Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28

warning nganu di ending ea hehe

[F/N] dan Shouto sedang berada di sebuah cafe pagi ini. Niatnya mau menghabiskan waktu bersama, habisnya belakangan laki-laki itu disibukan dengan program magang dan segala urusannya sendiri.

"Habis ini mau kemana?" Shouto bertanya setelah melirik jam yang melingkar di tangan kanan.

Gadis dihadapannya tampak berpikir, "Temani aku belanja ya? Sebentar kok!"

Shouto memicing sedikit curiga, yang ia tahu perempuan selalu menghabiskan waktu lama saat sedang berbelanja. "Sebentar saja."

[F/N] tersenyum lebar. "Oke!"

Perempuan itu melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda, menggambar sketsa belakangan menjadi hobinya.

Shouto diam-diam mencuri pandang. Kemarin, Bakugou sempat menyuruhnya untuk lebih memperhatikan [F/N]. Laki-laki pemarah itu bilang, beberapa perempuan dikelas mencoba mengganggu kekasih Todoroki itu.

Shouto awalnya tidak percaya. Memangnya siapa? Namun kemudian ia juga tak berhasil menebak pelakunya, hanya saja perilaku [F/N] memang belakangan agak berbeda.

Rambutnya dipotong sebahu, lalu warnanya pun dicat menjadi hitam. Salah satu matanya menggunakan softlens agar sewarna dengan mata yang lainnya. Perubahan yang cukup drastis, setidaknya menurut sang kekasih.

•|

"Ara-ara," Badan [F/N] menegang saat mendengar suara seseorang dibelakang. Shouto menengok, sementara dirinya diam saja.

"Yaoyorozu?"

"Selamat siang, Todoroki-san." Mata perempuan konglomerat itu melirik [F/N] sekilas, "Shinso-san tampak cantik hari ini."

[F/N] kemudian mengangkat kepala. Kesal dengan orang didepan mata. "Tiap hari juga cantik kok. Kau tak sadar saja."

Shouto mengernyit mendengar pernyataan perempuan disampingnya, ada yang beda.

Yaoyorozu tertawa ringan, "Baiklah. Terserah kau saja. Silahkan kalau mau berbelanja, aku mau lanjut jaga toko."

"Ya." [F/N] menjawab singkat. Kemudian berbalik dengan niat pergi meninggalkan.

"Kita pulang saja. Di toko ini bau-bau pake ajian. Jangan-jangan ludah pocong ya?!" Katanya bergumam sendiri.

Belum sampai beberapa langkah, tangan kekasihnya menarik pelan sampai badan [F/N] agak sempoyongan. "Eeh? Mau kemana?"

Shouto kemudian membawanya kedalam salah satu ruang ganti yang tersedia. Ada yang bisa menebak kelanjutannya bagaimana?


"Kau kenapa?"

"Tidak apa-apa."

Tatapan Shouto menajam, aura disekitar mulai terasa mengintimidasi. Pertanyaan diulang kedua kali.

"Kau. Kenapa."

[F/N] akhirnya menyerah. Ia menghela nafas seraya menunduk kebawah. "Aku malu saat berjalan bersamamu. Apalagi kalau bertemu Yaoyorozu."

Kening Shouto mengernyit kesekian kali, berhadapan dengan perempuan memang hal yang sulit ia mengerti.

"Ne, Shouto?"

"Hm?"

"Sebenarnya aku tipe-mu bukan, sih?"

"Apa itu tipe? Makanan fermentasi?"

"..." Kening [F/N] berkerut, berpikir.

"ITU TAPE."

Perempuan itu terkekeh pelan, receh.

"Anggap saja aku tidak punya tipe sampai bertemu denganmu."

"Aku serius!"

"Aku juga."

[F/N] menatap lesu, "Meskipun tidak kelihatan, tapi aku seringkali tidak percaya diri dengan keadaanku saat ini."

"Keadaanmu?" Shouto mulai menikmati pembicaraan yang hanya mereka berdua pemerannya. Dimana yang bisa mendengar suara [F/N] hanya dirinya begitu pula sebaliknya.

"Iya. Aku lemah, meskipun quirk-ku ada dua. Aku tak punya kuasa sepenuhnya."

"Yang paling menyebalkan, aku kurus! Aku tepos! Teman-teman sekelas kadang membuat gurauan atas keteposanku ini!"

[F/N] mengembungkan pipi, Shouto menahan tangan ingin mencubiti. "Ho? Memang ada yang membuat gurauan seperti itu?"

"Ada! Kaminari pernah bilang, katanya 'Kutebak [F/N] tak pernah memakai beha. Karena apa yang mau dibeha-in?' sambil disusul suara tawa teman-teman. Kan aku kelas! Eh, kesal!"

Shouto tak bisa menahan tawa. Meskipun [F/N] sampai speechless juga dibuatnya, suara yang dikeluarkan laki-laki itu sangat berat namun terkesan menenangkan.

"Eeeh kok tertawa?!"

Tawa Shouto berubah menjadi seringai kecil, ia kemudian maju perlahan sampai berakhir menghimpit badan kekasihnya yang bersandar pada cermin. "Kau benar-benar memikirkan hal itu?"

[F/N] mengangguk lalu menunduk. Kedua tangan Shouto memenjarakan badannya, kemudian salah satu tangan menyentuh dagu perempuan itu. Memaksanya bertatapan.

Nafas Shouto terasa berat, terasa hembusannya di pipi [F/N] yang mulai memerah. Berada di posisi itu agak lama, Shouto akhirnya membuka suara.

"Aku bisa mati kapan saja karena terlalu lama menatap wajahmu seraya menahan nafas," Jarinya mulai bergerak mengusap pipi sang kekasih.

"Kau sangat cantik, [F/N]. Aku tak bisa jika ingin menatapnya seraya bernafas dengan bebas. Tak bisa."

[F/N] membatu. Matanya masih bertabrakan dengan pandangan laki-laki dihadapan. Ia sendiri terpesona. Kembali merasa jatuh cinta.

Kepala Shouto tetiba memiring, "Juga bibirmu yang kadang terlihat pucat itu seakan memintaku menyentuhnya setiap saat. Kau harus bersyukur aku masih punya kontrol atas diriku sendiri."

Shouto mengecup singkat, sekujur badan [F/N] sudah terasa panas. Telinganya sampai memerah, tak perlu ditanya bagaimana keadaan kedua pipinya.

Kemudian kepala Shouto bergerak menerobos helaian rambut hitam kekasihnya, Ia mengecup leher [F/N] agak lama. Menggigitnya pelan sampai si perempuan mengeluarkan suara yang sebenarnya tak ia sengaja.

"A-h! Eh Shouto- kau mau apa?"

Laki-laki itu tak menjawab, meneruskan aktivitas seraya membawa satu tangan keluar dari pelukan. Ia tahu-tahu memijat dada [F/N] pelan. Sangat pelan sehingga si pemilik benar-benar menahan suara agar tak keluar seperti sebelumnya.

"Dan- untuk yang satu ini," Katanya seraya melanjutkan aktivitas memijat. "Aku bisa membantu, kau tahu? Cukup beritahu kapan saja saat kau mau."

[F/N] menggigit bibir bawah agak keras, kedua matanya sudah terpejam sejak beberapa saat yang lalu. Dirinya sudah kehilangan kendali, kedua tangannya memegang bahu laki-laki dihadapan dengan agak meremas. Sesekali tangan kanan mengelus surai dwiwarna yang mendadak terlihat sangat menggoda.

Shouto menghentikan aktivitasnya seraya terkekeh pelan, tatapan mata masih sama. Menyiratkan sesuatu yang penuh makna, tapi [F/N] sendiri tak bisa mengartikan apa.

Laki-laki itu kembali menarik dagu [F/N], "Kalau soal kau merasa lemah, biarkanlah. Kau bisa tinggal dirumah. Menjadi istriku saja."

[F/N] tetiba memeluk Shouto, menenggelamkan wajahnya di dada sang kekasih. Jaga-jaga agar laki-laki itu tak membuatnya bersuara aneh lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro