19
Ruang kesehatan terasa sejuk, tidak jauh berbeda dengan kondisi dua orang di dalamnya. Recovery girl baru saja keluar, katanya mengecek murid lain takut-takut ada yang terluka.
Ranjang yang Shouto dan [Y/N] tempati bersampingan, tirai yang menutup pandangan dibuka perlahan.
"Kau tidak apa-apa?" Iris Shouto mengintip.
[Y/N] tidak membalas, badannya memunggungi Shouto mencegah laki-laki itu mengetahui kondisinya saat ini.
Shouto memaksakan dirinya berdiri, berjalan pelan melalui sisi ranjang yang [F/N] tempati. Seketika helaan nafas lega disertai senyum tipis terpatri, "Kau tidur rupanya."
Shouto mengambil kursi yang tersedia, menempatkannya di depan ranjang. Kedua lengan dilipat pelan, kepala ditenggelamkan. Nafasnya mulai teratur, mengikuti jejak [F/N] yang tertidur.
xxxxxx
"Mereka cocok sekali!"
"Todoroki ternyata laki-laki yang romantis!"
"Kukira hanya gossip?"
"[F/N]-san cantik sekali saat sedang tidur."
"Aku iri!"
"Cuih, lonte."
Segala kebisingan dari ruang kesehatan tak sengaja membangunkan [F/N]. Matanya mengerjap tidak nyaman, kedua tangannya mengucek pelan.
Sadar akan adanya kepala seseorang yang tergeletak di ranjang yang ia tempati, [Y/N] mendengus, mengusap rambut dwiwarna Shouto pelan. "Hei."
Shouto mengerang sebagai jawaban, "Lima menit lagi, bu."
[F/N] tertawa ringan, matanya menyipit kala memdengar Shouto menyebutnya 'ibu'.
"Aku bukan ibumu, ayo bangun." Kini bahu laki-laki itu diguncang. Shouto akhirnya mengangkat kepala.
Kedua matanya mengerjap, tangan menutup mulut yang menguap. "Sudah bangun?" Tanyanya dengan suara serak.
Senyuman [Y/N] melebar, kepalanya mengangguk. "Sudah sore 'kan? Ayo pulang."
Shouto berdiri, "Aku akan mengambilkan tasmu. Tunggu disini."
[Y/N] mengangguk kala Shouto menutup pintu.
xxxxx
"Todoroki!"
Shouto menoleh, mendapati Kaminari dan Kirishima yang berlari kearahnya. "Apa?"
"Kau dan [F/N] tidak apa-apa?"
Shouto mengangguk pelan, "Kami baik-baik saja."
Kirishima menghela nafas lega, sementara Kaminari terus berkata. "Kalian memang pasangan yang tidak adil!"
"Maksudmu?" Dahi Shouto mengerut.
Kaminari mendecak, "Kalian 'tuh, quirk-nya hebat. Tapi cepat pulih juga. Tidak seperti kebanyakan orang."
Shouto mengangguk pelan "Terima Kasih."
Kaminari dan Kirishima nyengir, "Oh, omong-omong [F/N] dan Hitoshi dipanggil ke ruang guru. Besok pagi sih, tidak tahu untuk apa."
Shouto mengangguk.
"Kami pamit dulu."
"Oke."
Shouto menghela nafas pelan ketika dilihatnya [Y/N] mencoba berdiri namun hampir terjatuh berkali-kali, alhasil laki-laki itu berjalan mendekat dan memegang kedua pergelangan tangan.
[Y/N] mendongak, senyum gugup terpatri. "Sepertinya terkilir,"
Shouto memasang wajah datar, "Mau kugendong?"
Sontak [Y/N] menggeleng keras, "Tidak usah."
"Kau yakin?" Sebelah alis Shouto terangkat seraya bertanya.
Saat mulut [Y/N] terbuka hendak memberikan jawaban, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Layar menampilkan pop-up pesan singkat dari Hitoshi.
'Wali kelas kami tiba-tiba mengadakan kemah.'
'Semua kelas 1C wajib ikut. Maaf baru mengabari, baru diizinkan memegang ponsel.'
'Sialan.'
'Menginap dirumah orang itu saja. Aku tidak mau kau sendirian dirumah.'
'Jangan sampai hamil.'
[Y/N] memalingkan wajah saat pesan terakhir terlihat, tentu karena Shouto yang berada tepat disampingnya ikut membaca. "S-sebenarnya aku bisa tinggal sendiri."
Tidak menggubris, tahu-tahu Shouto sudah jongkok didepan. "Naik."
"T-tapi kan-"
"Naik atau kutinggal."
[Y/N] menghela nafas pelan, tubuhnya mulai menempel pada punggung laki-laki dihadapannya. Shouto mulai bergerak, menembus sinar jingga yang menyirami bumi.
"Maaf."
"Untuk apa?"
"Jika kau tersinggung dengan sikapku." Shouto sedikit menunduk, "Aku hanya tidak mau kau kenapa-napa."
[Y/N] tidak menggubris, kedua tangannya dilipat dan kepalanya ditenggelamkan hingga tak terlihat.
Lima menit hening, jalanan menuju rumah Shouto terasa sedikit lebih jauh. Sinar jingga serta sedikitnya orang yang berlalu-lalang menjadi pertanda akan berakhirnya hari.
"Kau marah?"
Shouto sedikit menengok, tepat saat [Y/N] sedikit memajukan wajahnya untuk mengatakan sesuatu. Pipi halus [Y/N] yang berisi bergesekan dengan plester yang menempel langsung di pipi Shouto.
Laki-laki itu membuang muka ke arah lain, sementara [Y/N] kembali menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangan. "Aku tidak marah."
Shouto mengangguk pelan.
"Kita sampai."
xxxxxxx
hasyique nginep ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro