29
Kaminari mengepalkan tangan, senang bukan kepalang. Kelasnya kembali akan melakukan acara yang terdengar normal.
"Kalian boleh pulang hari ini. Persiapkan segala kebutuhan kalian. Jangan bawa hal-hal yang merepotkan." Aizawa menutup kelas siang itu.
"Bareng." Kata Bakugou saat [name] membereskan alat tulisnya.
Gadis itu tersenyum lebar, "Asik!"
"Wah? Kita satu kelompok sama [name] juga?" Kirishima tetiba berdiri disamping Bakugou dengan raut wajah senang. "Keren! Banyak orang kuat dong di kelompok kita?"
"Berisik!" Bakugou berdecak lalu pergi begitu saja.
"Hehe, maaf."
Di sisi lain, seorang laki-laki menghampiri teman sekelasnya. Ingin memastikan sesuatu, niatnya sih seperti itu. Namun ternyata jawaban yang didapat malah sejalan dengan perasaan dari awal, laki-laki itu memang benar.
"Kau kemarin berbicara yang tidak-tidak ya?"
Yaoyorozu mengerutkan dahi, "Kapan? kepada siapa?"
"Kemarin. [name]."
"Waktu bertemu di toko?"
"Bukan, sebelumnya."
"Tidak kok."
"Benar?"
"Untuk apa aku berbohong, Todoroki-san?"
Shouto bergumam pelan. Ya, untuk apa juga perempuan dihadapannya berbohong? Lagipula Shouto lebih dulu kenal dengan bungsu keluarga Yaoyorozu itu daripada berpacaran dengan [name]. Mungkin cuma perasaannya saja, atau [name] salah dengar.
Tidak mungkin seorang Yaoyorozu Momo melakukan hal sejahat itu.
"Ah, iya. Todoroki-san, kebetulan acara kemah besok kita satu kelompok."
Cowok itu mengerjap, sedikit melamun dengan pikiran melayang beberapa senti di udara. "Oh. Iya."
"Mohon bantuannya, Todoroki-san."
"Iya."
Percakapan mereka berakhir saat bel pulang berbunyi. Para siswa buru-buru pergi, mempersiapkan segala kebutuhan untuk acara kemah yang akan dilaksanakan mulai malam nanti.
》¤《
"Kelas hero banyak acara terus." Celetuk Hitoshi, sedikit dongkol karena lagi-lagi adik perempuan kesayangannya harus pergi mengikuti kegiatan kelas.
Hitoshi khawatir, sangat khawatir. Terlebih keadaan fisik [name] jauh dari kata membaik, perempuan itu hanya memaksakan setiap hari yang dijalani agar tampak seperti biasa.
"Iyaaaaa," Jawab [name] dari balik dapur. "Enggak papa, seru!"
Dengusan geli dikeluarkan Hitoshi, "Iya deh. Sesenengnya kamu aja."
[name] menyusun segala bekal makanan yang baru ia masak kedalam lunchbox yang tertata rapi diatas meja makan, tak lupa sebagian dihidangkan pada piring di depan sang kakak. Setelahnya bento dimasukan kedalam tas, badan kecil berdiri sebentar di depan cermin ruang keluarga. Sedikit merapikan rambut lalu tersenyum simpul.
Kecupan singkat pada pipi Hitoshi dibubuhkan seraya bergumam 'aku pergi.'
"Hasil check up kemarin sudah diambil belum?" Teriak Hitoshi tepat sebelum [name] menutup pintu.
Netra coklat mengeluarkan sorot bingung, "Hah? Check up yang sekaligus sama quirk itu?"
"Iya!"
"Belum! Kakak aja ya yang ambil? Terima kasih!"
Sahut-sahutan singkat berakhir si kakak yang berdecak, "Ngerepotin." Gumamnya setelah [name] menutup pintu.
Badan tegapnya langsung berdiri, meraih jaket serta berjalan menuju rumah sakit.
Aneh. Hitoshi merasakan firasat buruk saat Dokter Shintaro minta bicara berdua di ruangan pribadi miliknya.
"Shinso-san, begini."
Sementara bahu Hitoshi melemas karena penjelasan hasil check up [name], gadis itu merasa dadanya mencelos kala tahu laki-laki yang disayangi berada satu kelompok dengan perempuan yang kemarin menyakiti.
Tentu saja [name] tak mau memperlihatkan kekhawatirannya. Shouto itu laki-laki hidup, manusia yang punya akal dan bisa bertindak sesuai keinginannya sendiri.
"Jaga dirimu, ya." Shouto menepuk kepala [name] berkali-kali seraya tersenyum puas kala gadisnya memasang raut melas.
"Yah, nggak sekelompok."
Cowok itu memasukan kedua tangan ke dalam saku celana, "Iya."
Hawa dingin merasuki raga, [name] sedikit lega karena tampaknya keadaan akan baik-baik saja. Shouto masih kekasihnya, tak marah apalagi kesal ketika [name] mengungkapkan kekecewaan karena mereka berdua tidak disatukan.
"Todoroki-san?" Suara seorang perempuan menyita perhatian. [name] mengernyit, rasa takutnya mulai muncul kembali. Senyum Yaoyorozu yang hangat seolah jadi pemicu, padahal kenapa bisa begitu?
Shouto menengok, anggukan singkat diberikan sebagai respon. "Yaoyozoru."
"Sayang sekali ya, Todoroki-san dan Shinso-san tidak satu kelompok."
Ini dia. Perasaan ganjil pada hati [name] semakin menjadi, segera gadis itu tepis sesaat setelah muncul.
Biasa saja. Nada bicara serta tindak-tanduk Yaoyorozu tak jauh dari kelakuan manusia pada umumnya. Gadis itu hanya basa-basi bertanya, tanpa ada maksud apa-apa.
Tapi, tetap saja rasanya aneh. Dengan senyum tulus serta tutur kata yang sopan [name] merasa tidak aman.
Mengapa?
"Hm." Shouto melirik [name] singkat, meraih bahunya dalam rangkulan erat seakan melindungi dari suhu dingin yang hebat. "Ia bisa menjaga diri kok, lagipula [name] satu kelompok dengan Bakugo."
"Wah, begitu." Tawa ringan keluar dari mulut Yaoyorozu, "Tak usah khawatir kalau begitu, [name]-san kan selalu ada yang menjaga saat berada di situasi apapun. Benar?"
"M-maksudmu apa?"
"Ah, bukan apa-apa." Perempuan itu berjalan mendekati.
Berbisik cepat seraya berjalan melewati. "Kau pikir menjadi perempuan clingy akan membuat Shouto betah terus-terusan bersamamu? Berharap dirinya melindungimu? Merepotkan saja."
Pada waktu yang hampir bersamaan, dua Shinso ditampar kenyataan yang kelak akan membawa penderitaan.
[]
a/n:
setelah bertapa selama sekian bulan, akhirnya aku balik lagi kesini dan UDAH KEPIKIRAN ENDINGNYA GIMANA YEY.
Makasih banyak yang udah mampir + vomments + setia nungguin hehe
ay lap yu semuanya.
<3
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro