1 - Dartden Island
Kenapa kami harus terlahir dengan berbeda? Kenapa hanya kami yang diberi kesialan dan ketidakadilan dunia karena kutukan kami?
Pemikiran seperti itu tak hanya dimiliki seorang perempuan bernama Violetta McArthy, manusia yang terlahir dengan kutukan pasti memikirkan hal yang sama. Manusia yang terlahir di zaman sekarang harus menebus dosa orang-orang di masa lalu. Pada seribu tahun yang lalu, Kekaisaran Northoriale dilanda kekacauan besar karena kemunculan menara di Kota Estacia. Menara tersebut akan membawa siapa pun pergi dari dunia yang memasuki menara sehingga tak ada seorang pun berani mendekati menara. Tak hanya itu, menara tersebut menyebarkan kutukan ke para bayi yang baru dilahirkan. Hanya orang beruntung yang terlahir tanpa kutukan dan Violetta bukan salah satu dari orang-orang beruntung.
Untuk mengurangi diskriminasi di Kekaisaran Northoriale, diciptakanlah perguruan tinggi khusus pemilik kutukan pada dua puluh tahun yang lalu. Awalnya hanya berdiri di Kota Estacia, kemudian kota lain mendirikan perguruan tinggi khusus juga. Meski begitu, diskriminasi sesama pemilik kutukan sering terjadi dan Violetta mengalaminya sendiri di Estacia SS College.
“Hei, Violetta!” Violetta menoleh ke asal suara yang memanggilnya begitu keluar dari kelas. Perempuan yang memanggilnya mendatanginya dan tiba-tiba menampar pipi Violetta dengan keras.
“Cewek sialan! Sekelompok denganmu memang membawa kesialan! Kau hanya bisa mempermalukan kami dengan kutukanmu!” Amarah perempuan tersebut meledak bahkan sampai napasnya terengah-engah. Teman-teman yang sekelompok dengannya dan Violetta ikut menganggukkan kepala seolah ucapan perempuan itu mewakili perasaan mereka.
Violetta hanya terdiam sambil mengeluarkan ponselnya yang bergetar di dalam tas. Layar ponsel menunjukkan nama ‘Profesor Miguel’ sedang memanggilnya. Karena itu, dia hanya bisa membungkukkan badan kepada mereka sebagai bentuk permintaan maafnya selama presentasi di kelas tadi, lalu meninggalkan mereka. Namun, justru itu membuat para perempuan itu semakin marah bahkan menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Sikap dingin Violetta memang banyak dibenci teman sekelasnya.
Apa boleh buat, Violetta tidak bisa berbuat apa-apa tentang kutukan yang dimilikinya. Darkness Heart, itu nama kutukannya. Sesuai namanya, Violetta bisa melihat dan mengungkapkan kegelapan hati seseorang. Tak hanya itu, dia juga bisa mengacaukan pikiran dan perasaan orang. Karena itulah, Violetta yang sudah yatim piatu sejak kecil tidak punya teman ataupun orang yang dianggap dekat, kecuali satu, seorang profesor muda yang bekerja di Estacia SS College bernama Miguel Herrero.
“Wah, ada apa dengan pipimu itu? Apa kau barusan bertengkar dengan teman sekelasmu?” tanya Miguel saat Violetta datang dan langsung duduk di sofa tamu. Ia menyuguhkan minuman kesukaan Violetta, coklat panas.
“Gara-gara kutukan sialan,” jawab Violetta singkat, lalu meraih segelas coklat panas pemberian Miguel dan meminumnya pelan-pelan.
Miguel hanya bisa menghela napas seperti biasa. Violetta sudah yatim piatu sejak kecil bukan karena kedua orangtuanya meninggal, melainkan membuangnya. Saat itu, Miguel lah yang menyelamatkan hidupnya. Namun, sebagai walinya, tentu saja Miguel merasa senang melihat pertumbuhan Violetta hingga sekarang, tetapi di sisi lain, dia takut jika Violetta tidak punya siapa pun selain dirinya hanya karena kutukan yang dimilikinya.
Setelah menyelesaikan sebagian pekerjaannya dalam sepuluh menit, Miguel duduk di sebelah Violetta dan meremas tangan Violetta yang berada di pangkuannya. Tanpa perlu Miguel berkata sepatah kata pun, Violetta membuka mulut dengan sendirinya seolah mendapatkan gelombang dari Miguel.
“Tak ada yang perlu dikhawatirkan, kak. Asal ada kakak, aku nggak butuh yang lain. Berapa kali pun aku mencoba memercayai orang, aku tetap tidak melakukannya gara-gara kutukanku.” Violetta tidak berani menatap mata Miguel langsung, mengingat Miguel sangat perhatian dengannya.
“Tetap saja,” Terdengar nada penuh kekhawatiran dari suara Miguel. Ia semakin kuat meremas tangan Violetta. “coba bayangkan kalau aku sudah tiada. Aku tidak ingin kau sendirian di dunia ini. Meski aku tidak punya kutukan, aku tahu rasanya kutukan bisa menghancurkan hidup. Tolong pertimbangkan yang satu ini, Violetta.”
Setelah itu, Violetta tidak berbicara lagi. Apa pun yang akan dikatakannya takkan bisa membuat Miguel senang. Begitu pun dengan Miguel, dia melepaskan tangannya dari Violetta dan hendak menuju meja kerjanya, teringat ada sesuatu yang perlu disampaikan kepada Violetta.
Violetta terheran saat Miguel menyerahkan sepucuk surat kepadanya. Miguel menjelaskan, “Ini surat yang ditujukan kepadamu yang dikirim ke kantorku. Tadi aku sudah membacanya dan itu sesuatu yang bagus untukmu. Coba datang saja, siapa tahu kau dapat teman di sana.”
Violetta pun menerima surat tersebut dan membukanya, lalu dibaca isinya.
Untuk yang terhormat, Violetta McArthy. Kami sangat mengapresiasi Anda telah berjuang menjadi mahasiswa berprestasi meski memiliki kutukan. Kami tahu, kutukan takkan menghalangi kehidupan Anda. Karena itu, sebagai bentuk apresiasi dari kami, kami mengundang Anda berlibur ke Pulau Dartden selama tiga hari bersama para mahasiswa terpilih seperti Anda. Ini tawaran yang menarik karena kami akan memberi semua fasilitas yang Anda butuhkan. Jika Anda menerima undangan kami, segera hubungi kami dan akan kami lampirkan tanggal keberangkatan dan transportasi yang digunakan menuju Pulau Dartden. Salam dari Fonz Group.
Fonz Group. Violetta pernah mendengarnya karena nama organisasi tersebut di kalangan pemilik kutukan. Mereka selalu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk pemilik kutukan yang ekonominya kurang karena diskriminasi. Tak mungkin Violetta bisa menolak undangan dari mereka. Masalahnya, dia tidak pernah mendengar Pulau Dartden. Apakah itu pulau milik Fonz Group?
*****
Pada akhirnya, Violetta memenuhi panggilan undangan tersebut. Hari keberangkatannya dua minggu kemudian sejak hari Violetta menerima surat dari Miguel. Miguel mengizinkannya pergi dan Violetta sudah berangkat sehari dari Kota Estacia menuju ke pelabuhan yang telah ditentukan penyelenggara karena jarak yang jauh.
Begitu tiba di Pelabuhan Mattway, kapal besar berwarna putih milik Fonz Group sudah ada di dermaga. Orang-orang yang sepertinya mahasiswa terpilih seperti Violetta mengantre panjang untuk memasuki kapal tersebut. Violetta pun melangkah ke antrean paling belakang dan saat sudah memasuki antrean, ternyata masih ada antrean panjang di belakangnya. Violetta penasaran berapa banyak mahasiswa yang terpilih mengikuti liburan ke Pulau Dartden.
Untuk memasuki kapal tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Violetta. Isi kapal membuat Violetta tak henti takjub. Kapal milik Fonz memang bukan kapal biasa, bisa dibilang selevel dengan kapal pesiar milik Kaisar. Karena Violetta tidak mengenal siapa pun di sana, dia memutuskan pergi ke dek kapal untuk menikmati pemandangan laut selama perjalanan menuju Pulau Dartden.
Kapal mulai berlayar setengah jam kemudian. Semakin banyak orang ke dek kapal saat kapal sudah berlayar jauh dari pelabuhan. Saat hendak meninggalkan dek, Violetta kembali teringat ucapan Miguel. Violetta harus mencoba berkenalan dengan mahasiswa yang mengikuti program liburan juga untuk mencoba memercayai orang. Langkah pertama yang sulit, Violetta pun mulai merasa tegang. Dia bingung cara menyapa mereka.
Namun, di saat bersamaan, Violetta merasa takut saat membayangkan setelah ia memercayai mereka. Apakah Violetta hanya dimanfaatkan? Jika sudah tidak berguna, apakah Violetta bakal dibuang seperti halnya saat dibuang oleh orangtuanya? Violetta pun mengurungkan niat untuk berkenalan dengan orang baru sebelum ada seseorang menepuk bahunya.
“Halo.” Saat Violetta menoleh, terdapat seorang perempuan tersenyum kepadanya sambil melambaikan tangan dengan canggung. Violetta mengamatinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Menurutnya, benar-benar perempuan yang cantik. Rambut ikal yang terlihat alami membuatnya menarik dan warna matanya sangat jarang, yaitu warna merah.
Perempuan itu mengulurkan tangan ke Violetta. “Namaku Beryl Bartley dari Kota Taris. Kau?”
“Aku Violetta McArthy dari Estacia.” Violetta menerima uluran tangan dari Beryl. Dengan ragu, dia bersuara lagi setelah berhenti sejenak. “Kau tidak takut padaku?”
Beryl pun terkikik pelan. “Memang kau terlihat menakutkan? Aku mendekatimu karena kau terlihat menarik, tahu. Maksudku, kutukanmu.”
“Kutukanku? Mana ada yang menarik dari kutukanku kecuali pembawa kesialan.”
Kali ini, Beryl tertawa keras. “Kalau begitu, buktikan kalau aku nggak berbohong barusan. Kau bisa melihatnya, kan?”
Beryl ada benarnya juga. Violetta tidak bisa merasakan hal buruk dari Beryl. Baru kali ini Violetta mendapatkan orang seperti Beryl selain Miguel. Hal itu membuat perasaan Violetta lega. Selama ini dia mengira orang baik hanya Miguel di dunia ini, ternyata salah. Tanpa sadar, Violetta menyunggingkan senyuman tipis.
Beryl selalu mengajak Violetta mengobrol tanpa henti, bahkan sampai dek sepi hanya mereka berdua. Memang bukan hal penting, tetapi itu membuat Violetta mulai menikmati liburan yang tidak pernah dirasakannya. Liburan bersama teman.
“Oh!” Perhatian Beryl berpindah ke seberang laut. Tangannya terangkat dan menunjuk ke sebuah pulau yang cukup besar. “Sepertinya itu Pulau Dartden. Ayo kembali ke dalam.”
Beryl meninggalkan dek duluan, sedangkan Violetta masih menetap sambil memegang pagar di dek. Ia memandang pulau tersebut dengan lekat-lekat. Meski dari jauh, Violetta bisa merasakan aura kegelapan dari sana. Kutukan Violetta tidak pernah salah, ada sesuatu yang berbahaya dari Pulau Dartden. Dalam hatinya, dia berharap semuanya baik-baik saja begitu tiba di sana.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro