaja atau tidak. Jika sengaja, dia pasti berniat mencari perhatian Violetta. Violetta tidak terlalu suka bertemu dengannya lagi.

“Kau yakin? Kurasa tujuan tempat kita sama,” tanya Oliver memastikan.

“Apa kau juga mau ke kolam renang?”

Oliver mengangguk. “Kalau nggak mau, baiklah. Dadah.” Seperti yang dilakukannya di pertemuan mereka, Oliver menuruti permintaan Violetta dan meninggalkannya dalam sekejap.

Namun, kali ini berbeda. Violetta segera menahan lengannya tanpa berpikir panjang. “Aku ikut denganmu. Temanku sudah menunggu di sana.” Violetta mengatakannya dengan pipi semerah tomat. Oliver terkikik melihat perubahannya.

Mereka berdua melangkah beriringan, tetapi Violetta memberikan jarak secukupnya agar tidak digoda lagi oleh Oliver. Meski Violetta sudah berniat tidak akan bersuara, rasa penasaran akan sesuatu mengalahkan niat tersebut.

“Hei. Rambutmu… apa kau dari kerajaan yang sudah punah itu?” Setelah sadar menanyakan hal yang tidak pantas, Violetta cepat-cepat menutup mulut dengan tangannya. Pembahasan tentang kerajaan yang punah, yaitu Kerajaan Zashos merupakan hal tabu untuk dibicarakan, bahkan anak kecil pun sudah tahu hal tersebut.

Anehnya, Oliver tampak tidak tersinggung, terlihat dari senyumannya yang merekah di wajah. “Ya, kau benar. Ini bukan masalah besar, kok. Daripada itu,” Oliver sedikit mencondongkan badan dan berbisik, “apa kau mau mengetahui kebenaran lain dariku?”

“Apa?” tanya Violetta tanpa berbasa-basi.

“Karena aku bukan asli dari Kekaisaran Northoriale, aku tidak punya kutukan.” Setelah itu, Oliver melangkah duluan, meninggalkan Violetta yang tercengang di tempat.

Violetta berpikir keras, jika Oliver tidak punya kutukan, bagaimana bisa dia mengikuti program liburan khusus pemilik kutukan? Meski Violetta berusaha meyakini bahwa Oliver barusan hanya bercanda padanya, tetap saja ucapannya masuk akal. Oliver berasal dari Kerajaan Zashos.

“Tunggu.” Oliver menghentikan langkah, tidak menduga Violetta akan berusaha menghentikannya. “Kau belum tahu namaku, kan? Violetta McArthy, itu namaku.”

Violetta mengerahkan seluruh keberaniannya untuk memberi tahu namanya ke seseorang yang berusaha menggodanya. Sejak mengetahui Oliver berasal dari Kerajaan Zashos, Violetta jadi tertarik dengannya. Karena itulah, setidaknya dia hanya ingin Oliver mengingat namanya seperti yang Oliver lakukan di pelabuhan.

Oliver terdiam agak lama membuat Violetta berpikir yang tidak-tidak. Entah kenapa, senyuman Oliver berbeda dengan yang sebelumnya. Berbeda dalam arti membuat jantung Violetta berdegup kencang.

“Aku sudah tahu dari awal, Violetta.”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro