6
Hari pertama [Y/N] sekolah.
Gadis itu tidak memberi tahu siapapun selain kakanya, tentu karena dia tidak mempunyai banyak kenalan. Ya, 'siapapun' disini berarti seorang Todoroki Shouto.
[Y/N] memaksa Hitoshi untuk tutup mulut, sebenarnya laki-laki itu malas menanggapi hal-hal tidak berguna seperti ini. Demi [Y/N], dia iya iya saja menurut.
"Janji padaku tidak akan kelelahan." Hitoshi memegangi kedua pundak [Y/N] seraya menatap mata heretokrom itu dalam-dalam.
Wajah pucat [Y/N] mendongak, menatap balik Hitoshi yang lebih tinggi darinya. "Nggak janji!" Jawabnya antusias.
Hitoshi mendecak sebal, "Kalau kelelahan kau harus kembali ke rumah sakit."
"Kalau tidak kelelahan pun tetap harus kembali, kan?"
Hitoshi mendelik, adiknya yang dari malam tidak bisa tidur karena antusias kini terlihat sedikit murung dengan perkataannya sendiri.
Hitoshi membawa [Y/N] ke pelukannya, mendekap gadis itu erat-erat. "Aku tidak perduli niat kau ke sekolah itu untuk menemui Todoroki atau siapapun itu, yang penting kau sehat dan bahagia. Itu saja."
[Y/N] balas memeluk kakaknya, "Terima kasih. Untuk semuanya."
Hitoshi mengangguk tanpa bersuara.
X
"Baiklah," Kata Aizawa-sensei tanpa basa-basi. "Ini mungkin terlambat, tapi ada murid baru yang masuk ke kelas ini."
"Murid baru? Pindahan?" Tanya Kirishima penasaran.
Aizawa-sensei menggeleng, "Iie, dia masuk lewat rekomendasi. Memang agak terlambat, tapi-masa bodoh. Silahkan masuk."
Wali kelas 1A itu memberikan gestur agar murid yang dimaksudnya segera memasuki kelas.
[Y/N] masuk dan berdiri di depan semua murid, "Perkenalkan dirimu."
"Shinso [F/N] desu, Yoroshiku." Gadis bersurai coklat itu menundukan badannya.
"A-ano.." Uraraka mengangkat tangan, "Kenapa? Aizawa-sensei menyahut.
"Kalau boleh tahu, Shinso-san d-direkomendasikan oleh siapa?"
[Y/N] memasang senyum tipis, "Namanya tidak boleh disebutkan. Yang pasti dia salah satu dari 5 pahlawan terbaik di negeri ini."
"Kau mendengarnya," Aizawa-sensei memasang kantung tidur yang biasa ia bawa kemana-mana. "Kalian bisa saling berkenalan dulu, kuberi waktu tiga puluh menit."
[Y/N] tersenyum, "Terima kasih sensei."
"Hm."
[Y/N] berjalan menuju meja kosong yang ditempatinya, tepat di belakang meja Shouto.
Saat baru saja duduk, banyak murid yang mengerubuni meja [Y/N]. Kebanyakan bertanya soal mata heterokrom dan marga-nya yang sama dengan salah satu murid di SMA U.A.
[Y/N] merasa ada yang kurang, diliriknya Shouto yang ternyata diam-diam menatapnya. Wajah [Y/N] memerah, begitu pula dengan Shouto. Tidak ada yang bisa membayangkan betapa malunya saat menatap seseorang yang kau sukai lalu tiba-tiba orang itu menatap balik, bukan?
"Hei manusia setengah-setengah sialan," Bakugou berkata. Entah siapa yang dimaksud, toh [Y/N] juga sempat dipanggil begitu.
"Apa?" Shouto mendongak.
"Kenapa wajahmu memerah?"
Shouto berkedip-kedip seraya bergestur gelisah, "A-apa yang-"
Bakugou memasang seringai jahil, satu sifat yang belakangan muncul entah bagaimana caranya memang agak mengagetkan orang-orang yang mengenal Bakugou.
"Kau menyukainya, ya?"
Shouto memalingkan wajah, Bakugou tertawa sangat keras.
"Hei manusia setengah-setengah sialan yang satu lagi!" Katanya sambil menunjuk [Y/N].
"Aku? Kenapa?"
"Manusia setengah-setengah sialan yang ini menyukaimu!"
"Apa?!"
Tidak, bukan [Y/N] berteriak dengan nada-nada sinetron seperti itu. Gadis kalem sepertinya tidak mungkin berbuat hal absurd seperti itu.
"Benar? Todoroki?"
"Tidak, sialan."
Shouto beranjak pergi, meninggalkan kelas tanpa berkata sedikitpun lagi.
"Kau jangan asal bicara," [Y/N] menepuk bahu Bakugou. "A-aku tidak mau ada kesalah-pahaman." Lanjutnya seraya menunduk.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro