Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5

"Kau sakit?"

Shouto berpapasan dengan Hitoshi di kantin, tak sengaja melihat ekspresinya yang lebih murung dari biasanya.

"Apa pedulimu?"

Shouto mengendikan bahu, "Hanya penasaran."

Hitoshi mengacak rambutnya kasar, "[F/N] ingin sekolah disini."

Shouto mengangkat kedua alisnya, "Baguslah kalau begitu. Aku jadi bisa bertemu dengannya lebih sering."

"Masalahanya siapa yang akan menjadi wali? Lalu bagaimana dengan tes masuk?"

"Kau sangat sayang dengan adikmu ya? Shinso-san." Midoriya bercelatuk.

Hitoshi mengangguk, "Dia sudah terlalu banyak disakiti di masa lalu."

Shouto berkedip, "Dia mempunyai dua quirk, bukan?"

Hitoshi mengangguk, "Sama sepertimu."

"Tidak bisa lewat jalur rekomendasi?"

Midoriya menyahut, "Kau bisa minta ayah-"

"Tidak."

Shouto mengeraskan rahangnya. Midoriya menelan ludah, merasa terintimidasi dengan tatapan tajam teman sekelasnya itu.

"Terserah saja," Hitoshi berbalik, berjalan pergi. "Aku juga tidak sudi harus berhubungan denganmu lebih sering."

Shouto mendelik, "Aku berhubungan dengan adikmu, bukan dirimu."

Hitoshi berbalik, "Apa!?"

Shouto tidak menggubris, berjalan menuju meja tempat teman-temannya berada.

×

Lagi, Shouto gelisah. Laki-laki itu diam-diam juga menginginkan [Y/N] bisa satu atap sekolah dengannya. Namun egonya tak kalah kuat, ia benci berhubungan dengan pria yang mengirim ibunya ke rumah sakit. Bertatap muka saja tak sudi, apalagi meminta bantuan.

"Shouto-kun?"

Lamunan Shouto terbuyar, gadis yang duduk disampingnya tiba-tiba menggenggam tangan Shouto yang kasar.

Taman rumah sakit yang tidak terlalu ramai menjadi tempat yang sering dikunjungi, apalagi kini [Y/N] sudah tidak memerlukan kursi roda untuk sekedar berjalan.

"Hm?" Shouto bergumam sebagai jawaban, kedua tangan kecil [Y/N] menepuk-nepuk tangan kiri Shouto.

"Latihan seorang pahlawan itu selalu keras, ya?"

Shouto menatap [Y/N] sementara gadis itu asyik memainkan tangannya, "Memangnya kenapa?"

[Y/N] menghentikan aktivitasnya, desahan kecewa menggema di pikiran Shouto. "Aku ingin masuk UA. Tapi aniki tidak mengizinkan."

Tangan [Y/N] menggenggam pelan tangan Shouto, namun laki-laki itu tak menggenggam balik. Tak ada reaksi yang berarti selain sepasang alis yang dinaikan.

"Kau bisa masuk jurusan umum atau bisnis, tidak terlalu melelahkan."

"Tidak mau."

Shouto mendengus, genggaman tangan [Y/N] ia lepas. Namun lengannya bergerak ke belakang, merangkul bahu [Y/N], menarik gadis itu ke pelukannya.

Pipi [Y/N] bersandar di dada Shouto yang bidang, hangat, [Y/N] berbatin.

"Kau ingin sekali menjadi pahlawan?"

[Y/N] memejamkan mata erat-erat, tak disangkanya suara Shouto terdengar lebih merdu jika didengar dari dekat.

"Tidak juga," [Y/N] menimpali. "Hanya ingin lebih sering bertemu denganmu saja." Lanjutnya dengan suara pelan.

"Aku masih bisa mendengarnya." Shouto terkekeh pelan.

"Jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu," [Y/N] menutup wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangan.

Shouto tersenyum tipis.

Yang tidak mereka sadari, dua pasang mata sedari tadi memperhatikan gerak-gerik keduanya.

"A-aku tidak bohong," kata seorang remaja berambut hijau.

Laki-laki disampingnya hanya menampilkan wajah datar, "Baiklah. Akan kurekomendasikan gadis itu agat bisa masuk U.A ."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro